PRESIDEN: JANGAN TERPEROSOK SIKAP MENGERUK KEUNTUNGAN JANGKA PENDEK

PRESIDEN: JANGAN TERPEROSOK SIKAP MENGERUK KEUNTUNGAN JANGKA PENDEK[1]

Sumbawa, Kompas

Presiden Soeharto mengingatkan perlunya dijauhi sikap dalam pembangunan yang hanya mau mengeruk keuntungan jangka pendek, namun terpaksa harus membayar sangat mahal di kemudian hari.

Berbicara ketika meresmikan bendungan Mamak, di desa Brora, Kecamatan Lapelopok, Kabupaten Sumbawa, NTB (Nusa Tenggara Barat), hari Sabtu (11/4) Kepala Negara secara khusus menyebut tentang perlunya dijaga baik-baik semua sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dimiliki.

Dikatakan, dengan mengolah berbagai sumber daya alam yang dimiliki, seperti perikanan, pariwisata, petemakan, kehutanan, dan pertambangan, akan diperoleh manfaat yang besar bagi pembangunan demi kesejahteraan rakyat.

Namun pemanfaatan sumber daya alam demi pembangunan tersebut hendaknya dilaksanakan tanpa merusak kekayaan alam dengan lingkungan hidup.

“Kita tidak boleh terperosok dalam sikap mengeruk keuntungan jangka pendek, namun terpaksa harus membayar sangat mahal di kemudian hari,” tegas Kepala Negara.

Peresmian Bendungan Mamak yang menelan biaya sebesar Rp 51 milyar itu, sekaligus menandai penyelesaian pembangunan 52 proyek lainnya yang ada di NTB, yang seluruhnya bemilai sekitar Rp 50 milyar. Sebelum peresmian secara simbolis yang berlangsung di bendungan Mamak tersebut, Kepala Negara terlebih dahulu secara simbolis menyerahkan sertifikat tanah, sertifikat KUD mandiri se-NTB, dan sertifikat bibit sapi.

Setelah peresmian, Kepala Negara menaburkan benih ikan di waduk Mamak, dan kemudian dilanjutkan dengan temu wicara dengan masyarakat.

Strategi Pembangunan

Menurut Kepala Negara, berbagai upaya pembangunan dengan kerja keras dalam beberapa tahun terakhir, telah mencapai berbagai keberhasilan, terjadi merata hampir di seluruh tanah air. Dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang, Ianjut Presiden, kita yakin bahwa kelak bangsa ini akan berhasil mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang tinggi, seperti yang telah dinikmati bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Berbagai keberhasilan pembangunan itu menurut Presiden, juga terlihat dalam bidang pertanian yang selalu mendapat perhatian utama, khususnya tanaman pangan.

Karena pangan merupakan kebutuhan pokok yang utama. Kerawanan pangan dapat menjadi awal dari kesulitan ekonomi, serta pangkal dari ketidakstabi lan sosial.

Produksi pangan nasional terus meningkat, bahkan sejak beberapa tahun lalu Indonesia sudah bisa berswasembada beras, dan terus bisa rnernpertahankannya. Pendapatan petani yang merupakan bagian terbesar rakyat Indonesia, juga terus bertambah besar, yang berarti telah sangat mengurangi jurnlah rakyat yang rnasih hidup dibawah garis kerniskinan. Di lain pihak, telah mendorong turnbuhnya sektor industri dan kegiatan ekonorni lainnya.

“Semuanya itu menunjukkan bahwa strategi pembangunan yang selama ini ditempuh, merupakan strategi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan lapisan terbesar rakyat kita,” tandas Kepala Negara.

Namun Kepala Negara juga mengingatkan bahwa pembangunan itu sendiri merupakan suatu proses perjuangan yang berjangka panjang. Tidak hanya untuk kepentingan hidup saat ini saja, tetapi juga untuk kepentingan generasi-generasi yang hidup di masa yang akan datang.

Karena itu menurut Presiden, meskipun telah hampir seperempat abad membangun, pembangunan kita masihjauh dari selesai. Bahkan dewasa ini kita masih berada dalam tahap-tahap awal dari pembangunan. Baru pada Repelita VI nanti, kita akan mulai memasuki pembangunan jangka panjang tahap kedua, tahap tinggal landas.

