PRESIDEN BERSILATURAHMI DENGAN 70 ULAMA ACEH[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto menegaskan, penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam sehingga merekalah yang dilindungi tetapi bukan berarti agama yang minoritas pun tidak dilindungi. Sebab, menurut Kepala Negara, negara Indonesia bukan negara agama, namun juga bukan negara sekuler yang mengabaikan pentingnya agama.
“Kita tidak perlu ragu-ragu karena semuanya berdasarkan negara Pancasila,” kata Presiden dalam acara silaturahmi dengan sekitar 70 ulama Aceh di Istana
Para ulama yang sebagian besar sudah sepuh itu diantar Gubernur DI Aceh Syamsuddih Mahmud dan Ketua MUlAceh Prof Ali Hasjmi. Silaturahmi selama 30 menit dan penuh keakraban itu dihadiri Menag Tarmidzi Taber, Meneg Pangan Ibrahim Hasan dan tokoh masyarakat Aceh Bustanil Arifin dan AR Ramly. Selesai acara Presiden bersholat Jumat bersama para ulama itu di Mesjid di lingkungan istana.Presiden menjelaskan, pembangunan yang dilaksanakan adalahjuga membangun manusia seutuhnya, kehidupan lahir dan batin. Untuk membangun manusia seutuhnya, para ulama memiliki peranan yang penting. Para ulama tidak perlu meragukan pelaksanaan pembangunan, karena semuanya berdasarkan Pancasila. Indonesia bukan negara agama, apalagi hanya satu agama dan juga bukan negara sekuler yang mengabaikan agama, melainkan negara yang melindungi semua agama.
Jangan Dirusak
Dijelaskan, pembangunan industri yang didukung pertanian yang tangguh telah menunjukkan hasil, di antaranya swasembada beras. Keberhasilan pembangunan itu, kata Presiden, karena kita tetap berpegang teguh pada tata kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, berlandaskan Pancasila dan UUD 45. Landasan itu, jangan sampai ditinggalkan, dirusak dan disimpangkan. “Kalau menyimpang dari landasan itu, timbul lagi bentrok, timbul lagi kekacauan dan akan menjadi set back kembali ,”ujarnya. Sehubungan itu perlu dibangun SDM, lahir dan batin, dibangun iman dan taqwanya kepada Tuhan Yang Maim Kuasa dan memiliki kualitas, pengetahuan dan menguasai teknologi. Sukses 50 tahun kemerdekaan RI secara batin yakni keberhasilan membuat mushaf Al Qur’an, sedangkan lahimya, menciptakan teknologi basil IPTN yang diakui dunia. Biasanya, kata Presiden, produk negara maju diasembling di Indonesia, tapi kini produk Indonesia justru diasembling di AS dan Jerman, negara yang lebih maju. “Ini kan terbalik. Hasil kita diakui oleh negara yang sebelumnya sudah tabu lebih dulu dalam produk ini. Produk kita diuji, dan membuktikan pada dunia untuk memiliki iptek. Tapi kita tidak hanya menguasai Iptek lalu melupakan batinnya, iman dan takwanya. Dalam rangka membangun manusia seutuhnya maka lahir dan batin harus dipenuhi,”ucap Presiden.
Disyukuri
Presiden mengatakan, dalam memperingati 50 tahun kemerdekaan Rl, masyarakat diharapkan, tetap menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha menunjukkan rasa syukur yang diberi Tuhan, lanjut Presiden, akan membuahkan hasil lebih, besar. Partisipasi rakyat Aceh dalam perjuangan, sejak proklamasi sampai sekarang dalam mengisi pembangunan ini, dinilai Presiden, tidak perlu diragukan. Bahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan petjuangan mempertahankan kemerdekaan, rakyat Aceh dengan pimpinan para ulama mengadakan mobilisasi ,bisa membeli pesawat terbang yang pertama. Kepada para ulama, Presiden juga mengingatkan agar mengajak umatnya lebih peduli terhadap nasib rakyat yang masih hidup di bawah garis kerniskinan. Caranya, antara lain dengan menyisihkan sebagian kecil penghasilan guna membantu mengentaskan kerniskinan itu. Hal itu sekaligus merupakan gerakan beramal, nyelengi (menabung-red) pahala untuk hidup di akherat, meskipun jumlahnya antara Rp 50- Rp 1.000. Upaya itu telah mengumpulkan dana Rp 700 juta lebih, dan sekarang pegawai swasta dilibatkan. Untuk usaha ini, setiap hari Pak Harto harus menandatangani 100 lebih surat edaran pada perusahaan-perusahaan, dan tanggapannya baik. Dengan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP), dana itu dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan batin, berupa sunah ibadah dan kebutuhan lahimya melalui dana itu. Para ulama tersebut juga membawa beberapa naskah kuno dan cenderamata, sebagai tanda mereka telah bersilaturrahmi, dengan Presiden. Gubemur Aceh yang mengawali acara menyebutkan, bagi ulama Aceh, silaturahmi dengan Presiden ini merupakan kebanggaan dan kebahagiaan . (N-1)
Sumber : SUARAKARYA ( 17/06/ 1995)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 496-499.