PRESIDEN BERDOA DI MASJID IMAM BUCHORI SAMARKAND[1]
Tashkent, Antara
Presiden dan Ibu Tien Soeharto mengunjungi kota tua Samarkand, Uzbekistan, Minggu, untuk melakukan ziarah ke makam Imam Buchori, dan Kepala Negara Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta rombongan sempat pula dijamu di komplek makam itu dengan hidangan masyarakat setempat. Sebelumnya Kepala Negara berkeliling mendengarkan berbagai penjelasan tentang makam itu.
Kepala Negara dalam ziarah itu menyerahkan kitab suci Al Quran kepada pengurus mesjid, demikian laporan wartawan ANTARA, Wawan Indrawan. Imam Buchori adalah penafsir hadist Nabi Muhammad SAW yang sangat terkenal. Di Indonesia, penafsiran Imam Buchori merupakan rujukan dalam memecahkan berbagai masalah keagamaan. Menurut “guide”, Imam Buchori dilahirkan di Bukhara pada 9 April 806, dan meninggal di Samarkand pada usia 62 tahun. “Jadi kunjungan Presiden Soeharto bersamaan dengan HUT Imam Buchori,”kata guide wanita itu. Komplek makam itu terletak sekitar 23 km dari luar kota Samarkand. Berbagai bangunan terdapat dalam komplek makam itu, di antaranya gedung perpustakaan dan madrasah masih dalam tahap renovasi. Di dalam perpustakaan mesjid terdapat berbagai macam kitab suci Al Quran termasuk kitab suci pemberian Presiden Soeharto ketika mengunjungi makam itu September 1989.
Kaligrafi ukuran kecil dan sulaman ayat suci surnbangan Kepala Negara juga ditempatkan di perpustakaan itu bersama dengan hadiah dari Raja Fahd ketika Presiden Islam Karimov berkunjung ke Arab Saudi.
Kepala Negara setelah makan siang kemudian diantar Walikota Samarkand meninjau berbagai objek wisata di kota tua dan bersejarah itu. Presiden dan Ibu Tien Soeharto mengunjungi komplek Gur-Erniryang merupakan bangunan dengan arsitektur indah dan sangat terkenal di Asia Tengah. Konstruksi bangunan itu dimulai tahun 1403 yang dihubungkan dengan kematian Sultan Muhammad yang merupakan cucu kesayangan Timur Leng. Bangunan itu kemudian diselesaikan oleh Ulughbegh yang merupakan keturunan Timur Leng. Di dalam bangunan itu terdapat makam Timur Leng, Ulughbegh, Sultan Muhammad serta keluarga Timur Leng lainnya. Presiden meninjau pula Registan Square yang merupakan komplek madrasah dengan tiga bangunan berarsitektur unik. Ketiga madrasah itu adalah madrasah Ulughbegh yang dibangun tahun 1417- 1420, madrasah Sher-Dar (1619-1936) dan madrasah Tillya-Kari dibangun tahun 1646-1660. Di dalam komplek Registan Square itu terdapat pula mesjid yang kini hanya jadi museum. Di Madsrasah Tillya-Kari bahkan terdapat bangunan kubah menjulang tinggi Presiden dan Ibu Tien serta rombongan yang terdiri atas Mensesneg Moerdiono dan MenluA!iAlatas meninjau pula Observatorium Ulughbegh yang dibangun oleh Ulughbegh pada tahtm 1428-1429. Observatorium ini sangat terkenal di Asia Tengah pada abad pertengahan. Gedung inidibangun dengan bentuk silinder, memiliki tiga lantai dengan ketinggian 30,4 meter. Teropongnya berdiameter 40,21 meter yang mampu mengukur koordinat bulan, matahari dan palnet saat melewati meridien.
Renovasi
Pemerintah Uzbekistan saat ini terus melakukan berbagai upayarenovasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang memperlihatkan kejayaan Islam pada Abad XIV Islam masuk ke Uzbekistan pada abad ke 8 dan pengaruhnya sangat terasa sampai sekarang. Berbagai bangunan yang berkaitan dengan kebesaran Islam itu pada era komunis diubah fungsinya sebagai museum. Pengaruh Islam secara spiritual terutama kepada kaum muda Uzbekistan menurut pengakuan beberapa pemuda negeri itu sangat tipis. Hal itu sebagai dampak lamanya komunis berkuasa sehingga mereka sama sekali tidak mengenal agama. Generasi tua juga sedikit sekali masih memegang tradisi itu. Di jalan-jalan Samarkand tampak beberapa wanita setengah umur berpakaian jilbab. Samarkand merupakan kota yang seumur dengan zaman Roma atau Babilonia serta berpenduduk 500 ribu j iwa. Kota ini merupakan kota kedua terbesar setelah Tashkent, ibukota Uzbekistan. Indonesia dan Uzbekistan sendiri sudah mengadakan perjanjian di bidang pariwisata. Salah satu potensi Uzbekistan dengan bangunan yang bemuansa Islam itu adalah kota Samarkand. Uzbekistan menyatakan diri pisah dari Uni Soviet pada 31 Agustus 1991 dan Presiden Islam Karimov terpilih menjadi presiden pada 27 Desember 1991. Berbagai tempat ibadah itu kemudian diupayakan untuk difungsikan kembali seperti semula. Namun, menurut pengamatan ANTARA ,upaya itu masih menghadapi kendala, salah satu yang penting seperti disebut wan ita penerjemah rombongan pengusaha Indonesia, adalah penghayatan keagamaan masyarakat umumnya masih rendah.
“Saya terus terang menyatakan adalah orang yang masih tidak percaya kepada agama,”katanya sambil menambahkan ,”mudah-mudahan anda tidak kecewa dengan hal ini”.
Beberapa generasi muda yang ditanyai ANTARA juga menyatakan sikap senada. Walaupun menurut angka statistik mayoritas agama mereka adalah Islam. Nasib bangunan itu memperlihatkan pula sikap pemerintahan Uni Soviet terhadap kegiatan keagamaan pada waktu itu. Berbagai bangunan dihancurkan oleh Lenin, beberapa diantaranya selamat dan sebagian besar rata menjadi tanah. Gedung keagamaan yang selamat pun dijadikan museum. Setelah Uzbekistan memiliki hak mengatur pemerintahan sendiri, gedung itu bebas digunakan untuk kegiatan keagamaan. Namun, tampaknya kebebasan itu belum menyentuh nurani masyarakat Uzbekistan yang puluhan tahun terkungkung di bawah kekuasaan Uni Soviet. (Fac-EU03/DN07 /23:24/RE2/ 10/04/95 00:01)
Sumber: ANTARA (20/04/1995)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 483-486.