PRESIDEN CANANGKAN BULAN BAKTI LKMD: KEHIDUPAN DESA TIDAK PASIF LKMD BUKAN PELENGKAP SAJA

PRESIDEN CANANGKAN BULAN BAKTI LKMD: KEHIDUPAN DESA TIDAK PASIF LKMD BUKAN PELENGKAP SAJA

 

 

Klaten, Kompas

Presiden Soeharto membantah pandangan sementara kalangan dan peneliti yang menyatakan seolah-olah kehidupan di daerah pedesaan sekarang itu pasif, tidak ada inisiatif, dan kreativitas. Kepala Negara juga menyatakan prihatin dengan penilaian bahwa LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) hanya institusi performa pelengkap saja.

“Itu tidak benar,” tandas Kepala Negara dalam temu wicara dengan para pengurus LKMD, KUD, PKK, dan Kader Pembangunan Desa (KPD) di Desa Ngaran, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jateng, hari Kamis. Dalam kesempatan itu, Presiden mencanangkan dimulainya Bulan Bakti LKMD tahun 1989.

Menurut Kepala Negara, kehidupan masyarakat di Desa Ngaran itu merupakan bukti nyata bahwa pandangan para peneliti itu tidak benar.

“Kalau saya membaca surat kabar, ada sarjana atau para ahli yang masuk desa memberikan penilaian demikian, tentu merupakan keprihatinan dari pada kita,” katanya.

“Tentunya saya juga merasa kasihan dengan jerih-payah orang-orang desa itu tidak dilihat, tidak diakui. Ya kebangetan namanya”.

Ditegaskannya, sekarang ini tidak ada satu desa pun di seluruh Indonesia yang tidak melaksanakan pembangunan desanya. Besar-kecilnya pembangunan itu tentunya tergantung pada kemampuan desa masing-masing.

Sementara pemerintah hanya memberikan dorongan antara lain melalui dana Inpres Pembangunan Desa. Dalam kesempatan itu. Kepala Negara juga mencek apakah dana Bangdes yang besarnya Rp 1,5 juta perdesa (Rp 1,2 juta untuk pembangunan desa dari Rp 300.000 untuk PKK-Red) sampai secara utuh atau tidak.

“Utuh Pak, lengkap,” sahut Ketua I LKMD Desa Ngaran. J. Ngadikan. Sementara itu Ketua Umum PKK desa tersebut. Ny. Siswanto Raharjo menjelaskan, bantuan PKK itu digunak:an bagi penyebarluasan P-4 Rp 25.000, pelaksanaan 10 program PKK Rp 100.000, UP2GK. Rp 150.000 dan administrasi Rp 25.000.

“Apa ada yang merasa berat ikut PKK?” tanya Presiden Soeharto.

“Tidak Pak,” jawab Ny. Siswanto yang istri kepala desa.

“Suaminya tidak: pemah marah?” tanyanya lagi yang disambut gelengan kepala dan gelak tawa hadirin.

 

Desa Terpadu

Dalam pidato sebelumnya Presiden mengatakan, kegairahan pembangunan di desa-desa telah membesarkan hati, dan memberi harapan bagi masa depan. Di beberapa daerah atas inisiatif dan kreativitas masing-masing, berkembang gerakan pembangunan yang makin terpadu, seperti Manunggal Sakato di Sumbar, Gawi Sa bumi di Kalsel, Gerakan Desa Makmur dan Merata (Gersamata) di Sulawesi Tenggara, dan sebagainya.

Hal ini, menurut Kepala Negara, membuktikan bahwa kemampuan masyarak:at dalam memikul beban dan tanggung jawab pembangunan tidak kecil dan harus terus dikembangkan.

“Cara-cara itu perlu ditingkatkan lagi menjadi gerakan pembangunan desa terpadu yang digelorakan di semua daerah dan wilayah,” ujarnya.

