PRESIDEN BANTAH PEMBANGUNAN HANYA UNTUK SEGELINTIR ORANG [1]
Semarang, Angkatan Bersenjata
Presiden Soeharto minta masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh anggapan bahwa pernbangunan yang sedang berlangsung di tanah air hanya bermanfaat untuk segelintir orang yaitu orang kaya saja.
“Jangan terpengaruh oleh pendapat bahwa Pernbangunan hanya untuk beberapa gelintir orang, ” kata Kepala Negara di Semarang, Sabtu ketika rnengadakan temu wicara dengan penghuni rumah susun, rumah sederhana dan peserta gerakan keluarga berencana.
Kepala Negara yang didarnpingi Ibu Tien Soeharto, Menko Kesra Soepardjo Rustam, Menpera Siswono Yudohusodo, Kepala BKKBN Haryono Suyono, mengatakan pembangunan rumah susun, listrik masuk desa jelas merupakan petunjuk bahwa pembangunan ditujukan untuk rakyat kecil.
“Kita baru berada di tengah jalan dan belum rnencapai tujuan. Karena itu, harap sabar dan jangan terpengaruh oleh pemikiran atau analisa tertentu, ” kata Kepala Negara. Ketika menjelaskan terlibatnya orang-orang kaya dalam kegiatan pembangunan, Presiden dengan tegas mengatakan, mereka diperlukan agar pertumbuhan ekonomi bisa dilaksanakan. Pembangunan tidak hanya untuk mewujudkan keadiIan tapi juga kemakmuran.
Jika hanya diarahkan untuk mewujudkan keadilan, maka yang diperlukan hanyalah kemiskinan, “kata Presiden.
Sekalipun orang kaya ikut berperan dalam pembangunan di tanah air, Kepala Negara mengatakan pemerintah tetap melakukan pengawasan melalui berbagai peraturan. Dengan cara ini, salah satu pasal dalam UUD 1945 tentang pemanfaatan kekayaan alam untuk kepentingan orang banyak tetap terlaksana.
Burung Dara
Ketika berbicara tentang pembangunan rumah susun, Presiden Soeharto mengatakan bentuk rumah ini perlu dibangun terutama karena di daerah perkotaan semakin sulit mencari tanah. “Banyak orang yang belum sadar tentang rumah susun sehingga menganggap orang disamakan dengan burung clara atau merpati,”kata Presiden ketika menanggapi berbagai pendapat bahwa rumah susun tidak Iayak dihuni oleh masyarakat.
Ketika berbicara tentang pelaksanaan gerakan keluarga berencana, Kepala Negara mengatakan sekalipun Indonesia telah berhasil berswasembada beras dan meningkatkan produksi pangannya, hal itu tidak akan berarti jika pertambahan penduduk tidak terkendali.
Produksi beras pada tahun 1992 diperkirakan mencapai 30,7 juta ton. Angka ini lebih besar dari perkiraan semula, yaitu dari tiga menjadi lima persen dibanding hasil produksi tahun 1991. Pada acara temu wicara itu, Ny. Supardi Sutrisno dari Kabupaten Kudus Jateng menyampaikan rasa terima kasihnya karena hasil pembangunan telah dirasakan oleh masyarakat.
“Apa benar, Bu. Jangan karen a di depan saya berkat a begitu,” kata Kepala Negara sambil tertawa. Mendengar ucapan spontan itu, Ny. Supardi berkata, “Tidak, Pak”.
Hilangkan Pemukiman Kurnub
Sementara itu dalam sambutannya Presiden Soeharto minta seluruh pemerintah daerah untuk meremajakan daerah pemukiman kumuh yang mencerminkan kemiskinan di daerah kota, sehingga pada akhirnya secara bertahap jenis seperti itu dapat hilang.
“Pemerintah akan terus mendorong pembangunan rumah susun untuk membantu masyarakat agar hidup tenteram dan sejahtera dalam lingkungan perumahan yang lebih sehat, tertib dan teratur,” kata Presiden ketika meresmikan rumah susun di Pekunden, Semarang, Sabtu.
Kepala Negara mengatakan program pembangunan rumah susun memang tidak mudah antara lain karena biaya pembangunannya yang tinggi, serta sikap masyarakat yang belum suka tinggal di rumah susun Untuk mengatasi masalah belum bersedianya masyarakat tinggal di rumah susun, pemerintah daerah perlu menyediakan berbagai fasilitas yang menarik misalnya jalan yang baik, saluran pembuangan air, taman, sekolah, poliklinik, serta tempat bermain untuk anak.
“Masyarakat harus diberi penjelasan dan diyakinkan agar bersedia tinggal di rumah susun,” tegas Kepala Negara. Dikatakan bahwa pembangunan rumah susun di berbagai daerah memang masih pada tahap percobaan seperti di Jakarta, Palembang, serta Bandung. Namun proyek ini perlu diperluas ke daerah lainnya sehingga secara bertahap kawasan pemukiman kumuh hilang.
Pada kunjungan kerja satu hari ke ibukota Jawa Tengah ini, Kepala Negarajuga meresmikan listrik masuk desa, pemberian penghargaan kecelakaan nihil, serta pemberian penghargaan kepada perusahaan yang mendorong pelaksanaan keluarga berencana.
Listrik
Ketika berbicara tentang program listrik masuk desa, Presiden Soeharto mengatakan upaya ini sangat penting karena belum semua desa terjangkau oleh listrik yang sangat penting bagi kehidupan mereka.
“Cita-cita kita untuk mewujudkan kesejahteraan masih akan berjalan panjang. Kesejahteraan masyarakat juga meningkat jika dapat menikmati tenaga listrik. Namun hal itu belum dapat kita wujudkan,” kata Presiden.
Jika listrik telah dinikmati masyarakat, maka rakyat dapat meningkatkan kegiatan mereka baik jenis maupun mutunya. Selain itu, masyarakat juga bisa memperoleh informasi yang diperoleh dari televisi serta radio.
“Pembangunan membawa pengaruh yang positif bagi pembangunan bangsa kita. Tidak hanya dalam kehidupan ekonomi melainkan juga dalam kehidupan sosial politik dan budaya. Tantangan yang kita hadapi adalah memberi arah dan saluran agar perkembangan kehidupan masyarakat tetap memperkuat jati diri bangsa kita, “kata Presiden.
Ketika berbicara tentang program keluarga berencana, Presiden mengatakan jika pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka pertumbuhan ekonomi yang dicapai dengan susah payah tidak akan mampu meningkatkan pendapatan rakyat.
“Lebih dari itu, keluarga berencana juga mutlak diperlukan bagi upaya peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduk ,” kata Presiden.
Jika gerakan keluarga berencana berhasil, maka masyarakat akan terdiri atas keluarga kecil. Dalam keluarga yang kecil inilah kesejahteraan keluarga akan lebih mudah diwujudkan antara lain anak-anak akan lebih mudah menikmati pendidikan.
“Hanya dari keluarga yang sejahtera dan bahagia akan terbina masyarakat sejahtera dan bahagia dan dari anak-anak yang terdidik akan tumbuh manusia-manusia pembangunan yang tangguh, ” kata Presiden.
Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah Ismail melaporkan pembangunan rumah susun itu menghabiskan dana Rp 2,7 miliar yang dananya berasal dari Inpres 5/90, Inpres Propinsi Jawa Tengah, serta Pemda Semarang.
Ismail juga melaporkan program listrik masuk desa telah menjangkau 5.556 desa, 65 persen dari 8.479 desa di seluruh propinsi ini. (Ant/2.1).
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (26/10/1992)
_______________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 626-629.