PRESIDEN: DISANA-SINI MASIH TERDAPAT MASALAH ANTAR UMAT BERAGAMA[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan, kerukunan antar umat beragama telah dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, walaupun disana-sini masih terdapat masalah setempat yang memerlukan perhatian.
“Dalam dua dasawarsa terakhir ini, kitajuga sudah mencapai banyak kemajuan dalam membangun saling pengertian dan kerukunan antar umat beragama, “kata Presiden di TMII, Jumat, ketika membuka seminar kebudayaan.
Menurut Kepala Negara, saling pengertian dan kemkunan saja ternyata belumlah cukup, betapapun pentingnya hal tersebut. “Sebagai bangsa yang menghadapi tantangan masa depan yang sama, kita memerlukan kerja sama erat antara seluruh golongan dan lapisan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan asal golongannya,”tegas Presiden.
Pada seminar yang diselenggarakan ICMI, Iska, KCBI, serta PIKI itu, Presiden menyebutkan perbedaan dalam menganut agama, tidak perlu menjadi penghambat dalam menunaikan tugas dan kewajiban setiap warga negara.
“Hanya dengan cara inilah, kita akan dapat mempunyai kekuatan nasional yang Kita memerlukan langkah lebih lanjut,” tegas Presiden.
Kepada para cendekiawan dari agama !slain,Katolik , Budha, Hindu itu, Presiden mengingatkan GBHN tahun 1988 memuat arahan bahwa umat beragama mempunyai tanggungjawab bersama untuk secara terus-menerus dan bersama-sama meletakan landasan spiritual, moral dan etik yang kukuh bagi pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Agama dan kebudayaan
Ketika berbicara masalah kebudayaan dan agama, Kepala Negara mengemukakan, kehadiran agama-agama besar dunia di Tanah Air telah memberikan sumbangan amat penting terhadap proses pembangunan kebudayaan nasional.
“Agama-agama (yang telah menjadi bagian menyeluruh dari kebudayaan setempat), ternyata sekaligus menjadi penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menganut agama yang sama,”kata Presiden.
“Dengan perkataan lain, agama-agama bukan saja telah menghindarkan berkembangnya rasa kedaerahan yang sempit tapi secara tidak langsung juga ikut meletakkan dasar-dasar kebudayaan nasional yang meliputi seluruh Indonesia,” kata Kepala Negara. Sementara itu, ketika menyinggung seminar yang diselenggarakan para cendekiawan yang berasal dari umat beragama di Tanah Air itu, Kepala Negara mengingatkan bahwa seminar ini jelas bukanlah merupakan seminar agama-agama.
Kepala Negara juga mengatakan, berbagai perubahan yang terjadi pada masyarakat internasional juga akan mempengaruhi kebudayaan Indonesia, baik yang bersifat positif maupun negatif
“Sebagian perubahan itu memperkukuh, mengembangkan dan memperluas cakupan kebudayaan asli yang kita warisi dari zaman lampau,” kata Presiden yang didampingi Ketua Umum ICMI, BJ Habibie serta para tokoh organisasi-organisasi cendekiawan dari berbagai agama lainnya.
Namun, menurut Kepala Negara, perubahan kebudayaan akan mencakup pula perubahan tata nilai, perubahan lembaga serta perubahan sikap, prilaku dan perbuatan masyarakat. Perubahan kebudayaan dapat menyebabkan warga dari masyarakat yang sama menjadi saling tidak memahami.
Kepada seluruh umat beragama, Presiden mengingatkan, jika saling tidak memahami itu berlarut, maka dapat timbul pertentangan antar generasi, antar umat beragama ataupun antar daerah. Sementara itu, ketika menyinggung Pusat Peragaan Iptek di Taman Miniyangjuga diresmikan bersamaaan pembukaan seminar budaya ini, Presiden mengatakan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi amat penting guna memasuki abad 21.
“Kita perlu mempersiapkan setiap warga negara terutama kanak-kanak, remaja dan kaum muda yang akan menjadi orang di masa depan untuk mengenal, memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi itu,” kata Presiden. (T.EU02/B/DN09/1 0/ll/95 20: 13/RU2)
Sumber: ANTARA (10/11/1995)
___________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 372-375.