Presiden Buka Upacara Peringatan 25 Tahun KAA :
SEMANGAT BANDUNG JELAS TELAH MENERANGI DUNIA
Presiden Soeharto mengatakan, nyala api Semangat Bandung jelas telah menerangi dunia ke arah dunia keselamatan, dan sejarah telah mencatat bahwa Konperensi Bandung telah ikut menghindarkan dunia dari perang nuklir antara duakubu raksasa yang menghantui umat manusia pada tahun-tahun sekitar 1955.
Presiden mengatakan hal itu dalam upacara Peringatan 25 tahun Konperensi AA di Gedung Merdeka Bandung, hari ini, sekaligus membuka Konperensi AALCC (Asia-Africa Legal Consultative Committee) yang akan berlangsung di Jakarta.
Dikatakan, Semangat Bandung dan solidaritas Asia-Afrika perlu diteruskan kepada generasi muda yang sedang bangkit, karena mereka tidak merasakan kegetiran hidup di bawah penjajahan asing yang kejam.
Semangat Bandung tidak akan hilang walaupun di antara pemimpin dan pelopor serta para pelaku pertemuan besar itu banyak yang sudah tiada, kata Presiden.
Kelanjutan
Perobahan-perobahan cepat yang berkembang di dunia sekarang tidak lain adalah kelanjutan yang lebih matang dari apa yang dipikirkan di Bandung seperempat abad yang lalu.
Perobahan itu tidak lain adalah perjalanan gerakan besar untuk membangun tata dunia yang lebih adil dan manusiawi, baik di lapangan ekonomi maupun di lapangan politik.
Kepala Negara mengatakan perjoangan tata ekonomi dunia baru sesungguhnya didasarkan oleh cetusan Konperensi Bandung.
Presiden mengatakan, ketegangan di berbagai dunia yang kembali mencekam manusia dewasa ini adalah kelanjutan proses dekolonisasi yang belum rampung.
Katanya lagi, dunia akan damai dan maju sejahtera jika semua bangsa mau melaksanakan Dasasila Bandung.
Presiden mengatakan, prinsip-prinsip Bandung bukannya menjadi usang, malahan makin cocok dengan dunia sekarang.
"Semangat Bandunglah yang menjiwai Gerakan Non Blok yang kini menjadi kekuatan dunia yang terus-menerus memperjoangkan perdamaian dan kesejahteraan dunia yang adil,” kata Presiden.
Peperangan dan kekerasan jelas bukan mernpakan jalan keluar dan tidak akan menyelesaikan persoalan.
Presiden mengatakan solidaritas AA perlu terus diperkuat untuk menyelesaikan perjoangan yang tidak kalah besarnya dari perjoangan politik dahulu. Perjoangan itu adalah pembangunan ekonomi dan sosial di Asia Afrika, untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional bersama dan masing-masing untuk kemajuan dan kesejahteraan beratus-ratus juta umat manusia di dunia.
Presiden Soeharto mengajak semua umat untuk menyadari kekuatan AA di masa lampau, karena keinginan untuk membangun masa depan dengan kekuatan itu.
"Dengan kesadaran dan keinginan itu, marilah kita peringati seperempat abad Konperensi AA di kota Bandung ini," kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan untukmengingat terus Semangat Bandung, dibangun sebuah Museum Konperensi Asia-Afrika. Presiden menyerukan untuk terus menyalakan semangat Asia-Afrika pada setiap gelanggang dan kesempatan.
Kepala Negara mengatakan, Indonesia merasa mendapat kehormatan justru pada saat Konperensi Bandung diperingati secara nasional, mulai 25 April, di Jakarta dilangsungkan pertemuan Badan Konsultatif Hukum Asia-Afrika yang pesertanya datang dari berbagai negara yang pada saat ini berada di gedung yang bersejarah ini.
Katanya, melalui hukum yang disinari oleh Semangat Bandung diharapkan agar rakyat-rakyat AA menikmati pengayoman hukum yang seadil-adilnya, yang mendatangkan ketenteraman dan kesejahteraan.
Presiden Soeharto pada kesempatan itu menyatakan pula dibukanya secararesmi pertemuan ke-21 Badan Konsultatif Hukum Asia-Afrika.
Harus Menjiwai
Menlu Mochtar Kusumaatmadja selaku ketua umum Panitia Peringatan 25 Tahun KAA, dalam sambutannya mengatakan:
"Semangat Bandung harus menjiwai kita dengan api dan ketetapan hati yang sama untuk memenangkan perjuangan untuk memperoleh kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat."
"Sekarang, bagian terbesar dari bangsa-bangsa Asia-Afrika telah bebas dan merdeka. Namun apalah artinya kebebasan dan kemerdekaan, jika rakyatnya masih tetap hidup dalam kemiskinan, kelaparan dan kesengsaraan," kata Menlu Mochtar dengan nada bertanya.
Kemajuan sosial dan ekonomi hanya dapat dicapai jika bangsa-bangsa dapat hidup berdampingan secara tenteram, bebas dari rasa curiga dan takut, serta hidup bersama dengan saling mempercayai dan saling toleransi serta iktikad baik.
Pada kesempatan terpisah, Dubes Pakistan untuk RI Iqbal Hussein, kepada Merdeka mengatakan harapan agar semangat Bandung yang telah memberikan warna perjuangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dapat kiranya berkembang di kalangan negara-negara Non Blok.
Sedang Imron Rosjadi menilai relevansi Konperensi AA masih sangat penting dewasa ini, terutama dalam hal bagaimana mengusahakan pemerataan kekayaan di dunia ini. "Jadi dalam rangka menciptakan tata ekonomi dunia baru (New World Economic Order), yang mana mereka "masih tahan diri," katanya, menunjuk negaranegara kaya yang masih tahan diri. Dalam hal seperti ini, negara-negara berkembang diharapkan dapat mendobrak, seperti dahulu telah berhasil mendobrak dari segi politis.
