PRESIDEN GEORGE BUSH MENELEPON PRESIDEN SOEHARTO UNTUK MINTA MAAF
New York, Kompas
Presiden AS George Bush hari Kamis sore dari Gedung Putih di Washington menelepon Presiden Soeharto di Hotel Waldorf Towers, New York. Dalam pembicaraan selama 12 menit pada pukul 14.20 (Jum’at dinihari WIB) itu, Bush menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa bertemu Presiden Soeharto selama berada di New York.
Dalam keterangan kepada pers, Mensesneg Moerdiono mengatakan, sedianya Presiden Bush ingin menemui Presiden Soeharto. “Tapi seperti diketahui, ini adalah hari-hari yang sangat sibuk bagi Bush dalam rangka pelaksanaan pemilihan Presiden yang tinggal sekitar tujuh minggu.”
Presiden Soeharto menurut Moerdiono, demikian dilaporkan wartawan Kompas Ansel da Lopez dari New York semalam, sangat memahami kesibukan Presiden Bush. Karena itu sejak dari Jakarta Presiden Soeharto tidak ingin mengganggunya dengan mengadakan pertemuan.
Seperti pemah diberitakan, setelah KTT X GNB di Jakarta berakhir, Bush mengirim surat kepada Presiden Soeharto untuk menyampaikan ucapan selamat atas suksesnya KTT dan atas terpilihnya Indonesia sebagai ketua.
Menjelang keberangkatan ke New York, lanjut Moerdiono, Presiden Soeharto telah membalas surat Bush itu. Di New York sendiri Presiden juga telah menulis surat kepada Bush yang berisi penjelasan-penjelasan mengenai hasil-hasil KTT GNB Jakarta, dan langkah-langkah apa yang akan diambil Indonesia dalam melaksanakan keputusan KTT.
Presiden mengharapkan tanggapan atau pandangan positif dari AS terhadap langkah-langkah yang diambil oleh GNB dan keputusan-keputusan yang dihasilkan di Jakarta.
Presiden Bush sendiri dalam percakapan telepon itu, menurut Moerdiono, menjelaskan tentang Perjanjian Kerja Sama Perdagangan Bebas Negara-negara Amerika Utara (NAFTA-North America Free Trade Arrangement) yang terdiri dari negara-negara AS, Kanada dan Meksiko.
Bush menjelaskan bahwa, kerja sama tersebut tidak berarti tertutupnya pintu bagi hubungan perdagangan dengan negara-negara di wilayah lain. Kerja sama itu justru dimaksudkan untuk tujuan konstruktif Karena itu Bush mengharapkan jangan sampai timbul salah pengertian, jelas Moerdiono.
Shalat Jum’at
Jumat pagi kemarin Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan direktur eksekutif, pembicaraan dengan PM Selandia Barn James B Bolger, serta dengan Presiden Slovenia Milan Kucan. Kemudian shalat Jum’at bersama umat Islam di New York di Masjid Islamic Cultural Center, dan malamnya mengadakan pertemuan dengan sekitar 300 pengusaha Amerika di Hotel Waldorf Towers. Presiden didampingi Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono, serta Perutusan Tetap RI di PBB Nugroho Wisnumurti tiba di pintu masjid yang berarsitektur megah di tengah-tengah gedung bertingkat kota New York, disambut perwakilan Tetap Kuwait, Senegal, Pakistan, Peninjau Tetap OKI di PBB, Imam serta pengurus masjid. Shalat berlangsung pukul 13.00 Sebelum adzan ada shalat Sunnat Tahiyyalul Masjid (dua rokaat),dan setelah shalat Jum’at ada shalat Ba’da Jum’at (dua rokaat). Bertindak selaku imam dan kbatib adalah Imam Masjid Dr. Moh. Salim Azwa.
Masjid itu mampu menampung 888 orangjemaah, sesuai rekomendasi yang diberikan pihak Pekerjaan Umum Kota New York itu, dibangun oleh The Islamic Center of New York. Pembangunan masjid berasal dari pihak Perwakilan Tetap Kuwait di PBB, yang kemudian disusul Arab Saudi, Libya, Qatar, Aljazair, Bahrain, Pakistan, Indonesia, Malaysia dan Turki. Dana pembangunan seluruhnya 17 juta dollar AS, dan Kuwait menyumbang 9 juta dollar.
Indonesia ikut menyumbangkan mimbar masjid yang terbuat dari kayu jati, juga rak tempat sepatu yang terbuat dari kayu eboni serta ukiran kayu untuk omamen pembatas antara dinding dan atap. Pakistan menyumbang karpet yang menutup lantai masjid yang terbuat dari marmer.