“Karena itu masih banyak yang harus kita lakukan, sebelum kita sernua dapat menikmati kehidupan yang maju, makmur dan sejahtera,” ujar Kepala Negara.

PKK Dikagumi Dunia

Selesai meresmikan Bendungan Mamak, Presiden Soeharto mengadakan temu wicara dengan sejumlah petani, transmigran, pengurus KUD (Koperasi Unit Desa), penggerak PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan Pemuda.

Kepada penggerak PKK, Presiden Soeharto berpesan kegiatan PKK bukan hanya diakui dan dikagumi oleh masyarakat sendiri tapi justru sudah mendapat pengakuan dan dikagumi masyarakat dunia.

Menggambarkan kekaguman, dunia itu, Presiden mengatakan bahwa Ibu Negara Mesir akan berkunjung ke Indonesia khusus datang melihat kegiatan PKK. Kekaguman dunia ini kata Kepala Negara, justru menjadi tantangan bagi kaum ibu untuk lebih meningkatkan kegiatannya. “Peningkatan kegiatan ini penting agar Indonesia tidak dianggap ngibul ,”ujar Presiden Soeharto.

Sehubungan dengan kegiatan kaum ibu itu, Presiden juga mernbantah bahwa semakin banyaknya mesin penggiling padi berarti menghilangkan lapangan kerja kaum wanita. Justru dengan upaya itu berarti mengurangi beban kerja berat kaum ibu sehingga waktu dan tenaganya bisa dialihkan ke lapangan kerja lain yang lebih berarti untuk menunjang kehidupan keluarga.

Selain itu, demikian Presiden, mengolah padi menjadi beras dengan cara menumbuk, justru menyebabkan besarnya tingkat kerusakan beras yaitu semakin banyaknya butir menir. Hal itu tidak terjadi apabila dilakukan dengan mesin giling padi, sehingga produksi beras menjadi lebih tinggi.

“Kalau masih ada yang berpendapat bahwa menggantikan pekerjaan menumbuk padi dengan mesin penggiling sebagai menghilangkan lapangan kerja wanita, ya biar saja,” tegas Presiden.

Sedang Gubemur NTB, Warsito melaporkan keberhasilan NTB mengatasi rawan pangan, dan berhasil sebagai produsen beras. Namun, masyarakat NTB tak hanya perlu cukup pangan, tetapi juga berupaya meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu caranya, melakukan terobosan dengan prioritas tinggi pada sektor pariwisata.

Pimpinan Proyek Irigasi Lombok Selatan Sumbawa, Ir.M Zaini Basri MSc dalam laporannya menjelaskan pembangunan Bendungan Mamak terdiri atas pembangunan jaringan irigasi baru untuk areal persawahan seluas 2.188 ha, rehabilitasi jaringan lama untuk 2.985 ha, pembangkit tenaga listrik mikro, serta bangunan pelengkap lainnya.

Proyek itu dirintis sejak tahun 1973 dan pelaksanaan pekerjaan persiapan dimulai 1988/1989, termasuk pembebasan tanah untuk daerah genangan seluas 307 ha. Pembangunannya dibiayai pemerintah Indonesia dan pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB), beijumlah Rp 51 milyar.

Menurut Zaini Basri, manfaat yang diperoleh dari pembangunan bendungan itu antara lain tambahan areal irigasi teknis, sehingga seluruh areal persawahan yang diairi secara teknis mencapai 5.173 ha. Sekaligus dapat meningkatkan intensitas pola tanam padi-padi palawija.

Selain menyediakan air baku untuk 255 ha tambak, bendungan baru ini mensuplai tenaga, listrik sebesar 500 KVA, serta penyediaan lahan permukiman bagi 300 KK penduduk dari daerah genangan Bendungan Pengga di Pulau Lombok yang saat ini sedang dikerjakan.

Hingga saat peresmian, sudah 100 KK memperoleh permukiman, dan disusul 100 KK lain pada bulan April, sedang 100 KK lain tengah dipersiapkan. (selldth)

Sumber: KOMPAS (12/04/1992)

______________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 514-516.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.