Bekas ibu negara, Nyonya Fatmawati Soekarno, kepada wartawan mengatakan sejak dicetuskannya gagasan untuk mengadakan konferensi AA, dia melihat sikap optimisme dikalangan para pemimpin waktu itu. Dia menilai perlunya sekarang melihat secara optimis terhadap perkembangan dunia terutama dengan melihat pedomanpedoman yang sudah dihasilkan dulu.
Nyonya Fatmawati Soekarno memang memancing perhatian dari masyarakat. Dia memasuki ruangan gedung Asia-Afrika diiringi putra bungsunya Guruh Soekarno Putra, Roeslan Abdulgani dan Menteri Agama Alamsjah, dan juga Taufan Soekarno Putra almarhum Soekarno dengan Hartini.
"Aduh Mas Tok minta maaf, tidak bisa hadir, "kata Nyonya Fatmawati ketika dijemput Yoop Ave di pintu masuk. "Dia sakit, betul lho minta maaf," katanya lagi.
Nyonya Fatmawati yang mengenakan baju bodo warna biru dengan sarung merah.Dia juga menyelempangkan rompi berenda semuanya warna merah tua. Dia duduk di sayap kiri menghadap podium, di sebelahnya duduk ketua DPR/MPR Daryatmo, Presiden Sidang Umum PBB Salim A Salim bersama isteri, kemudian berturut-turut; Oemar Senoadji, Idham Khalid, Umar Wirahadikusumah dan Menko Polkam Panggabean.
Tepat menghadap podium, duduk Presiden Soeharto bersama Nyonya Tien, Wakil Presiden Adam Malik dan Nyonya, Menlu Mochtar Kusumaatmadja dan menteri Kehakiman Moedjono.
Di sayap kiri, barisan kursi terdepan duduk para bekas anggota delegasi Indonesia di Konperensi AA tahun 1955 lalu yang sampai sekarang masih hidup.
Mereka antara lain, Roeslan Abdulgani, Prof. Soenaryo, Prof. Roeseno dan Sanusi Hardjadinata. KH. Masjkur yang dulu juga anggota delegasi juga tampak hadir, tetapi tidak kelihatan duduk di deretan kursi tersebut.
Di sayap kanan, deretan terdepan duduk empat orang duta besar negara-negara yang dulu menjadi sponsor diadakannya KAA. Mereka berturut-turut, Dubes Pakistan Iqbal Hussein bersama nyonya, Dubes Srilanka, Dubes Burma bersama Nyonya dan paling ujung Dubes India untuk Indonesia.
Meriah
Bandung menunjukkan suasana yang cukup meriah menjelang diselenggarakannya peringatan ini. Hampir di segala penjuru kota terlihat spanduk membentang menyambut peringatan KAA ke-25, dan juga ‘umbul-umbul’ warna warni.
Beberapa gedung tampak dipugar khusus menyambut peringatan ini, seperti stasiun KA Bandung yang tampak bersih dan semarak dengan spanduk dan umbulumbul.
Di lapangan depan Balaikota Bandung tampak ada penyelenggaraan "Festival Bunga," tidak jelas apakah khusus menyambut peringatan ini sekaligus mengembalikan kesan Bandung sebagai kota kembang.
Sejak Kamis pagi, sepanjang jalan Cicendo dekat gubernuran, kemudian jalan Stasion Timur terus kejalan menuju gedung Asia-Afrika, anak-anak sekolah berderet melambai-lambaikan bendera kecil merah putih. Merekatidak beranjak meski panas matahari semakin siang semakin menyengat.
Semakin siang luapan massa memang semakin bertambah banyak datang berduyun dari segala penjuru kota bahkan dari luar kota. Tetapi mereka tidak berhasil mendekati tempat penyelenggaraan peringatan ini karena jalan diblokir dan tidak diperkenankan bagi masyarakat.
Selesai penandatanganan prasasti pembukaan Museum Konferensi Asia-Afrika oleh Presiden Soeharto, suasana semakin meriah karena para tamu dijamu dengan pertunjukan kesenian-kesenian khas Parahiyangan.
Tetapi yang paling memukau pengunjung adalah permainan angklung dari 1100 siswa SD, SLP, dan SLTA yang dipimpin oleh penemu aransemen angklung Daeng Sutisna. Beberapa lagu perjuangan seperti, Maju Tak Gentar, Padamu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa dan Halo-halo Bandung dimainkan.
Beberapa kali Presiden Soeharto bertepuk tangan ringan sesaat sebuah lagu selesai dimainkan. Juga dirigen yang diperagakan Daeng Sutisna tampak memikat. Dan ketika lagu terakhir, "Euis ka antosan heula" dinyanyikan, tampak nyonya Fatmawati Soekarno tidak henti-hentinya bertepuk tangan. Di wajahnya tampak kegembiraan hati nyonya Fatmawati Soekarno. Beberapa orang mengatakan, lagu itu adalah salah satu
lagu kesayangan almarhum Bung Karno. Selesai Daeng Sutisna yang berdiri di panggung memberi hormat kepada Presiden Soeharto dan Wapres Adam Malik, gerimis mulai turun. Bahkan semakin deras. Pertunjukan drumband yang menyusul pertunjukan angklung terpaksa main di bawah titik-titik air hujan.
Pukul 13.40 WIB, pawai di depan gedung Asia Afrika selesai mengakhiri semua acara peringatan 25 tahun KAA. Para delegasi yang akan mengikuti konferensi AALCC, pulang ke Jakarta naik kereta api. (DTS)
…
Bandung, Merdeka
Sumber: MERDEKA (25/04/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 946-950.