PRESIDEN: JANGAN MERUSAK LANDASAN PEMBANGUNAN

PRESIDEN: JANGAN MERUSAK LANDASAN PEMBANGUNAN[1]

 

Sidoarjo, Suara Karya

Presiden Soeharto mengajak semua pihak untuk memelihara landasan pembangunan yang telah dibangun dengan susah payah. Jangan sampai, sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung, masyarakat melakukan hal-hal yang dapat merusak landasan pembangunan tersebut.

“Apabila landasan itu rusak, maka kita akan rnengalarni kemunduran luar biasa,” kata Kepala Negara ketika meresmikan dua sarana produksi dan pengaliran gas bumi di Desa Permisan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Sabtu.

Dua sarana produksi dan pengaliran gas bumi yang diresmikan yaitu Pertamina­ Atlantic Richfield Bali North Incorporated (ARBNI) Pagerungan dan Pertamina­ Atlantic Richfield Indonesia Incorporated (ARII) di lepas pantai barat Laut Jawa. Kepala Negara yang didampingi Menteri Pertambangan IB Sudjana dan Gubernur Jatim Basofi Sudirman, usai peresmian berkeliling meninjau proyek itu.

Untuk memulihkan kembali landasan pembangunan yang rusak, menurut Presiden, diperlukan waktu yang sangat lama. Lebih-lebih, ujarnya, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam era tinggal landas jelas tidak ringan, yaitu mengentaskan 27 juta rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Bersamaan itu harus dilakukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah maju.

Sangat Membantu

Presiden Soeharto mengatakan, kebutuhan tenaga listrik sekarang ini melonjak, sebagai akibat majunya pembangunan, khususnya di bidang industri. Bila kebutuhan listrik tidak terpenuhi, proses industrialisasi akan terhambat.

Menurut Kepala Negara ,pemanfaatan gas bumi sangat membantu pembangunan. Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan baku untuk membuat pupuk, misalnya telah mendorong laju pembangunan di bidang pertanian. Keberhasilan pembangunan pertanian ini membuat penghasilan jutaan rakyat petani meningkat dah pertumbuhan industri dapat didorong. Dewasa ini gas bumi menjadi salah satu komoditi ekspor Indonesia yang penting. Tidak sedikit devisa yang dihasilkan dari ekspor gas bumi. Selesainya 2 proyek ini menempatkan gas bumi di Indonesia memasuki sejarah baru, yaitu akan digunakannya gas bumi secara besar-besaran untuk keperluan dalam negeri.

Gas bumi yang disalurkan melalui sarana produksi dan pengaliran gas bumi Pertamina-AR II di lepas pantai barat Laut Jawa, akan digunakan sebagai penggerak pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Muara Karang dan Tanjung Priok, Jakarta. Sedangkan sarana produksi dan pengaliran gas bumi Pertamina-ARBNI Pegerungan untuk memenuhi selumh kebutuhan bahan bakar PLTGU Gresik. Selain itu, gas dari proyek  ini akan dimanfaatkan oleh Perusahaan Gas Negara untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan industri kecil disekitar Surabaya serta sebagai bahan baku industri petro kimia.

Proyek Pertamina-ARBNI ini, menurut Dirut Pertamina Faisal Abdaoe, kapasitas produksinya 300 juta kaki kubik gas per hari. Sementara yang di lepas pantai barat Laut Jawa, kapasitasnya 260-300 juta kaki kubik per hari.

Eksplorasi

Mengingat pentingnya gas bumi di masa mendatang, Kepala Negara mengatakan, pemerintah akan terus mendorong kegiatan eksplorasi. Meski cadangan gas bumi cukup besar, perlu terus diupayakan penemuan cadangan-cadangan baru untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Kemungkinan ini cukup besar, karena secara geologis, Indonesia memiliki sumber daya gas bumi yang sangat besar. Dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Presiden yakin bahwa kemungkinan menemukan cadangan bam sangat besar.

Keberhasilan ARII dan ARBNI melalui kontak bagi hasil diharapkan, membangkitkan optimisme para kontraktor lain yang bekerja di sini bahwa peluang untuk menemukan minyak dan gas bumi bam di Indonesia besar. Untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi produksi, pemerintah pada 31 Desember 1991 menetapkan paket insentif baru yang lebih menarik. Dengan demikian jelas bahwa keinginan menghasilkan yang terbaik dari pelaksanaan kontrak bagi hasil merupakan keinginan bersama yang dapat terwujud melalui dialog dan musyawarah. Presiden dalam kesempatan itu menyatakan mendengar berbagai keluhan terhadap usaha-usaha pencarian minyak dan gas bumi di Indonesia. Untuk itu, Pertamina perlu mengembangkan dialog positif dengan rnitra ketjanya dalam berbagai wadah yang dapat menumbuhkan saling pengertian atas berbagai masalah dan mencari jalan ke luar yang menguntungkan kedua belah pihak .(N-1)

Sumber: SUARAKARYA( 1994)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 88-90.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.