PRESIDEN BERHARAP KOREA BANTU EKONOMI INDONESIA
Jakarta, Merdeka
Presiden Soeharto mengharapkan Republik Korea yang kini mencapai kemajuan ekonomi begitu pesat dapat membantu Indonesia yang masih mengalami kesukaran.
Kepala Negara mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Korea saat ini mencapai lebih dari 10 persen, sementara Indonesia dalam tahun 1986 hanya mencapai tiga persen, demikian dikemukakan Menteri Pertambangan dan Energi Prof. Dr. Soebroto hari Jumat.
“Dengan kemajuan ekonomi Korea itu, kerja sama perdagangan dengan Indonesia, terutama di bidang mineral, diharapkan bisa ditingkatkan lagi,” kata Presiden yang dikutip Soebroto kepada wartawan seusai mendampingi Menteri Sumber Daya Alam dan Energi Republik Korea Choi Chang Nak mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Jl. Cendana Jakarta.
Chun dalam pesannya menyatakan gembira bahwa Indonesia kini mengalami kemajuan setelah mendapat kesukaran di bidang ekonomi pada tahun 1986. Sebaliknya Presiden Soeharto dalam kesempatan itu menyatakan kekagumannya atas kemajuan Korea saat ini.
Kerjasama energi Korea Indonesia dewasa ini menurut Soebroto mencakup tiga bidang, yakni dalam bidang investasi, perdagangan dan kerja sama teknik. Sedangkan di bidang investasi meliputi empat sektor, yaitu ketjasama di bidang perminyakan, pengembangan gas alam, batubara dan bidang pertambangan.
Berjalan Baik
Menteri Sumber Daya Alam dan Energi Korea dalam pertemuan dengan Presiden menyampaikan penilaiannya bahwa kerja sama Korea Indonesia di bidang energi yang dilaksanakan selama ini betjalan baik.
Kendati demikian, Korea berpendapat bahwa untuk lebih melancarkan jalannya investasi Korea di Indonesia masih perlu dicapai kesepakatan baru di antara kedua pihak.
Sehubungan dengan itu, Soebroto kepada wartawan menjelaskan bahwa eksploitasi minyak yang dilakukan Korea di lepas pantai Madura saat ini memang sedikit mengalami kesukaran sehingga perlu pemikiran baru bagi kelancarannya. Eksplorasi tersebut selama ini lebih banyak menemukan gas dari pada minyak.
Menteri Sumber Daya Alam dan Energi Korea saat ini berada di Jakarta untuk memimpin delegasi Korea dalam pertemuan ke-9 Komite Kerja sama Korea Indonesia di Bidang Mineral dan Energi, yang dijadwalkan berlangsung 4 dan 5 September 1987.
Indonesia dalam pertemuan itu mengharapkan Korea Selatan meningkatkan impor LNG dari Indonesia, selain meningkatkan impor minyak dan batubara.
Berdasarkan kontrak jual beli antara Korea Indonesia yang ditandatangani Agustus 1983, Korea mengimpor LNG dari Indonesia 2,1 juta ton per tahun untuk jangka waktu 20 tahun.
Perdagangan LNG
Komite Kerja sama Korea Indonesia di bidang Mineral dan Energi dibentuk 27 September 1979 untuk mengembangkan kerja sama di bidang eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, penelitian, latihan serta kerja sama sistem informasi sumber-sumber mineral kedua negara. Komite ini mengadakan pertemuan setiap tahun dengan tempat bergantian antara Jakarta dan Seoul.
Volume perdagangan LNG dunia dewasa ini sebanyak 42,7 juta ton per tahun, dan andil Indonesia di pasaran dunia sebanyak 16,7 juta ton per tahun atau sebanyak 40 persen dari perdagangan LNG dunia.
Tambahan perdagangan LNG tahun 1990 yang disepakati antara produsen dan konsumen sebesar 50,9 juta ton per tahun, dan bagian Indonesia sebanyak 18,9 juta ton tahun atau 37 persen dari perdagangan dunia. (LS)
Sumber: ANTARA (05/09/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 524-525.