Di bagian lain sambutannya, Kepala Negara juga menekankan bahwa prakarsa masyarakat dalam pembangunan melalui wadah LKMD dan PKK yang dibantu KPD akan makin berkembang jika rencana dan pelaksanaan pembangunan menampilkan keinginan dan kebutuhan masyarak:at. “Prakarsa, swadaya dan kemandirian masyarakat inilah yang akan menjadi kekuatan penting bagi seluruh gerakan pembangunan,” tandasnya.

 

Dirasakan Manfaatnya

Gubernur Jateng Ismail dalam laporannya mengatakan, sejak:dilaksanakannya Bulan Bakti LKMD tahun 1985, perkembangan LKMD di Jateng makin meningkat Tahun lalu, tercatat 7.429 buah LKMD atau 87,88 persen tergolong aktif, lebih besar dibanding tahun 1935 yang baru 75,W persen.

Sedangkan Mendagri Rudini antara lain mengatakan bulan bakti LKMD memberi dampak terhadap perkembangan LKMD, baik kualitas maupun kuantitas. Pada tahun 1987/88, LKMD yang sudah berkembang mencapai 51.75 persen di seluruh Indonesia, lebih besar dibandingkan tahun 1984/85 yang baru 42.47 persen.

 

Tidak Digeneralisasi

Sementara itu guru besar Universitas Gadjah Mada Prof. Mubyarto yang juga hadir dalam acara ini, menjawab pers mengenai penegasan Presiden Soeharto mengakui bahwa penelitian para ahli tentang kehidupan di desa itu memang tidak bisa digeneralisasikan untuk semua desa di Indonesia.

Namun diingatkannya, jika upaya gotong royong saja sampai dikerjakan dengan bantuan pemerintah, maka itu akan membuat masyarakat desa terbiasa akan bantuan dari luar. Hal demikian, menurut peneliti senior ini, akan membuat kehidupan desa menjadi mundur, terutama dalam aspek otoaktivitas dan kreativitas lokal yang menjadi motor utama pembangunan desa.

Diingatkan pula, tantangan dan masalah yang dihadapi pedesaan Indonesia tidak seragam.Ada desa yang sudah maju seperti kebanyakan di Pulau Jawa, tapi ada juga yang masih terbelakang terutama di Timor Timur dan Irja. Karena itu, katanya, sebaiknya ada kompensasi dari bantuan pemerintah dengan mengutamakan desa terbelakang itu sehingga desa tersebut secara bersamaan dapat mencapai tahap tinggal landas.

Dalam kesempatan itu, Kepala Negara yang antara lain didampingi Mensesneg Moerdiono, Menko Ekuin Radius Prawiro, Menko Kesra Soepardjo Rustam, dan Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisnojuga menyaksikan pameran hasil industri dan kerajinan Kabupaten Klaten.

Desa Ngaran, sekitar 15 km timur laut kota Klaten, tergolong desa yang maju dengan hamparan sawah kelas satu dan beragamnya potensi desa lainnya.

 

Rehabilitasi

Dalam kesempatan terpisah, Ny. Tien Soeharto Kamis kemarin meresrnikan Gedung Pusat Pengembangan dan Latihan Rehabililasi Para Cacat Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Yayasan Pembinaan Anak-anak Cacat (YPAC) Pusat di Karanganyar, Jateng.

Yayasan ini diprakarsai oleh Prof. Dr Soeharso (almarhum), bertujuan antara lain membina kesejahteraan dalam arti kata seluas-luasnya bagi anak penyandang cacat.

Sejak 1953, kini yayasan telah merniliki cabang di 15 kota besar, termasuk Ternate, Jember, Malang, Palembang, dan Medan.

Gedung yang diresmikan itu terletak di. Adisucipto, Karanganyar, dengan luas bangunan 2.500 m di atas tanah sekitar7.000 m2. Terdiri dari pendopo, auditorium, pusat latihan, dan fasilitas lainnya.

Dalam kesempatan itu, Ny. Tien Soeharto menghargai usaha YPAC dalam membantu memulihkan kepercayaan diri anak cacat. Ia juga mengimbau para donatur untuk memberikan bantuannya bagi usaha mulia ini.

 

 

Sumber : KOMPAS (03/03/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 77-79.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.