PRESIDEN BERDIALOG DENGAN UNSUR-UNSUR MASYARAKAT DI AMBON, “NAH, INI DIA YANG PERLU DICONTOH”.

PRESIDEN BERDIALOG DENGAN UNSUR-UNSUR MASYARAKAT DI AMBON, “NAH, INI DIA YANG PERLU DICONTOH”.

 

“Nah, ini dia yang perlu dicontoh. Terutama oleh adik-adik pelajar. Baru akan kawin kalau sudah berusia 25 tahun dan baru akan mau punya anak kalau sudah berhasil”, demikian salah satu dialog Presiden Soeharto dengan seorang transmigran asal Pacitan, Jawa Timur di Ambon, Maluku, Rabu pagi.

Ucapan Presiden pagi itu dalam temu wicara dengan unsur-unsur masyarakat setempat, serta merta mendapat sambutan bukan hanya dari orangtua tetapi juga ratusan pelajar SLTA yang mengikutinya dari jarak kira-kira 20 meter.

Dalam temu wicara itu, Presiden menekankan pentingnya masyarakat dan pemerintah Indonesia mensukseskan program Keluarga Berencana (KB).

Produksi beras nasional sudah mencapai 25,5 juta ton, tetapi, menurut Presiden, kalau kita tidak berhasil merem angka kelahiran, maka pada akhirnya akan berpengaruh pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Setiap tahun angkatan kerja bertambah sebanyak 1,8 juta. Itu berarti dalam satu Pelita, mereka yang mencari lapangan pekerjaan tidak kurang dari 9 juta orang.

“Karena itu adik2 pelajar ini jangan buru2 kawin ya,” kata Presiden sembari tersenyum disambut tawa para pelajar.

Dukungan Suami

Masih tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam program KB, Kepala Negara mewawancarai seorang ibu beranak tiga, akseptor KB. Setelah sang ibu tanpa malu2 menjelaskan bahwa ia sudah “merem” produksi anak.

Presiden bertanya, apakah keikut sertaannya dalam program ini hanya atas dasar kemauan sendiri atau juga atas persetujuan suami. Belum lagi sang ibu menjawab pertanyaan Presiden itu, Kepala Negara cepat-cepat menimpali:

“Nah, mestinya sang suami harus mendukung. Kalau suami tidak mau, itu namanya keterlaluan,” tutur Presiden mengundang tawa peserta temu wicara maupun undangan-undangan.

Menurut Presiden, sekarang ini di daerah-daerah masih banyak yang belum sadar sepenuhnya akan pentingnya KB.

“Banyak yang cuma bisa melahirkan anak, tetapi tidak mampu memelihara anak-anak mereka dengan baik. Padahal tanggung jawab membesarkan dan memberi makan yang cukup kepada anak-anak, merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri”.

“Tidak mungkin ini hanya diserahkan kepada pemerintah, atau gubernur saja. Tetapi harus datang dulu dari masyarakat,” tambah Presiden sambil menunjuk angka kelahiran di daerah Ambon, yang masih cukup tinggi dibanding dengan daerah lainnya di sekitar wilayah itu.

Koperasi

Selain masalah KB. Presiden juga berbicara tentang koperasi. Begitu mendapat laporan dari seorang pengurus yang juga peserta temu wicara bahwa yang menjadi anggota baru berjumlah ratusan sedang jumlah kepala keluarga lima ribuan, Presiden langsung meminta agar sebab-sebanya dipelajari.

“Mungkin uang pangkalnya terlalu mahal atau memang kesadaran masyarakat masih kurang,” kata Presiden.

Jika uang pangkalnya dirasakan masih terlalu mahal Presiden meminta agar pengurus jangan ragu2 menurunkannya.

“Selama masyarakat belum sadar akan pentingnya peran koperasi, koperasi tidak mungkin akan bisa jalan dengan baik,” kata Presiden.

Presiden menganjurkan agar pengurus KUD dan petani satu sama lain saling bekerja sama. Daerah Maluku dikenal sebagai salah satu penghasil cengkeh. Presiden meminta agar petani cengkeh ikut membuat perencanaan dalam memasarkan hasil-hasil pertanian mereka.

Misalnya terjadi panen besar, para petani hendaknya tidak buru-buru menjual seluruh hasil yang diperoleh. Karena kalau penjualan dilakukan pada saat sedang panen, otomatis harganya pun akan lebih rendah. “Kalau bisa penjualannya per kwartal,” katanya.

Kepada pihak KUD sebaliknya diminta untuk menampung atau membeli produksi petani, agar tidak jatuh ke tangan tengkulak.

Presiden Soeharto berada di Ambon selama dua hari untuk meresmikan 10 proyek industri kayu.

Dalam perjalanan kerja kali ini, Presiden didampingi Mensesneg Sudharmono, Mendagri Supardjo Rustam, Menteri Kehutanan Sudjarwo, Menteri Perindustrian Hartarto, Menteri UPR Cosmas Batubara, Menmud Sekretaris Kabinet Murdiono, dan Pangab Jenderal LB Murdani.

Tokoh2 Golkar seperti Sekjen Ir. Sarwono Kusumaatmadja dan Oetojo Usman SH, juga tampak berada di Ambon. (RA).

 

 

Ambon, Sinar Harapan

Sumber: SINAR HARAPAN (17/01/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 13-15.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.