Presiden di Kongres Hindu Dharma:
SIKAP TIDAK TENGGANG RASA, TIDAK SESUAI DENGAN AJARAN AGAMA
Presiden Soeharto mengingatkan, dalam kehidupan bangsa yang bersifat majemuk, juga dalam hal agama, tidak diinginkan hidup kebangsaan menjadi hancur berantakan hanya karena masing-masing menganut agama mementingkan golongannya sendiri, tidak bertenggang rasa terhadap saudara sebangsa yang berlainan agama.
Hal itu disampaikan dalam sambutannya ketika membuka Maha Sabha (Kongres) Parisada Hindu Dharma ke IV di Denpasar Bali, Rabu malam.
"Sikap tidak tenggang rasa seperti itu justru tidak sesuai dengan ajaran agama itu sendiri," demikian Presiden.
Yang diinginkan adalah ajaran umat yang berlain agama bisa menghayati dan mengamalkan agamanya masing-masing dengan disemangati oleh sikap percaya mempercayai dan saling menghormat satu sama lain.
Dalam kerangka ini, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) mempunyai peranan penting, sebab merupakan kerangka perwujudan nilai-nilai dasar hidup kebangsaan yang mempertemukan segenap bangsa yang menganut berbagai agama.
Kepada umat Hindu di Indonesia, Presiden mengatakan, walaupun umat Hindu merupakan golongan kecil dalam arti jumlah, akan tetapi hal itu sama sekali tidak mengurangi arti dan peranan sebagai bangas Indonesia.
"Sesungguhnya kehadiran saudara-saudara tidaklah ditentukan oleh jumlah melainkan oleh mutu amal dan pengabdian terhadap bangsa dan negara," katanya. (DTS)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber: MERDEKA (25/09/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 898-899
[end
Riani Architta
WA : 087777680435