PRESIDEN HARAPKAN SIDANG UMUM OANA DI JAKARTA PERLANCAR ARUS PERTUKARAN BERITA

PRESIDEN HARAPKAN SIDANG UMUM OANA DI JAKARTA PERLANCAR ARUS PERTUKARAN BERITA

PRESIDEN SOEHARTO mengharapkan, Sidang Umum ke-IV Organisasi Kantor2 Berita Asia (OANA) yang berlangsung selama empat hari mulai Selasa esok dapat memberikan sumbangan besar bagi kelancaran arus pertukaran berita diantara negara2 Asia.

Kepala Negara menyampaikan harapannya itu ketika ia menerima peserta Sidang Umum ke IV OANA di Istana Merdeka Senin pagi.

Dalam pertemuan yang berlangsung santai di "Ruang Credential" itu, Presiden menjelaskan berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah Indonesia dan ASEAN atas pertanyaan para peserta sidang.

Banjir

Masalah banjir, yang akhir2 ini melanda berbagai daerah Indonesia, merupakan topik pembicaraan yang menarik antara Presiden dan peserta sidang.

Kepala Negara menjelaskan, pemerintah dan rakyat Indonesia sudah berusaha

sekuat tenaga untuk menanggulangi banjir melalui program penghutanan kembali, pembuatan dam dan perbaikan lingkungan hidup.

Khusus mengenai banjir di Jakarta, ia menerangkan bahwa memang sebagian dari ibukota ini lebih rendah dari permukaan laut sehingga kalau hujan turun terlalu banyak dan air laut sedang pasang banjir tak terelakkan lagi.

"Sebagai negara yang sebagian besar penduduknya petani, kami senang kalau hujan turun, tetapi kalau terlalu banyak memang bisa merusakkan", katanya.

Ditambahkannya, cuaca sekarang ini memang kurang menguntungkan, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara tetangga. "Ini bisa diketahui rakyat Indonesia melalui surat kabar dan televisi, sehingga mereka agak terhibur dalam menghadapi banjir sekarang ini karena tidak sendirian", katanya.

Pertumbuhan Ekonomi

Ketika ditanyamengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia, Presiden menjawab bahwa memasuki ambang Repelita Ill ini keadaan ekonomi Indonesia menggembirakan.

Ia menyebutkan, pembangunan yang dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir ini telah berhasil menurunkan orang yang berada di bawah garis kemiskinan (below poverty line) dari 90persen di tahun 1969 menjadi 30 persen saja sekarang ini.

"InsyaAllah yang 30persen itu tidak akan ada lagi pada akhir Repelita III nanti", katanya, sambil menambahkan bahwa pendapatan per kapita rakyat Indonesia telah naik dari US $ 70 di tahun 1969 menjadi US $ 220 per tahun sekarang ini.

"Jika dipakai ukuran bahwa negara miskin adalah negara yang rakyatnya berpenghasilan di bawah US $ 2000 per kapita, Indonesia sudah lepas dari kategori itu", katanya.

Namun diakuinya bahwa diantara rakyat ASEAN, pendapatan perkapita Indonesia masih yang paling rendah karena Singapura sudah mencatat US $ 2000 dan ketiga negara anggota ASEAN lainnya sudah diatas US$ 300. Faktor jumlah penduduk yang besar di Indonesia disebutnya sebagai salah satu penyebab masih rendahnya pendapatan per kapita itu.

Dijelaskannya, sekalipun tinggal30 persen saja rakyat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan, namun jumlah itu masih besar sebabjumlah penduduk Indonesia adalah 135 juta.

Standar yang dipakai sekarang ini menggolongkan orang yang penghasilannya di bawah US$ 50 setahun sebagai hidup di bawah garis kemiskinan.

KTT

Ketika ditanya tentang kemungkinan KTT ASEAN di lain waktu dekat ini, Presiden Soeharto menjelaskan bahwa telah ada konsensus diantara kepala2 pemerintahan ASEAN bahwa mereka bisa saja bertemu jika hal itu memang dianggap perlu.

Tetapi, ia mengingatkan, disamping KTT masih ada forum lain yang bisa dipergunakan oleh para kepala pemerintahan ASEAN untuk bertemu, yakni pertemuan konsultasi informal antara dua kepala pemerintahan.

Sebagai contoh, ia menyebutkan rencana pertemuannya dengan Perdana Menteri Malaysia Datuk Hussein Onn dalam waktu dekat. Pertemuan yang bebas dari aturan protokol itu, menurut Presiden, lebih mudah diadakan.

Disebutkannya pula, disamping KTT masih ada forum lain bagi pejabat2 ASEAN untuk bertemu, yakni melalui pertemuan pejabat2 senior.

Tentang perkembangan ASEAN, Presiden menegaskan bahwa usia ASEAN yang sudah lebih sepuluh tahun sekarang inimenambah keyakinan akan pentingnya kerjasama di antara negara2 di kawasan Asia Tenggara ini.

Kerjasama yang dilakukan negara2 ASEAN itu bertujuan meningkatkan ketahanan nasional masing2 negara dalam rangka menciptakan ketahanan regional. Ia menegaskan, nasib bangsa2 ASEAN tidak ditentukan oleh bangsa Jepang atau lainnya, melainkan oleh bangsa2 ASEAN sendiri. Ditegaskannya pula, ketjasama ekonomi antara negara2 ASEAN dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi masing2 negara merupakan faktor penting untuk menciptakan ketahanan regional itu.

Para peserta sidang dalam pertemuan itu diantar oleh Menpen AH Murtopo dan Ditjen Pembinaan Pers dan Grafika, Sukarno SH.

Pimpinan Umum LKBN "Antara", Ismail Saleh, yang juga menjabat sebagai presiden OANA, memimpin para peserta sidang dalam pertemuan dengan Kepala Negaraitu.

Hadir dalam sidang umum ke IV OANA itu adalah utusan dari sepuluh kantor berita di Asia disamping para peninjau dari beberapa badan internasional.

Ke sepuluh kantor berita itu adalah LKBN "Antara", Associated Press of Pakistan, Bernama (Malaysia), CESMOS Economic News Agency (Sri Lanka), Central News Agency (Taiwan) Hapdong News Agency (Korea Selatan), Orient Press (Ko­ rea Selatan), Philipines News Agency, Press Trust of India dan United News of India. (DTS).

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (22/01/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 419-421.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.