PRESIDEN BUKA PAMERAN INDUSTRI INDONESIA RADIUS:
PEMERINTAH BERUSAHA KERAS KURANGI JURANG PERBEDAAN YANG ADA
MENTERI PERDAGANGAN dan Koperasi Radius Prawiro mengatakan Pemerintah berusaha keras mengurangi jurang perbedaan antara kelompok masyarakat di Indonesia. Dengan jumlah penduduk 140 juta yang tersebar di seluruh kepulauan yang panjangnya lebih dan 5000 km, tugas itu tidak ringan.
Dalam kata sambutannya pada pembukaan pameran Industri Jerman Indonesia, Kamis pagi, Radius menegaskan Indonesia melihat proteksionisme sebagai unsur tunggal yang mengkhawatirkan dalam pembangunan dan perdagangan Indonesia, menghargai peranan Jerman Barat dalam kelompok Masyarakat Ekonomi Eropa, untuk memperjuangkan perlakuan preferensi bagi perdagangan Indonesia. Usaha Indonesia tidak akan banyak berhasil jika perjuangan melawan proteksionisme mengalami kegagalan.
Semakin Berat
Memasuki dasawarsa yad tantangan yang kita hadapi semakin berat dan kompleks.
“Tetapi dengan menyaksikan pameran industri Jerman di Jakarta sekarang initimbul keyakinan bahwa kita akan mampu menghadapi tantangan tahun 80-an”kata Radius.
Dikatakan bangsa Indonesia telah memperoleh kemerdekaannya dan Jerman Barat telah berhasil bangkit dari reruntuhan perang. Hal itu tidak mengurangi usaha kita untuk mencapai persamaan untuk mencapai persamaan rakyat antara kedua negara guna mengejar efisiensi yang tinggi dalam pembangunan.
Dalam rangka mengejar efisiensi yang tinggi itulah Indonesia menyambut baik partisipasi Jerman Barat memberi sumbangan teknologi dan hasil produksinya untuk keperluan Indonesia di masa mendatang.
“Masa depan banyak tantangan. Tetapi iklim usaha dan penanaman modal tidak pernah bertambah baik”, katanya.
Indonesia dan Jerman Barat menurut Radius bisa bekerjasama dan ini telah dibuktikan dengan berhasilnya dikembangkan kerjasama antar pemerintah kedua negara, dan beroperasinya perusahaan patungan Jerman di Indonesia.
Pameran industri Jerman dibuka resmi oleh Presiden Soeharto, Kamis pagi dengan pemukulan gong. Kepala Negara dalam kesempatan ini tidak memberikan kata sambutannya.
Menteri Lambsdorff
Menteri Urusan Ekonomi Jerman Barat, Dr. Otto Graff Lambsdorff, yang hadir dalam pembukaan pameran ini dalam sambutannya mengemukakan Indonesia sekarang merupakan suatu faktor kemakmuran dan stabilitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara dan suatu rekanan dagang yang dihargai Masyarakat Ekonomi Eropa.
Dengan menyebutkan hubungan antara Indonesia dan Jerman Barat secara tradisionil adalah baik, Menteri Lambsdorff menyatakan menyambut baik dan menyokong usaha Indonesia untuk meningkatkan ekspor barang2 industri jadi dan setengah jadinya.
“Saya ingin mengemukakan preferensi2 tarif yang sangat luas yang dihasilkan oleh masyarakat Ekonomi Eropa, didalam mana negara saya memainkan peranannya”, kata Lambsdorff.
Namun katanya, bagaimanapun Indonesia bahkan dapat melakukan lebih banyak lagi kesempatan yang diberikan oleh skema ini. Untuk itu kami bergembira menerima setiap usul Indonesia mengenai perbaikan2 khusus yang dapat dilakukan dan akan mendukungnya dalam perundingan2 Masyarakat Ekonomi Eropa.
Minyak Komoditi Langka
Menteri Lambsdorff berpendapat, meskipun Indonesia merupakan satu negara penghasil minyak, namun susunan khusus penduduknya yang sekarang mencapai 140 juta jiwa, membuat jauh berbeda dari negara2 OPEC dari dunia Arab.
Ia mengatakan minyak akan tetap merupakan komoditi yang langka di masa yad, yang mempunyai kecenderungan menjadi mahal.
“Sehingga, mengingat keadaan pembangunan dan kebutuhan ekonomi Indonesia, kami ingin mengakui bahwa bagaimanapun harga minyak tetap tidak boleh dibekukan.”
“Namun harus kita cegah agar kenaikan2 tak terkendali dalam harga tidak memukul perekonomian kita diluar dugaan yang dapat menjurus pada penyesuaian masalah2 secara tiba2,” kata Lambsdorff.
Menilai secara keseluruhan ekonomi internasional dewasa ini, Menteri Urusan Ekonomi Jerbar itu menyatakan berjalan baik sampai beberapa bulan yang silam. Namun harus diakui bahwa dengan adanya kecenderungan resessi yang menyolok di Amerika Serikat, maka prospek bagi suatu kenaikan yang dapat bertahan sendiri di negara2 Eropa Barat menjadi bertambah buruk.
Suatu sebab khusus untuk dikuatirkan, ialah gerakan menaik dariharga2 di seluruh dunia yaitu dengan jurang antararata2 inflasi di berbagai negara yang kembali meluas,
“Tidaklah disangsikan bahwa kecenderungan ini juga diakibatkan pula oleh kenaikan harga2 minyak baru2 ini”, katanya.
Selain itu kekuatiran juga bertambah melihat gerakan2 yang terjadi di negara2 berkembang yang bukan penghasil minyak dewasa ini, yang juga terpukul keras oleh kenaikan dalamharga2 minyak mentah.
Mungkin dalam tahun 1979 ini kita akan menyaksikan defisit negara2 berkembang yang akan mencapai suatu angka rekor baru, yang sekurang2nya dalam jangka pendek, dapat menurunkan kesanggupan mereka untuk membiayai impor dan juga kecepatan pembangunan mereka.
Untuk menghadapi semua Prospek2 yang tidak membesarkan hati ini, Lambsdorff berpendapat agar diantara negara2 berkembang dan terutama antara negara2 kaya minyak dan negara2 berkembang miskin, perlu adanya solidaritas yang lebih baik. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (25/10/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 344-346.