PRESIDEN DAN WAPRES RI IDUL ADHA DI ISTIQLAL
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah melakukan ibadah shalat ldul Adha 1407H/1987 di Masjid Istiqlal, Rabu pagi bersama imam KH. Muhammad Assiry dan khatib KH. Kosim Nurzeha.
Kosim Nurzeha dalam khutbahnya mengatakan, hakekat korban tidak sekedar terletak pada bentuk hewan korbannya, tapi kesempurnaannya terletak pada makna atau arti, ialah taqwa kepada Allah.
Hakekat Taqwa dari ibadah korban itu adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan meninggalkan segala larangan dan melaksanakan petunjuk-Nya dengan penuh khusuk sertamengikuti sunah Rasul-Nya yang dijadikan suri tauladan.
Penerapan taqwa Kepada Allah dalam tingkah laku sehari-hari berupa kedewasaan yang meliputi Panca Dewasa, dewasa dalam berpikir (tata cipta), dewasa dalam beremosi (tata rasa), dewasa dalam berkehendak (tata karsa), dewasa dalam berbuat (tata karya) dan kedewasaan berbicara (tata wicara), kata Kosim.
Menurut Kosim, dewasa dalam berpikir itu kesanggupan daya pikir untuk membedakan hak dan batil, halal dan haram, membangun dan merusak. Sikap berfikir seperti ini berupa sikap realisasi kritis.
Dewasa dalam beremosi maksudnya sadar meletakkan emosi pada martabat yang mulia dan terhormat, baik emosi positif atau emosi negatif.
Kesadaran sikap menentukan keinginan, mana yang mampu dan tidak mampu untuk dilaksanakan merupakan kedewasaan dalam berkehendak. Bila kemampuan ada masih harus disimak, layak atau tidak dilaksanakan, juga masih dilihat dari asas prioritas.
Kesadaran untuk sanggup melaksanakan perbuatan taat kepada Allah, perbuatan bersifat membangun sesuai tanggung jawabnya masing-masing, seperti dalam melaksanakan pembangunan nasional saat ini.
Kedewasaan berbicara itu suatu kesadaran sikap dalam menampilkan pendapat dan pendirian, bukan mustahil orang lain berpendapat dan berpendirian berbeda, katanya.
Beribadah korban itu mengandung hikmah, ialah latihan merasakan nikmat kebahagiaan berkorban. Nikmat kebahagiaan ini berbentuk proses memberi dan menerima antara anggota masyarakat yang mampu dengan warga masyarakat yang memerlukan pertolongan.
Ke dua belah pihak ini berintegrasi, bersatu dalam kehidupan masyarakat dan berbangsa, sehingga dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan Nasional yang merupakan salah satu aspek dasar dalam menegakkan ketahanan nasional.
Persatuan ini diikat oleh tali rohani, ialah hubungan kasih sayang dengan kesadaran iman bahwa kita berasal dari satu rahim, rahim Ibu Hawa. Ikatan tali rohani ini menumbuhkan rasa kewajiban moral kepada Allah SWT untuk menegakkan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional, tambahnya.
Namun Kosim mengatakan, “kebahagiaan berkorban tersebut bersifat abadi, hanya dapat dirasakan oleh hamba Allah yang beriman dan beramal kebajikan”.
Ikut bersembahyang ldul Adha para Ketua/Wakil Ketua DPR/MPR RI, Menteri Agama H. Munawir Sjadzali, MA beserta istri dan beberapa Menteri Kabinet Pembangunan IV serta beberapa Duta Besar Negara sahabat beserta istri.
Sumber: ANTARA (05/08/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 648-649