PRESIDEN BERTOLAK KE NEW YORK BESOK MALAM
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto dan Ibu Tien, Minggu malam besok bertolak meninggalkan Indonesia untuk menghadiri Sidang Umum PBB ke 47 di New York, AS. Dalam perjalanan ke New York, Kepala Negara dan rombongan akan singgah di Jenewa, Swiss untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi).
Perjalanan Presiden kali ini akan menggunakan pesawat khusus Garuda MD-11. Pemakaian MD-11 yang memiliki kapasitas 260-300 penumpang untuk lawatan ke luar negeri oleh Presiden baru untuk pertama kalinya. Sebelumnya selalu menggunakan pesawat Garuda DC-10.
MD-11 Garuda akan terbang langsung ke Jenewa dari Jakarta dengan penerbangan selama 14 jam 30 menit tanpa henti. Dengan jumlah penumpang anggota rombongan sekitar 100 orang pesawat tersebut disiapkan dapat menempuh penerbangan lebih dari 16 jam secara tanpa henti.
Presiden dan rombongan berangkat dari Jenewa hari Selasa 22 September menuju New York langsung. Diperkirakan tiba di lapangan terbang JF. Kennedy New York pukul 12.00 waktu setempat.
Pada hari Kamis Presiden Soeharto akan menyampaikan pidato dalam kesempatan pertama. Dijadwalkan Kepala Negara akan menyampaikan pidatonya pada pukul 10.00 atau 23.00 WIB. Sebelumnya pada hari Rabu Presiden akan menerirna kunjungan beberapa kepala negara pemerintahan, di antaranya Presiden Korsel, PresidenArmenia, Presiden Azerbaijan dan Presiden Latvia.
Hari Jum’at Kepala Negara akan sholat Jumat di Masjid Islamic Center, New York. Masjid itu dibangun dari sumbangan berbagai negara termasuk Indonesia.
Sabtu malam Presiden akan menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh pengusaha AS di Manhattan, New York. Sekitar 400 pengusaha akan mengikuti pertemuan itu. Dari New York dikabarkan cukup banyak pengusaha setempat yang ingin ikut dalam pertemuan itu. Namun karena keterbatasan tempat dari sekitar 700 peminat yang mendaftar minggu lalu, hanya 400 yang akhirnya diberikan tempat.
Minggu siang Presiden meninggalkan New York menuju Tokyo dengan penerbangan tanpa henti selama 14 jam. Penerbangan ini akan menempuh jalur melintasi kutub utara untuk memperpendek jarak. Tiba di Tokyo pada hari yang sama pada petang hari. Hari Senin Presiden dan Ibu Tien diundang oleh Kaisar Akihito dan permaisuri Michiko untuk menikmati jamuan siang di Istana Kekaisaran Jepang. Pada malam harinya Presiden juga akan bertemu dengan PM Kiichi Miyazawa. Selasa siang Presiden dan rombongan bertolak kembali ke tanah air, dan direncanakan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pukul 19.10 WIB.
Menteri Belanda
Sementara itu di kediaman Jalan Cendana, Jakarta, Jum’at kemarin, Presiden dikunjungi Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, JMM Ritzen. Kepada wartawan, Ritzen mengatakan, Belanda tetap berkepentingan untuk membina hubungan kerja sama dengan Indonesia. Apalagi dengan kedudukan Indonesia sekarang sebagai Ketua Gerakan Non Blok (GNB), diharapkan hubungan kedua negara dapat menjadi jembatan bagi Belanda untuk melakukan dialog dengan negara-negara dunia ketiga yang tergabung dalam GNB.
Ritzen mengatakan, Belanda sangat mendukung kepemimpinan Indonesia dalam membawa arah GNB selama tiga tahun ini. Ia dalam kesempatan itu didampingi Ditjen Pendidikan Tingkat Tinggi Riset dan Pengetahuan Belanda RI De Wijkerslooth dan Duta Besar Belanda di Indonesia J.H.R.D. Van Roijen. Sementara Presiden Soeharto didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan.
Presiden dalam pertemuan itu mengharapkan agar kerja sama antara kedua negara, serta dengan negara dunia ketiga pada umumnya terus berkembang.
Menyambut harapan Kepala Negara itu Ritzen menyatakan keyakinannya bahwa perkembangan negara-negara dunia ketiga saat ini yang bergerak menuju negara industri harus diimbangi dengan kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Kerja sama tersebut bukan hanya antara negara maju dan berkembang, tapi juga antara sesama negara berkembang.
Menanggapi hal itu, Presiden Soeharto meminta kesediaan Belanda menjadi pelopor untuk mendukung kerja sama Selatan-Selatan di bidang pendidikan. Hal ini untuk menindaklanjuti hasil KTT X GNB yang berlangsung di Jakarta, awal September lalu. Selaku Ketua GNB dalam waktu tiga tahun mendatang, RI berkepentingan mengkonkritkan kerja sama Selatan-Selatan.
Dukungan Belanda terhadap kerja sama Selatan-Selatan itu, kata Presiden seperti dikutip Menteri Fuad Hassan, antara lain bisa diwujudkan bilamana Indonesia mengadakan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika dan dalam hal ini BeIanda mendukung finansialnya. “Dengan begitu, Indonesia yang menyediakan tenaga ahlinya atas bantuan finansial Belanda kepada negara Selatan,” katanya.
Kerja sama tersebut merupakan model segi tiga yang dikaitkan dengan kerja sama antar Selatan dan satu atau dua negara industri. Hal ini yang masih perlu dibicarakan lagi karena sampai saat iniyang dipikirkan dan dikembangkan sebagai draft persetujuan ialah kerja sama bilateral saja, lanjut Fuad Hassan.
Ritzen mengatakan, pertemuan dengan Presiden Soeharto berlangsung sangat akrab dan hangat. Pada kesempatan itu dibahas berbagai kerja sama yang sudah berlangsung selama ini antara kedua negara. Ia menilai, keija sama bidang pendidikan kedua negara yang berlangsung selama ini terns meningkat dan menunjukkan kecenderungan saling menguntungkan, saling mengisi dan bermanfaat.
Sumber : SUARA KARYA (19/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 203-205.