Ide pembangunan masjid muncul sejak sekitar tahun 1952 dengan berdirinya Yayasan Masjid New York. Tapi pembangunannya baru dimilai 28 Mei 1987, setelah yayasan berhasil membeli sebidang tanah di kawasan Manhattan, di sudut antara West 72 dan Riverside Drive. Pembangunannya selama tiga tahun, dan mulai dipergunakan untuk umum sejak 1 Mei 1991. Peresmiannya dilakukan pada September 1991 oleh Emir Kuwait Sheikh Jaber Al-Ahmad AI-Sabah.
Selain perpustakaan, masjid ini juga menyelenggarakan sekolah membaca AI-Quran, yang berlangsung-pada akhir minggu selama dua jam. Jumlah muridnya sekarang melebihi 200 orang anak dan dewasa.
Sementara Ny. Tien Soeharto hari Jum’at pagi melakukan kunjungan ke New York Botanical Garden, didampingi istri Wakil Tetap RI di PBB, Ny. Nugroho Wisnumurti. Di sana Ny. Tien melihat tanaman anggrek. Dari sana dengan trem pergi meninjau Kebun Bunga Peggy Rockeffeler, dengan terlebih dahulu singgah di taman kanakkanak melihat hasil karya perkebunan yang dilakukan anak-anak sebagai salah satu acara pendidikan anak sekolah pada setiap musim panas.
Dari Peggy Rockefeller Rose Garden, dengan trem Ny. Tien menuju Enid A Haupt Concervatory, melihat koleksi tanaman tropis musim hujan. Dari sana melihat galeri kristal Steuben di 5th Avenue, Manhattan.
Mongolia dan Latvia
Sementara itu hanya sekitar satu jam setelah menyampaikan pidatonya di depan Sidang Majelis Umum PBB hari Kamis, di penginapan Hotel Waldorf Towers Presiden Soeharto langsung menerima lagi Presiden Mongolia Punsaimagiin Ochirbat, dan kemudian Presiden Latvia Anatolija Gorbunous.
Presiden Mongolia Ochirbat menyampaikan ucapan selamat kepada Indonesia atas penyelenggaraan KTT X GNB di Jakarta yang dinilainya sukses, maupun atas kepemimpinan Indonesia periode tiga tahun mendatang. Tapi sekaligus minta maaf tidak bisa memimpin sendiri delegasi negaranya ke Jakarta karena pada waktu bersamaan di Mongolia sedang berlangsung pemilihan umum.
Kedua pemimpin sepakat ten tang pentingnya saling tukar menukar pengalaman dan saling tukar kunjungan para pejabat dari kalangan yang lebih luas antara kedua negara. Presiden Ochirbat juga mengundang Presiden Soeharto ke Mongolia, dan ini disambut baik oleh Presiden Soeharto, hanya waktunya akan ditentukan kemudian.
Sementara dengan Presiden Latvia Anatolija Gorbunous, kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan kerja sama kedua negara. Kecuali menjelaskan perkembangan-perkembangan yang terjadi di negerinya, jelas Mensesneg Moerdiono, Presiden Gorbonus dalam rangka ingin meningkatkan kerja sama tersebut, menawarkan pelabuhan-pelabuhan Latvia yang terletak di Laut Baltik kiranya dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan perdagangan lebih luas ke Eropa.
Dengan Sekjen PBB
Sebelum menyampaikan pidato,Kepala Negara juga terlebih dahulu mengadakan pembicaraan dengan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali dan Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-47 Stoyan Ganev.
Dengan Sekjen PBB Presiden Soeharto menekankan kembali pokok-pokok hasil KTT X GNB. Di mana yang ditekankan Kepala Negara adalah pentingnya anggota-anggota GNB meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, serta keinginan KTT untuk mengadakan pemikiran bersama mengenai restrukturisasi, revitalisasi dan demokratisasi badan PBB. Tentang hal ini dalam pidatonya di depan SMU PBB kemarin, Presiden antara lain menekankan perlunya Dewan Keamanan diperluas dengan masuknya anggota-anggota baru. Dan sekiranya kepada anggota-anggota baru tersebut tidak dapat diberikan hak veto, setidak-tidaknya kepada mereka perlu diberikan status sebagai anggota tetap.
Sementara Sekjen PBB sekali lagi menyampaikan penghargaannya kepada Indonesia, yang telah menyelenggarakan KTT X GNB dengan sukses, baik dilihat dari segi penyelenggaraan maupun hasil-hasilnya. Bahkan Boutros Boutros-Ghali menyebutkan bahwa KTT Jakarta adalah yang paling sukses dalam 15 tahun terakhir.
Boutros-Ghali juga menekankan lagi apa yang disampaikannya di Jakarta ketika menghadiri KTT dan bertemu dengan Presiden Soeharto, bahwa PBB menyediakan diri menjadi alat GNB, dan siap bekerja sama dengan GNB dalam melaksanakan revitalisasi ,restrukturisasi dan demokratisasi PBB. Ketua SMU PBB Stoyan Ganev juga menyampaikan penghargaannya dan selamat atas terpilihnya Indonesia sebagai Ketua GNB.
Sumber : KOMPAS (26/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 301-304.