PRESIDEN: ASPIRASI BARU HARUS TERSALUR DALAM DEMOKRASI PANCASILA
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menyatakan, aspirasi-aspirasi baru, harapan-harapan baru dan kekuatan-kekuatan kreatif baru yang dibangkitkan oleh pembangunan yang makin maju, harus tersalur sebaik-baiknya dalam pengembangan Demokrasi Pancasila.
“Dengan demikian, semuanya itu akan menjadi kekuatan dinamis dalam perkembangan masyarakat kita, dan bukan menjadi kekuatan-kekuatan yang merusak serta menghambat pembangunan,” katanya ketika menerima para peserta Kursus Reguler Angkatan (KRA) XXI Lemhanas di Bina Graha, Jakarta/Kamis pagi.
Menurut Kepala Negara, Demokrasi Pancasila sebagai ungkapan tanggung jawab luas masyarakat Indonesia pada perkembangan dan pertumbuhan bangsa, perlu semakin dikembangkan di masa-masa mendatang.
Dalam upaya pengembangan itu, Presiden mengharapkan adanya peranan yang lebih besar dari lembaga-lembaga pendidikan dan pengkajian seperti Lemhanas.
Dikemukakannya bahwa wawasan bangsa Indonesia mengenai demokrasi, di satu pihak, harus dikembangkan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai luhur dalam Pancasila.
Di lain pihak, tambahnya wawasan tersebut juga harus mampu menjadi penggerak dinamika masyarakat Indonesia di tengah-tengah perkembangan dunia moderen.
Pada acara itu Presiden Soeharto juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang berada dalam tahap akhir masa peralihan yang besar.
Dalam beberapa tahun mendatang, katanya, Generasi 45, Generasi Pembebas, yang terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan akan mengakhiri masa pengabdiannya.
Proses alamiah menghendaki penyerahan tongkat estafet perjuangan kepada Generasi Penerus yang akan mengemban tugas sejarah sebagaimana diletakkan para pendiri RI.
“Generasi saudara-saudaralah yang akan menerima tongkat estafet dan mengambil alih tanggung jawab melanjutkan perjuangan mewujudkan cita-cita 17 Agustus 45,” tandas presiden di depan sekitar 60 peserta KRA XXI Lemhanas tersebut.
Kepala Negara menjelaskan bahwa proses alih generasi itu telah direncanakan sebaik-baiknya dan kini sedang berlangsung, baik di lingkungan pemerintahan, ABRI maupun lingkungan masyarakat.
Proses peralihan itu berlangsung pada saat bangsa Indonesia memusatkan segenap perhatian dalam kiprah pembangunan. Presiden berpendapat, cita-cita dan kiprah pembangunan itulah yang membuat bangsa Indonesia melewati proses alih generasi secara lancar tanpa kegoncangan-kegoncangan.
Tonggak-tonggak Penting
Kepala Negara mencatat, dalam proses peralihan tersebut, bangsa Indonesia telah berhasil meletakkan tonggak-tonggak sejarah yang penting dalam usaha menjamin terwujudnya cita-cita nasional yang disepakati bersama.
Dalam kaitan itu, di bidang ideologi, ia menunjuk pada adanya kesepakatan bangsa Indonesia tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dan pada penegasan bahwa Pancasila merupakan satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan benegara.
“Keberhasilan kita dalam melaksanakan pembangunan di bidang ideologi akan mengakhiri pertikaian ideologi di antara kita, yang di masa-masa lampau nyaris membawa bangsa kita ke tepi jurang perpecahan dan kehancuran,” katanya.
Sementara itu di bidang politik, sambungnya, bangsa Indonesia telah memperbaiki struktur politik dan terus mengembangkan budaya politik yang sesuai dengan Demokrasi Pancasila.
Pemilihan umum juga telah dilakukan secara teratur dan berkala sehingga memantapkan mekanisme kepemimpinan nasional dalam putaran lima tahunan.
“Semua basil pembangunan politik ini masih harus terus kita lanjutkan karena pembangunan politik umumnya dan pembangunan demokrasi khususnya, memang merupakan proses yang panjang,” katanya.
Ekonomi, Sosbud, Hankam
Berbicara tentang pembangunan bidang ekonomi, Presiden mengatakan bahwa di tengah-tengah berbagai kesulitan, hambatan dan tantangan, bangsa Indonesia berhasil memelihara pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan pembangunan.
“Yang sangat membesarkan hati dan akan menjadi kekuatan pembangunan kita di masa depan adalah bertambah besamya prakarsa dan kemampuan masyarakat kita untuk menangani kegiatan ekonomi dalam perkembangan jaman yang makin maju dan makin bersaing dalam perekonomian dunia,”katanya.
Di bidang sosial budaya, Kepala Negara menilai bangsa Indonesia telah mengembangkan kemajemukan menjadi kekuatan kreatif untuk maju bersama, sedangkan di bidang pertahanan keamanan, kemajuannya jelas tampak dari terpeliharanya stabilitas politik lebih dua dasawarsa ini.
Presiden juga menegaskan bahwa tugas bangsa Indonesia di tahun-tahun mendatang adalah tetap memusatkan perhatian pada pembangunan ekonomi tanpa boleh mengabaikan segi-segi pembangunan yang lain.
Wisuda
Gubernur Lemhanas, Mayjen TNI Soebijakto dalam kesempatan itu melaporkan bahwa ke-60 peserta kursus yang dimulai 9 April lalu, akan diwisuda 10 Desember mendatang.
Peserta kursus itu terdiri atas 28 pejabat ABRI dan 32 pej abat berbagai departemen lembaga negara non-departemen dan BUMN.
Selama mengikuti kursus, mereka mendapat ceramah, dari tenaga ahli Lemhanas, para menteri Kabinet Pembangunan V dan pimpinan ABRI, kepala staf angkatan dan Kapolri, serta pimpinan lembaga-lembaga negara dan beberapa kepala perwakilan negara sahabat.
Selain itu, mereka juga mengadakan widya wisata di dalam dan luar negeri, serta mengikuti seminar bertema “Sistem Demokrasi Pancasila untuk Mendukung Tinggal Landas Pembangunan Nasional”.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (08/12/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 217-220,