PRESIDEN BERTOLAK KE JERMAN MALAM INI

PRESIDEN BERTOLAK KE JERMAN MALAM INI

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden dan Ny. Tien Soeharto menurut rencana Selasa malam (2/7) ini akan bertolak ke Bonn, Jerman, untuk memulai kunjungan kenegaraannya sampai 7 Juli nanti. Kepala Negara dan rombongan yang terdiri dari Menko Ekuin/Wasbang Radius Prawiro, Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas dan Menristek BJ Habibie akan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Mensesneg Moerdiono kepada pers di kantomya hari Senin (1/7) menambahkan, kunjungan ini dilakukan memenuhi undangan Presiden Republik Federal Jerman,

Richard von Weizsaecker. “Kunjungan ini mempunyai makna yang khusus sebab ini merupakan kunjungan presiden dari luar yang pertama ke Jerman setelah Jerman bersatu” katanya. Jerman Bersatu dikumandangkan sembilan bulan lalu, tepatnya 3 Oktober 1990.

Selain itu, makna khusus lain dari kunjungan ini adalah karena dilakukan justru pada saat terjadinya transformasi yang cepat dan mendasar, baik dalam rangka penyatuan Jerman sendiri maupun persiapan yang lebih maju lagi ke arab bersatunya Eropa ke suatu pasaran bersama, sekaligus terjadinya perkembangan ekonomi dan politik yang penting yang terjadi di Eropa Timur.

Dalam kunjungannya ini, Presiden Soeharto akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Weizsaecker, Kanselir Helmuth Kohl, ketua parlemen dan sejumlah pimpinan partai di sana.

Selain Bonn, Presiden Soeharto juga akan mengunjungi beberapa kota dan negara bagian. Antara lain Lathen, di mana terdapat pusat percobaan untuk pembangunan kereta monorel yang merupakan alternative bagi transportasi dikota besar seperti Jakarta.

Selain itu akan dikunjungi pula Papenburg, kota pelabuhan di mana kapal laut yang dipesan Pelni dibuat di galangan kapal kota ini. Presiden Soeharto juga akan mengunjungi Berlin, yang sudah diputuskan akan menjadi ibu kota Jerman.

 

Investasi Menurun

Mengenai materi pembicaraan dengan para pemimpin Jerman, Mensesneg mengatakan titik berat akan bertumpu pada aspek ekonomi dan perdagangan.

“Kendatipun investasi Jerman di Indonesia cukup besar, akan tetapi akhir-akhir ini tampak kecenderungan penurunan cukup berarti, sehingga saya kira Pak Harto akan meminta perhatian Jerman, hendaknya masalah-masalah yang sekarang dihadapi Jerman, baik di Jerman sendiri maupun di Eropa, tidak akan mengurangi perhatian Jerman kepada pembangunan kita,” tuturnya.

Menurut catatan Kompas, nilai investasi Jerman di Indonesia sejak 1967 sampai 1989 mencapai nilai 1.839.732.000 dollar AS yang meliputi 44 proyek, menduduki urutan keempat di bawah Jepang, Hongkong dan AS. Namun di tahun 1989, tak satu pun proyek PMA Jerman yang dibangun di Indonesia. Sementara negara lain terutama Jepang dan Korsel terus meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan Indonesia, masing-masing membangun 63 proyek dan 64 proyek PMA di tahun yang sama.

Mengenai hubungan perdagangan kedua negara, Mensesneg menilai neraca perdagangan itu masih perlu dan bisa ditingkatkan lagi. Tentu diharapkan agar Jerman Bersatu dan Eropa Bersatu nanti bukan menjadi satu kesatuan ekonomi yang tertutup sehingga mempersulit dan menghambat ekspor nonmigas kita,” katanya. “Sebaliknya kita harapkan Jerman Bersatu dan Pasar Tunggal Eropa hendaknya dilihat sebagai proses besar globalisasi, sehingga kita mengharapkan Jerman Bersatu tetap membuka diri bagi perdagangan bebas.”

Neraca perdagangan Indonesia-Jerman Barat di tahun 1988 defisit di pihak Indonesia, di mana Indonesia mengimpor senilai 886,6juta dollar AS dan ekspomya 455,5juta dollar. Ekspor RI meliputi tembakau, minyak sawit, pakan temak,karet, kopi dan sebagainya. Sementara impornya berbagai hasil industri, mesin dan alat transportasi dan telekomunikasi.

Sedangkan dengan Jerman Timur, perdagangan Indonesia mengalami surplus ditahun 1988, di mana impor Rl mencapai 5 juta dollar AS dan ekspornya 11,7 juta dollar AS. Ekspor RI berupa kopi, lada, karet, rotan dan ikan hias. Sementara impornya hasil industri seperti pupuk buatan,mesin-mesin dan alat listrik.

 

Buku G30S PKI

Sebelumnya Mensesneg Moerdiono menerima Mendagri Rudini yang membahas berbagai rancangan Keppres dalam rangka pelaksanaan pemilu. Mensesneg menolak memberi rincian lebih lanjut.

Ditanya tentang buku G30S PKI, Moerdiono mengungkapkan, Sekretariat Negara memang akan menerbitkan buku mengenai Gerakan 30 September PKI. Buku yang sudah siap 11 Maret lalu itu kini siap dicetak,berisi fakta-fakta tentang rencana PKI melakukan pemberontakan. Buku yang disusun Mensesneg Moerdiono sebagai ketua tim dan beberapa pejabat lain sebagai anggota (di antaranya Kabakin Soedibyo) ini juga akan berisi peristiwa penculikan tokoh yang kini menjadi Pahlawan Revolusi.

Kapan terbitnya? Mensesneg belum bisa memastikan apakah buku ini bisa beredar di toko sebelum HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus nanti. “Untuk membuat buku ini memerlukan ketelitian yang luar biasa, termasuk mengeja nama-nama. Saya mengurusnya sendiri,satu demi satu halaman,” katanya. (SA)

 

 

Sumber : KOMPAS (02/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 53-55.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.