PRESIDEN: APEC TIDAK MENGARAH KEPADA PERDAGANGAN TERTUTUP[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan bahwa APEC tidak pemah mengarah kepada suatu blok perdagangan yang ekslusif dan tertutup, dan APEC telah melakukan tindak:an nyata dalam mempetjuangkan tercapainya perdagangan dunia yang terbuka, bebas dan adil. Keseluruhan ciri khas dan komitmen APEC inisangat penting bagi kelanjutan kerja sama APEC dan karena itu perlu dipertahankan dan dikembangkan di masa depan, tegas Kepala Negara pada peresmian pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri VI Kerja Sama Ekonomi Asia Pasiflk (APEC) di Istana Negara, Jakarta, Jumat. Kepala Negara dalam acara yang dihadiri para menteri negara anggota APEC itu menambahkan, pengalaman membuktikan bahwa dengan melakukan pembebasan perdagangan dan penanaman modal, anggota APEC mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan negara di bagian lain. Oleh karena itu, tegas Presiden Soeharto, APEC bertekad melanjutkan dan meningkatkan upaya untuk memperlancar arus investasi dan perdagangan baik antara sesama APEC maupun dengan bagian dunia lain.
Upaya itu, tambahnya, jelas pula harus dibarengi dengan konsultasi di bidang makro ekonomi serta kerja sama efektif dalam upaya meningkatkan kualitas prasarana ekonomi, peningkatan Sumber Daya Manusia, kualitas dan kuantitas pengusaha kecil menengah serta peningkatan Iptek. Momentum yang telah diraih itu perlu terus dikembangkan. Karena itu kemajuan yang dicapai sampai saat ini perlu pula diikuti dengan tindak lanjut dan diarahkan secara tepat untuk kemakmuran bersama, kata Presiden.
Kepala Negara menyatakan pula rasa syukumya sehubungan dengan penuntasan Perundingan Perdagangan Multilateral Putaran Uruguay. Kesepakatan itu membuka peluang untuk pembebasan perdagangan dan investasi yang lebih luas di masa datang. Selain itu, kesepakatan para menteri yang bertanggungjawab dalam bidang perdagangan untuk melaksanakan kewajiban secara efektif dan eflsien juga disambut gembira Kepala Negara.
Sejalan dengan itu, disepakati pula bahwa masing-masing negara APEC akan berusaha secara maksimal agar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dapat diratiflkasi sehingga dapat efektif bekerjamulai 1 Januari 1995. lmplementasi komitmen itu akan mendorong arus investasi dan perdagangan di kawasan inimaupun di dunia, kata Kepala Negara. Indonesia, kata Presiden, telah pula meratiflkasi Persetujuan Pembentukan WTO dengan UU No.7 tahun 1994, 2 November 1994.
Pemberi Semangat
Presiden dalam kesempatan itu menegaskan pula agar perbedaan tingkat ekonomi diantara negaraAPEC hendaknya menjadi pemberi semangat segar sehingga dialog dan kerja sama berlangsung dalam suasana kekeluargaan dan konstruktif. Perbedaan taraf ekonomi itu perlu dipersempit melalui kerja sama kemitraan yang mampu meningkatkan peran ekonomi anggota APEC di dunia, kata Kepala Negara. Besarnya peran perdagangan luar negeri di kawasan Asia Pasifik telah meningkatkan investasi diantara sesama negara APEC dan investasi dari luar APEC. Semua pihak melihat besamya peluang akibat pertumbuhan ekonomi itu. Kesempatan itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk makin mempererat kerja sama APEC dengan tetap memahami perbedaan taraf ekonomi masing-masing negara, kata Kepala Negara. Presiden juga menyatakan harapannya agar pertemuan para pemimpin ekonomi APEC pada 15 November di Bogor dapat menghasilkan kesepakatan mendasar mengenai ketjasama antara para anggota APEC serta laju pembebasan perdagangan dan investasi di antara APEC.
Kepala Negara juga menyampaikan selamat kepada Chili yang secara resmi bergabung dengan APEC mulai pertemuan tingkat menteri VI ini. Pertemuan tingkat menteri yang berlangsung dua hari itu akan membahas berbagai masalah antara lain perkembangan ekonomi kawasan Asia-Pasifik, pengaturan mengenai perdagangan dan investasi serta rencana perdagangan yang lebih terbuka di kawasan ini dan masalah pengembangan sektor swasta. (T.EU02/eu03/ 11:19/Ln09/ru2).
Sumber: ANTARA (11111/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 421-423.