PRESIDEN: APEC HARUS TETAP LONGGAR DAN TAK BERSTRUKTUR

PRESIDEN: APEC HARUS TETAP LONGGAR DAN TAK BERSTRUKTUR[1]

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto kembali mengatakan bahwa forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) haruslah tetap merupakan wadah yang longgar dan tidak berstruktur.

Setelah diterima Kepala Negara di Bina Graha, Sabtu, Menteri Perdagangan Internasional dan Perindustrian Malaysia Rafidah Aziz mengatakan kepada pers bahwa wadah yang longgar itu perlu karena beranekaragarnnya kemampuan ekonomi negara anggota APEC. Ketika mengutip ucapan Presiden, Rafidah yang didampingi Mendag Satrio Budihardjo Joedono mengatakan ada anggota APEC yang kemajuan ekonominya tinggi sekali, ada yang sedang, bahkan ada yang masih termasuk negara berkembang. Anggota APEC adalah keenam anggota ASEAN, AS, Kanada, RR Cina, Tai­ wan, Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Australia, PNG serta Meksiko.

“Jika negara anggota APEC seperti ASEAN sudah mencapai tingkat ekonomi yang tinggi maka mungkin baru bisa dibicarakan berbagai hal lainnya seperti pembentukan kawasan perdagangan bebas,” kata Rafidah.

Ketika ditanya apakah dalam pertemuan dengan Kepala Negara disampaikan keinginan PM Mahathir Mohammad untuk menghadiri pertemuan informal APEC di Indonesia sekitar akhir tahun ini, Rafidah mengatakan hal itu tak dibahas. Namun, pada hari Jumat, Rafidah mengatakan Mahathir pasti akan menghadiri pertemuan informal itu. Pada pertemuan informal APEC pertama di Seattle AS, hanya Mahathir yang tidak hadir.

Kerjasama ASEAN

Sementara itu, ketika menyinggung ketja sama di antara ASEAN, ia mengatakan kini akan dikembangkan kerja sama diantara Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia dan Pilipina.

Sebelumnya telah ada kera sama Sijori (Singapura-Johor Malaysia-Riau), serta Indonesia-Malaysia-Thailand. Ia mengatakan ketja sama empat negara itu bisa mencakup pariwisata, industri, pengolahan hasillaut, serta pertanian. Pada pertemuan ini, Kepala Negara menjelaskan kemampuan perusahaan Indo­nesia untuk membangun unit pencairan LNG (train), karena selama ini pembangunan LNG dilakukan oleh kontraktor asing.

Perusahaan itu adalah Inti Karya Persada Teknik (IKPT) yang sahamnya berasal dari BUMN, swasta serta koperasi karyawan. Pada pembangunan Unit train F di Bontang, Kaltim, subkontraktornya adalah perusahaasn asing. Ketika menanggapi penjelasan Kepala Negara itu, Rafidah mengatakan Malaysia yang juga memiliki LNG bisa beketja sama dengan Indonesia untuk ikut tender membangun train di negara-negara ketiga rnisalnya di Cina dan Vietnam.

“Kerja sama Indonesia dan Malaysia adalah alarniah sekali. Karena itu mengapa kita tidak beketja sama karena pembangunan unit-unit LNG di Indonesia dan Malaysia selama ini dilakukan kontraktor asing,” katanya. (T!EU02/EU08/22/01!9413:14/RU3

Sumber: ANTARA (22/01/1994)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 196-197.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.