PRESIDEN : INDONESIA HARUS MAMPU SAINGI PRODUK PERTANIAN LN

PRESIDEN : INDONESIA HARUS MAMPU SAINGI PRODUK PERTANIAN LN[1]

Dermaga, Antara

Presiden Soeharto menegaskan di masa depan masyarakat petani dengan dukungan dunia perguruan tinggi dan swasta harus dapat menyaingi produk pertanian dari luar negeri, baik dalam hal jumlah, mutu, maupun harganya.

“Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukannya.” tegas Kepala Negara ketika meresmikan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Dermaga, Bogor, Jabar, Kamis.

Presiden menambahkan, sampai saat ini setiap tahunnya Indonesia masih harus mengimpor berbagai produk pertanian dari luar negeri yang menggunakan sejumlah besar devisa.

Padahal dengan perencanaan yang lebih baik, bangsa Indonesia mestinya mampu memproduksi komoditi yang sama dengan kualitas dan harga yang setara.

“Kita harus melakukan berbagai pembenahan.” tegas Kepala Negara.

Presiden mengajak semua pihak di IPB untuk menelaah setiap komoditi pertanian yang diimpor itu.

“Marilah kita uji di mana letak keunggulannya. Marilah kita rancang produk kita sendiri, yang bukan saja mampu menyamainya tetapi juga mengunggulinya.” tegas Kepala Negara.

Pembangunan pertanian secara modern, menurut Kepala Negara, tetap memberikan peluang yang besar bagi masyarakat, bukan saja agar komoditi yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga termasuk kebutuhan luar negeri.

Kualitas komoditi pertanian yang lebih baik itu, bukan saja diharapkan menjadi pengganti impor tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia yang terbuka lebar.

Dalam dunia masa mendatang, aturan permainan dalam bidang ekonomi memang dikendalikan oleh persaingan yang ketat. Berbagai hambatan perdagangan saat ini secara bertahap akan dikurangi. Segera akan tiba saatnya, lintas barang dan jasa berlangsung secara alamiah menurut hukum permintaan dan penawaran, jelas Presiden.

Pertanian modern itu menurut Kepala Negara menuntut dukungan sektor lainnya. Oleh karenanya, semua pihak hendaknya meningkatkan komunikasinya sehingga masing-masing dapat mengenali potensinya.

Kepala Negara mengingatkan pula bahwa pembangunan pertanian yang akan dibangun bangsa Indonesia adalah pertanian yang modern berskala kecil, menengah dan besar.

Pembangunan pertanian itu juga memiliki nilai tambah bagi masyarakat petani dan nelayan. Tingkat pertanian yang demikian jelas hanya akan dicapai dengan dukungan Iptek pertanian yang dikembangkan dan dimasyarakatkan terus menerus, demikian Kepala  Negara.

156 Fakultas

Mendikbud Wardiman Djojonegoro dalam laporannya mengatakan bahwa secara keseluruhan di Indonesia terdapat 156 fakultas pertanian, baik di PTN maupun PTS. Jumlah fakultas pertanian di PTN adalah 56 dengan 65 ribu mahasiswa dan delapan ribu lulusan/tahun, sedangkan PTS memiliki 100 fakultas pertanian dengan 60 ribu mahasiswa serta lima ribu lulusan/tahun.

Mendikbud menyatakan bahwa jumlah staf pengajar di fakultas pertanian dibandingkan dengan jumlah mahasiswanya juga terbaik, yaitu satu pengajar banding delapan mahasiswa, padahal rata-rata secara nasional perbandingan itu satu banding 12. Dengan demikian maka fakultas pertanian  sangat berperan  aktif dalam mengembangkan sumber daya manusia di bidangnya, demikian Wardiman.

Rektor IPB Sitanala Arsyad dalam laporarrnya mengatakan bahwa pembangunan kampus Dermaga IPB itu dimulai tahun 1984 dengan bantuan pemerintah Jepang. Gedung yang diresmikan Kepala Negara itu antara lain gedung rektorat dengan luas tanah 43.000 meter persegi dengan luas lantai 15.836 meter persegi dan biaya Rp.17,9 miliar. Gedung Fakultas Perikanan dengan luas tanah 71.300 meter persegi dengan luas lantai 38,972 meter persegi dan biaya Rp.30,2 miliar.

Gedung lainnya adalah gedung Fakultas Petemakan dengan luas tanah 12.7300 meter persegi dengan luas lantai 41,846 meter persegi dan biaya Rp.33,5 miliar, demikian Rektor IPB.

Ikut memberikan sambutan Gubernur Jabar R. Nuriana dan Dubes Jepang untuk RI Taizo Watanabe. Presiden dan Ibu Tien Soeharto dalam kesempatan itu juga menanam pohon masing-masing pohon beringin putih dan kamper.

Sumber : ANTARA (27/04/1995)

________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 636-638.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.