PRESIDEN: INDONESIA MASIH ALAMI KRISIS KELISTRIKAN

PRESIDEN: INDONESIA MASIH ALAMI KRISIS KELISTRIKAN

[1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menyatakan, bila sampai saat ini di Indonesia masih mengalami krisis ketenaga listrikan, hal ini bukan hanya karena banyaknya permintaan yang tidak bisa dipenuhi, tapi juga karena PLN telah beroperasi secara terus-menerus pada kapasitas penuh sehingga hampir tidak tersedia cadangan.

Pernyataan Kepala Negara ini disampaikan dalam sambutannya pada peresmian pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Muara Karangan Gresik beserta jaringan transmisi dan gardu induk terkait serta lapangan gas Pertamina- Kodeco pipa penyalur gas dan fasilitasnya di Muara Karang, Jakarta, hari Rabu (27/1).

Dalam kesempatan ini Kepala Negara mengatakan lagi, akibat majunya pembangunan-khususnya pertumbuhan industri pada tahun-tahun awal Repelitia V maka telah terjadi lonjakan besar dalam kebutuhan listrik. Apabila laju pertumbuhan dalam tahun-tahun awal Repelita V digunakan sebagai ukuran, maka menurut Kepala Negara, kebu tuhan tenaga listrik akan meningkat dua kali lipat setiap empat tahun. “Laju pertumbuhan yang demikian termasuk yang tertinggi di dunia, “kata Presiden. Sebaliknya, kata Kepala Negara, penyediaan tenaga listrik tidak bisa mengikuti kecepatan pertumbuhan permintaan. “Akibatnya, terjadilah kesenjangan antara permintaan tenaga listrik di satu pihak dengan kemampuan penyediaan di pihak lainnya.”

Untuk itu, jelas Presiden, pemerintah telah memutuskan untuk memperluas proyek Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap Gresik yang semula direncanakan berkapasitas 900 MW menjadi 1500 MW. Menurut Presiden, dengan perluasan ini, maka PLTGU Gresik menjadi pusat listrik tenaga gas dan uap yang terbesar di Asia Tenggara. Di samping itu, diputuskan pula untuk membangun PLTGU di Muara Karang dengan kapasitas 500 MW. Kedua proyek ini menggunakan teknologi yang unggul dalam segi efisiensi penggunaan bahan bakar, dengan modal relatif murah dan dapat dibangun dengan cepat. Meskipun demikian, ujar Kepala Negara, kesenjangan antara kebutuhan dan kemampuan penyediaan belum teratasi sepenuhya. Karena itu, dengan mempertimbangkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki proyek PLTGU, diputuskan untuk membangun pusat-pusat serupa di Tanjungpriok dengan kapasitas 1200 MW dan di Tambak Lorok (Jawa Tengah) dengan kapasitas 500 MW.

Dikatakan, kebutuhan tenaga listrik yang meningkat melebihi perkiraan tidak saja terjadi di Pulau Jawa, tetapi juga di seluruh Indonesia. “Oleh karena itu telah diputuskan pula untuk membangun beberapa proyek tambahan di daerah-daerah lain di luar Jawa.”

Swasta

Pada bagian lain Kepala Negara menegaskan lagi, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik memerlukan modal besar, maka beban pemerintah untuk menyediakan dana makin lama juga akan makin berat. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah mengundang swasta untuk ikut serta dalam penyediaan tenaga listrik seperti yang ditetapkan dalam UU No. 15 Tahun 1985.

Dijelaskan, melalui pembangunan proyek kelistrikan yang menggunakan bahan bakar dan gas alam seperti yang diresmikan kemarin, Indonesia telah maju selangkah lagi dalam usaha menganekaragamkan penggunaan sumber daya energi. Dalam kaitan ini, Presiden menunjukkan pula pentingnya arti lapangan gas dan sistem penyalurannya. Lapangan gas ini akan memenuhi sebagian dari kebutuhan gas dari PLTGU. Selain lapangan gas Pertamina-Kodeco ini, sedang dibangun pula proyek -proyek gas lainnya yang akan menyalurkan gas untuk pembangkit tenaga listrik maupun untuk kebutuhan industri rumah tangga.

Diutarakan, di Kangean, Jawa Timur, kini sedang dikembangkan lapangan gas yang akan memenuhi seluruh kebutuhan PLTGU Gresik. Selain itu juga akan dimanfaatkan untuk industri dan rumah tangga di sekitar Surabaya. Di Jawa Barat juga sedang dikembangkan lapangan gas yang akan memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk PLTGU Muara Karang dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjun gpriok. Bila gasnya masih tersedia, juga akan dipakai Untuk keperluan industri.

Selain itu di berbagai daerah di luar Jawa juga sedang direncanakan, disiapkan dan dibangun beberapa proyek gas untuk memenuhi kebutuhan gas sebagai energi maupun sebagai bahan baku industri yang makin meningkat.

Sementara itu Direktur Utama PLN Ir. Zuhal melaporkan, pembangunan PLTGU Gresik dimulai dengan pemancangan tiang pertama 15 Desember 1990. Kontraktor utama pembangunannya adalah Mitsubishi Corporation. Biaya pembangunannya direncanakan lebih kurang Rp 1,4 trilyun yang diperoleh dari kredit ekspor Pemerintah Jepang, leasing dan loan dari Pemerintah Belgia serta dana APBN dan PLN.

Dikatakan, jaringan transmisi dan gardu induk 500 KV yang terkait dengan PLTGU Gresik ini dibangun dengan biaya sekitar Rp 87 milyar, diperoleh dari dana kredit ekspor Perancis, Jepang serta dana APBN dan anggaran PLN. Sedangkan pembangunan jaringan transmisi 150kV sebesar Rp 441 milyar berasal dari kredit ekspor Jepang, Perancis dan Swiss, serta dana APBN dan anggaran PLN.

Pembangunan PLTGU Muara Karang dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama dimulai bulan Juni 1991 dan ketiga unit turbin gasnya telah mulai beroperasi bulan November 1992 dengan menggunakan bahan bakar minyak HSD. Sedang bahan bakar gas alam direncanakan akan tersedia mulai September 1993. Kontraktor utamanya adalah Sumitomo Corporation. Biaya untuk pembangunan tahap pertama sekitar Rp 514 milyar, diperoleh dari kredit ekspor Pemerintah Jepang dan Amerika Serikat serta dana ASPBN dan APLN. (osd)

Sumber: KOMPAS (28/01/1993)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 826-828.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.