PRESIDEN INSTRUKSIKAN ABRI TANGKAL SEMUA ANCAMAN[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto memerintahkan semua prajurit ABRI untuk menangkal dan menanggulangi setiap ancaman yang bisa merusak bangsa dan negara.
“Tantangan yang timbul harus kita jawab. Ancaman yang dapat merusak harus kita tangkal dan kita tanggulangi, “tegas, Presiden kepada seluruh jajaran ABRI pada acara HUT ABRI ke-49 di Kemayoran, Jakarta, Rabu.
Kepala Negara yang juga merupakan Panglima Tertinggi ABRI mengatakan kepada para prajurit bahwa tugas menjaga kewibawaan negara dan meningkatkan kesejahteraan bangsa merupakan tugas tanpa akhir. Tugas itu tidak pernah berakhir karena lingkungan di dalam negeri dan luar negeri terus berkembang secara dinamis sehingga menghasilkan peluang, tantangan serta ancaman.
“Karena itu, sebagai tulang punggung bangsa, ABRI tidak saja berjuang di bidang pertahanan dan keamanan tapi juga di bidang kesejahteraan. ABRI ikut menciptakan strategi, tatanan, kondisi dan peluang pernbangunan,” kata Kepala Negara.
Presiden yang didampingi Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, ketiga kepala staf serta Kapolri menyebutkan ABRI memang merasa dirinya sebagai bagian menyeluruh dari bangsa dan negara ini.
“ABRI telah membuktikan bahwa bersama-sama rakyat, angkatan bersenjata dapat ikut mempelopori modernisasi bangsa dan negaranya,” kata Presiden pada acara yang dihadiri pula Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno dan Ibu Tuti Sutrisno.
Ketika menyinggung bersatunya ABRI dengan rakyat, Kepala Negara menyebutkan, ABRI tetap bertekad mengemban amanat rakyat. Sebagai angkatan bersenjata yang tumbuh dari rakyat, maka ABRI tetap memiliki watak dan tradisi sebagai pejuang. “Tidak banyak angkatan bersenjata dari negara lain yang mempunyai prestasi dan pengabdian seperti ini,” kata Presiden kepada jajaran ABRI.
Dalam usia ke-49 ini, ABRI telah melakukan tiga misi sejarah besar yaitu memberikan dukungan kekuatan bersenjata pada perjuangan diplomatik guna memperoleh pengakuan kedaulatan dari dunia internasional.
“Kedua, dalam kurun waktu berikutnya, ABRI telah berhasil menegakkan kewibawaan negara terhadap berbagai gejolak, percobaan kudeta dan pemberontakan. Ketiga, ABRI telah memprakarsai dan mendorong pembangunan berencana,” kata Presiden.
HUT ABRI iniyang komandan upacaranya adalah Kolonel Infantri SM Suwisma (Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus/Kopassus TNI-AD), dihadiri pula dua mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah serta Sudharmono SH.
Tanpa Kejutan
Kepala Negara menyebutkan upaya membangun bangsa iniyang didukung ABRI hanya akan mungkin berlangsung secara mantap tanpa adanya kejutan-kejutan.
“Karena itulah, kita akan tetap memegang Trilogi Pembangunan dalam tahap tahap pembangunan yang akan datang. Kita akan memperluas pemerataan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memantapkan stabilitas nasional yang dinamis,” tegas Presiden.
Presiden juga berkata, “Rakyat akan bekerja dengan penuh semangat jika mereka merasa pasti bahwa hasil pembangunan akan dinikmati bersama secara adil, dan jika mereka dapat berusaha dalam suasana yang tenang”. Sejarah telah membuktikan bahwa gejolak-gejolak nasional terjadi bersamaan dengan kesulitan ekonomi dan pada saat pembangunan dirasakan tidak merata. Pemerataan pembangunan sulit dicapai tanpa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas, kata Kepala Negara.
Pertempuran
Ketika berbicara tentang kebanggaan yang muncul pada setiap prajurit, Kepala Negara menegaskan bahwa kebanggaan itu tidak hanya muncul jika berhasil memenangkan pertempuran.
“Kebanggaan kita sebagai prajurit juga terletak pada keberhasi lan kita dalam memprakarsai dan ikut membangun bangsa Indonesia yang bertambah maju, bertambah sejahtera, bertambah makmur dan bertambah adil,” kata Presiden.
Karena itulah, diingatkan bahwa pembangunan ABRI tetap dilakukan dalam kerangka besar pembangunan bangsa dan negara ini. ABRI akan tetap merupakan kekuatan yang konstruktif dalam rangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Khusus mengenai peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik, Presiden berkata, “Dalam dunia masa depan, peranan ABRI dalam bidang pertahanan keamanan dan dalam bidang sosial politik tetap kita perlukan”.
Alasan yang dikemukakan Presiden adalah, “Peranan sosial politik ABRI kita butuhkan untuk menciptakan kondisi dan peluang bagi berkembangnya demokrasi, tegaknya demokrasi, tegaknya hukum serta tumbuhnya prakarsa dan kreativitas rakyat memajukan diri dan lingkungannya”.
Defile
Acara yang paling ditunggu-tunggu puluhan ribu warga DKI Jakarta yang mendatangi bekas bandara itu adalah defile pasukan ABRI serta flypass/penerbangan oleh pesawat -pesawat tempur dan angkut milik TNI-AU.
Tim aerobatik TNI-AU menampilkan beberapa pesawat rnereka seperti F-16 Fighting Falcon, F5 Tiger, Skyhawk, MK53. Pesawat-pesawat ini melakukan berbagai manuver dengan kecepatan yang berkisar antara 400-700 km per jam.
Setelah flypass berlangsung, maka defile yang diikuti enam brigade ABRI serta unsur -unsur rnasyarakat secara bergantian melakukan parade dihadapan Kepala Negara yang didampingi pimpinan ABRI. Brigade pertama adalah para taruna Akabri, kelompok pembawa panji-panji TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU serta Polri, serta anggota Korps wanita ABRI. Brigade-brigade berikutnya adalah prajurit Kopassus, TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU, Polri, anggota resirnen mahasiswa, satpam serta hansip. Acara lainnya yang memukau para pengunjung adalah demonstrasi karate yang dibawakan 600 prajurit dari ketiga angkatan serta Polri dan Kowabri. Setelah memperlihatkan kemampuan mereka menguasai gerakan-gerakan dasar karate, mereka juga rnendemonstrasikan gerakan-gerakan khas setiap angkatannya. T/ EU02/B/PU01/ 5/ 10/9411:20 /RE3)
Sumber: ANTARA (05/10/1994)
____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 533-535.