PRESIDEN: BILA INDONESIA TIDAK HATI-HATI DALAM UTANG LN, BISA HADAPI MASALAH
Mexico City, Kompas
Presiden Soeharto menyatakan, bila Indonesia tidak hati-hati dalam menghadapi masalah utang luar negeri bisa mengalami masalah seperti yang dihadapi Meksiko.”Tapi alhamdulillah Indonesia belum sampai menghadapi masalah seperti itu. Karena itu kita belajar mengapa sampai demikian itu, dan setelah mengetahui membuat kita waspada pada akhir-akhir ini.”
Pernyataan Kepala Negara tersebut disampaikan dalam acara ramah tamah dengan warga keluarga besar Kedutaan Besar Republik Indonesia di Meksiko di Hotel Camino Real, Mexico City, hari Jumat malam waktu setempat (22/11), atau hari Sabtu pagi WIB (23/11).
Demikian dilaporkan wartawan Kampas Ansel da Lopez dan J. Osdar dari Mexico City kemarin. Sebelumnya Presiden menjelaskan mengenai kesamaan antara Indonesia dengan Meksiko yang kini sedang membangun negerinya. Menurut Kepala Negara, Meksiko dan Indonesia membangun negerinya dengan mengerahkan potensi yang ada dalam dirinya. Tapi selain itu kedua negara juga menggunakan bantuan dari luar negeri untuk pembangunan tersebut.
Kunjungan Presiden Soeharto bersama rombongan ke Meksiko ini merupakan yang pertama dari rangkaian perjalanan selanjutnya ke Venezuela dan ke Tanzania, Senegal serta Zimbabwe di Afrika.
Presiden menjelaskan, pelaksanaan Trilogi Pembangunan secara seimbang, ternyata menarik perhatian negara-negara maju untuk melakukan investasi di Indonesia. Sampai sekarang, kata Kepala Negara, Indonesia masih menerima bantuan dengan bunga lunak. Tapi dalam rangka mempercepat pembangunan, khususnya menggunakan momentum stabilitas nasional, “Kita memberi kesempatan kepada swasta untuk meningkatkan investasi tersebut.”
Tapi bila diperhitungkan, kata Presiden, juga membahayakan, karena pinjaman yang dilakukan pemerintah bisa mendapatkan syarat bunga rendah, sedang swasta tidak. Pinjaman swasta yang meningkat bisa membahayakan perekonomian. Karena pada saat pengembalian pinjaman swasta dengan bunga tinggi itu bisa menguras devisa.
Berkurangnya devisa, kata Presiden, akan mempersulit impor bahan baku industri dan ini bisa mengakibatkan pemutusan hubungan kerja. Akibat selanjutnya ialah bisa membuat keadaan perekonomian yang nampaknya baik jadi merosot.
Terlalu Berat
Pada sambutah awalnya Presiden menjelaskan tentang petjalanannya ke luar negeri kali ini.Menurut Kepala Negara, ada dua tugas penting, yakni mengikuti KTT Kelompok 15 di Caracas, Venezuela, dan KTT Organisasi Konperensi Islam (OKl) di Senegal. Kedua KTT itu berlangsung di dua tempat terpisah yang berjauhan, dan waktu berlangsung satu sama lainnya tidak pula berdekatan .Bila setelah KTT G-15 di Venezuela pulang dulu ke Indonesia dan baru kemudian ke Senegal lagi, maka hal itu tentu memakan waktu banyak dan lebih melelahkan. Oleh karena itu lebih baik dilakukan sekaligus saja, walaupun juga cukup berat.
Kunjungan ke Meksiko ini, lanjut Presiden, antara lain untuk meningkatkan hubungan persahabatan kedua negara yang telah betjalan cukup lama. Kebetulan pula kedua negara sama-sama sebagai negara berkembang dan punya berbagai kesamaan. Keduanya membangun dengan kekuatan sendiri tapi sekaligus juga membutuhkan bantuan negara lain.
Antara Meksiko dan Indonesia juga bisa ada kerja sama dalam pertemuan G-15 atau pertemuan-pertemuan lainnya untuk meningkatkan kerja sama negara-negara sedang berkembang, khususnya dalam menghadapi situasi dunia yang sedang mengalami berbagai perubahan drastis ini.
Pada bagian lain Presi den Soeharto mengharapkan para pengusaha swasta Indonesia segera bergerak untuk mengadakan investasi ke Meksiko, demikian juga sebaliknya.
Beli Batubara
Mengenai pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dan Presiden Carlos Salinas de Gortari sehari sebelumnya, Mensesneg Moerdiono kepada pers menjelaskan, dalam pembicaraan itu terungkap keinginan Meksiko untuk membeli batubara dari Indonesia bagi pembangunan energi di negerinya. Sedang Indonesia ingin membeli pelet untuk bahan baku baja. Meksiko sangat maju dalam sektor industri baja, Beberapa pemuda Indonesia pernah belajar di sini dalam pengolahan baja.
Dalam masalah bilateral, kata Moerdiono, Presiden dalam pembicaraan itu menjelaskan kepada Presiden Carlos Salinas mengenai hubun gan kedua negara yang sangat erat. Presiden Soeharto menjelaskan mengenai perkembangan politik dan tujuan pembangunan di masa depan di Indonesia. Sedangkan Presiden Meksiko menjelaskan berbagai pembaharuan ekonomi yang sedang dilakukan di Meksiko dewasa ini.
Dengan tukar menukar informasi dan pandangan tersebut, kata Moerdiono, diharapkan kedua belah pihak bisa melihat peluang-peluang apa yang berguna untuk mengembangkan kerja sama dan kemajuan masing-masing negara.
Di bidang masalah regional, kata Mensesneg, Presiden Meksiko banyak menanyakan tentang ASEAN dan perkem bangan lain di kawasan tersebut. Pengalaman kerja sama ASEAN ini, lanjut Moerdiono, akan berguna bagi Meksiko dalam usaha memainkan perannya di bidang kerja sama regional di kawasan Amerika Tengah.
Sedang di bidang internasional, secara umum kedua Presiden bertukar pikiran mengenai perubahan-perubahan sangat dinamis di dunia yang dewasa ini sedang mencari keseimbangan baru di bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan keamanan.
Dengan mencoba melihat bersama perubahan yang terjadi itu, kata Moerdiono, kedua Presiden mengusahakan supaya masing -masing atau bersama-sama dapat mengambil manfaat yang baik.
Ke Cancun
Jumat pagi (tengah malam WIB) Presiden dan Ny. Tien Soeharto meletakkan karangan bunga di Tugu Pahlawan Taruna (Altar ALa Patria) di tengah kota Mexico City, didampingi Gubernur Mexico City, Manuel Camacho Solis. Selanjutnya bersama Ny. Tien mengadakan kunjungan ke gedung Gubernuran Mexico City, disambut secara meriah dengan berbagai tarian Meksiko, serta pekikan anak-anak sekolah Indonesia Indonesia disertai lambaian bendera Merah Putih.
Semalam waktu WIB, Kepala Negara dan rombongan meninggalk:an Mexico City menuju Cancun, kota pariwisata di Teluk Meksiko yang akan ditempuh satu setengah jam penerbangan. Di sana Presiden akan beristirahat semalam, sebelum melakukan kunjungan kenegaraan ke Venezuela, sekaligus menghadiri KTT Kelompok 15 di Caracas. Di Venezuela, rombongan akan berada selama enam malam.
Sumber : KOMPAS (24/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 227-230.