PRESIDEN: BANGSA INDONESIA HARUS BELAJAR DARI PENGALAMAN SEJARAH

PRESIDEN: BANGSA INDONESIA HARUS BELAJAR DARI PENGALAMAN SEJARAH

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto hari Rabu menegaskan, Bangsa Indonesia harus mengambil pelajaran sebaik-baiknya dan sebijaksana-bijaksananya dari semua pengalaman sejarah Indonesia masa lampau.

“Kita harus berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,” tegas Kepala Negara dalam amanatnya pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta.

Dengan mengatakan yang benar adalah benar, katanya, bangsa Indonesia akan dapat terus melanjutkan kebenaran itu dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dengan mengatakan yang salah adalah salah maka Bangsa Indonesia dapat menghindarkan kesalahan yang sama dengan penuh kesadaran.

“Dengan sikap itu, pelajaran yang kita petik dari sejarah masa lampau akan memberi makna positif bagi kita semua, bukan menjadi beban berkepanjangan,” demikian Presiden dalam upacara yang menggelarkan sekitar 7.000 prajurit ABRI dengan berbagai persenjataan itu.

Sejarah, menurut Presiden, telah menunjukkan bahwa dengan berpegang teguh kepada Panca Marga, dengan kesetiaan bulat kepada Pancasila, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ABRI bersama kekuatan Pancasila lainnya berhasil menumpas pemberontakan G30S/PKI pada akhir tahun 1965.

Sadar akan tanggungjawab sejarah bagi kebahagiaan dan ketentraman rakyat Indonesia di masa datang, ABRI mengajak seluruh Bangsa Indonesia untuk merenungkan ulang seluruh pengalaman sejarah sebelum tahun 1966 dan mengoreksinya.

“Inilah latar belakang lahirnya Orde Baru, yang sejak semula kita perjuangkan secara demokratis dan konstitusional,” ujar Presiden pada acara yang dihadiri Wakil Presiden Sudharmono, para pimpinan lembaga tertinggi/tinggi negara, para menteri kabinet,korps diplomatik dan ratusan pejabat sipil dan militer

“Kita semua bertekad agar tragedi nasional yang berpuncak pada pemberontakan G30S/PKI itu merupakan pengalaman pahit yang terakhir dan tidak akan terulang kembali sepanjang zaman. Tekad ini harus kita pertebal lagi setiap kali kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila tangga! 1 Oktober yang berlangsung beberapa hari sebelum Hari ABRI,” Ianjut Presiden.

Kebulatan tekad tersebut, menurut Kepala Negara, harus diwujudkan dengan mengamalkan Pancasila sebaik-baiknya dan melanjutkan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.

“Sesuai dengan Sapta Marga yang diyakini oleh setiap prajurit ABRI maka hidup dan matinya prajurit ABRI adalah untuk Pancasila,” tegas Presiden.

Pada bagian lain Presiden mengamanatkan bahwa ABRI hendaknya menyegarkan kembali jiwa dan semangatnya setiap kali memperingati Hari Ulang Tahun ABRI. Dengan penyegaran itu ia yakin ABRI akan dapat menjawab secara tepat setiap tantangan zaman yang terus bergerak dinamis.

Ia mengingatkan, ABRI lahir di tengah kancah revolusi menegakkan kemerdekaan nasional, dibesarkan dan dikembangkan untuk membela Republik Indonesia.

 

 

Sumber : ANTARA (05/10/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 596-597.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.