Presiden: BANGSA INDONESIA JANGAN KEHILANGAN KEPRIBADIAN

Presiden: BANGSA INDONESIA JANGAN KEHILANGAN KEPRIBADIAN[1]

Jakarta, Merdeka

Dalam dunia yang terus bergerak menyatu dewasa ini, kepribadian bangsa bertarnbah penting, karena jika bangsa sampai kehilangan kepribadiannya sendiri, tidak mustahil kelak anak-anak Indonesia akan hidup dalam masyarakat yang asing bagi Presiden Soeharto mengingatkan hal itu dalam sambutannya ketika meresmikan pembukaan Temukarya Pendidikan dan Musyawarah Nasional III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/6).

Kepala Negara minta agar para sarjana pendidikan terus berupaya untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Dikatakan, pendidikan harus berhasil menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila kepada anak-anak Indonesia, karena merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa yangjauh berakar dalam sejarah dan yang tumbuh dari sejarah kebudayaan Indonesia yang tua. Itulah sebabnya, kata Presiden, Pancasila kuat sebagai ideologi nasional, kukuh sebagai dasar negara dan menyejukkan hati sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di bagian lain sambutannya Kepala Negara mengatakan, pembangunan pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan tinggallandas. Karena sasaran pembangunan jangka panjang(PJP) II adalah terciptanya kualitas masyarakat Indo­ nesia yang maju dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan. Alasan mengapa Indonesia menumpahkan, perhatian pada upaya meningkatkan kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia dalam era tinggallandas, menurut Kepala Negara, karena pembangunan dalam era tinggallandas merupakan pembangunan yang mandiri. Karena itu, pembangunan dalam era tinggallandas harus didukung oleh kekuatan, prakarsa, dan dinarnika masyarakat mandiri.

Kualitas Manusia

Dikatakan, dengan meningkatkan kualitas manusia dan kualitas masyarakat In­ donesia berarti pembangunan tidak hanya memberikan pada pembangunan kebendaan saja tetapi juga pembangunan manusia yang serba dirnensi. Pengalaman bangsa lain yang telah maju menunjukkan bahwa pembangunan kebendaan saja tidaklah memadai, bahkan tidak jarang membawa dampak sosial budaya yang merendahkan  kemanusiaan. Hal itu dapat disaksikan dengan berkembangnya gejala di negara-negara industri maju yang mengkhawatirkan mereka sendiri karena pembangunan terlalu menekankan pada kemajuan materi. Sendi-sendi kehidupan bermasyarakat menjadi rapuh, kesetiakawanan sosial merosot, lembaga dan pranata yang mengatur kehidupan bersama seperti perkawinan makin ditinggalkan. Manusia terasa banyak yang kehilangan pegangan hidup. “Perkembangan seperti itu tentu tidak kita inginkan terjadi di sini, dalam masyarakat kita yang berdasarkan  Pancasila,” kata Kepala Negara. Presiden menyatakan rasa gembira karena temu karya itu juga akan membahas secara khusus landasan sistematik pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. Menurut presiden, masalah ini merupakan masalah besar yang sangat mendasar bagi kehidupan bangsa Indonesia di masa depan karena melalui pelaksanaan pendidikan dasar yang berkualitas dan merata, Indonesia akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, bangsa Indonesia akan terhindar dari kemiskinan dan akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Karena itu, pelaksanaan pendidikan dasar harus dikelola secara sungguh-sungguh. (Har/571)

Sumber: MERDEKA ( 16/06/1994)

_____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 773-775.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.