PRESIDEN: JANGANLAH KEMAJUAN IBARAT LAYANG-LAYANG PUTUS TALINYA[1]
Bogor, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan, mutu kehidupan serta taraf kesejahteraan manusia perlu dimajukan. Sekalipun demikian harus tetap berpijak pada bumi dan budaya sendiri. “Janganlah kemajuan itu ibarat layang-layang yang putus talinya dah melayang tinggi tanpa arah”.
Kepala Negara menyatakan hal itu pada pembukaan Simposium Antar Bangsa Tentang Pembangunan, Kebudayaan dan Lingkungan, di Istana Bogor, Kamis (21/5).
Menurut Presiden dewasa ini hidup dalam zaman yang ditandai oleh perubahan yang sangat mendasar. Perubahan-perubahan tadi seringkali sangat mendasar, sehingga mengakibatkan pergeseran nilai-nilai budaya yang membawa pengaruh pada nilai-nilai kehidupan.
“Karena itu, bersamaan dengan terjadinya berbagai kemajuan dalam usaha memperbaiki mutu kehidupan serta, taraf kesejahteraan manusia dan masyarakat, kita menyaksikan pula segala penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan, “kata Presiden.
Dewasa ini,kata Kepala Negara lebih Ianjut, ketegangan dan pertentangan antara negara negara adidaya memang telah berakhir. Namun jutaan manusia juga masih hidup dalam cengkeraman kecemasan bahkan keputusasaan, karena merasa kehilangan masa depan.
Situasi yang penuh dengan tantangan yang mendesak untuk ditanggulangi itu, menurut Presiden hanya mungkin diatasi bersama oleh semua bangsa, jika dijiwai oleh semangat yang tulus untuk membina sikap saling menghormati dan saling percaya.
“Manusia adalah sama dan kemanusiaan adalah satu. Sebagai satu kesatuan, kita harus dapat berbagi minat dan kepentingan dalam menghuni bumi kita yang satu ini, ” kata Presiden.
Warisan
Kepala Negara mengingatkan, merupakan kewajiban bersama untuk berusaha memelihara keseimbangan dan keserasian alam sebagai lingkungan yang memberikan penghidupan. Terganggunya keseimbangan dan keserasian alam haruslah menjadi keprihatinan bersama.
“Kita juga tidak boleh membiarkan terjadinya kerusakan alam, karena kita mempunyai tanggung jawab untuk mewariskan lingkungan yang sebaik baiknya bagi anak-cucu kita, generasi umat manusia yang akan datang.”
Mengenai pentingnya makna kebudayaan dalam kehidupan manusia dan masyarakat, menurut Presiden, memang tidak ada yang menyangsikannya. Kebudayaan adalah sumber nilai-nilai yang mengukuhkan penghayatan jati diri suatu masyarakat atau bangsa. Tanpa mengacu pada sumber budaya suatu masyarakat atau bangsa niscaya mudah tergoncang oleh perubahan nilai yang terjadi dari waktu ke waktu.
Menurut Presiden, Indonesia menyambut baik kesempatan Sidang Umum PBB untuk menyatakan berlakunya Dasawarsa Kebudayaan meliputi periode 1988-1997. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk memberi isi dan makin nyata bagi berlakunya Dasawarsa Kebudayaan itu. Selain kongres kebudayaan, juga penyelenggaraan pameran dan festival budaya di dalam dan di luar negeri.
Mengakhiri sambutannya, Kepala Negara mengharapkan, simposium ini hendaknya dimanfaatkan sebagai forum yang mampu membahas permasalahan antara kebudayaan dan lingkungan yang cenderung menggejala dalam peralihan abad ini.
“Keikutsertaan sejumlah pakar dari berbagai negara dan lingkungan budaya niscaya akan membawa simposium ini kepada hasil yang dapat menjadikan masukan bagi kita semua, ” kata Kepala Negara.
Upaya Manusia
Mendikbud Fuad Hassan mengawali laporannya menyatakan, tanggal 21 Mei telah ditetapkan oleh Sidang Umum Unesco ke-26 di Paris tahun lalu sebagai Hari Pengembangan Kebudayaan Sedunia, yang oleh negara-negara anggota Unesco akan diperingati setiap tahun dengan tema yang berbeda.
Peringatan Hari Pengembangan Kebudayaan Sedunia dalam rangka pelaksanaan Dasawarsa Pengembangan Kebudayaan Sedunia (1988-1997) yang diresmikan Presiden Soeharto di Istana Bogor kemarin adalah untuk pertama kalinya.
Para pakar yang hadir dan ambil bagian dalam simposium ini akan mencurahkan perhatian dan pemikirannya terhadap masalah, kebudayaan dan lingkungan. Terutama masalah yang berkaitan dengan perwujudan upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup lahir-bathin dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia tanpa harus mengganggu, apalagi merusak keseimbangan lingkungan.
Menurut Mendikbud, peringatan Hari pengembangan Kebudayaan Sedunia yang pertama ini diselenggarakan dalam bentuk Simposium Antar bangsa Tentang Kebudayaan dan Lingkungan. Kesempatan inijuga dimeriahkan dengan acara seni budaya. (S05)
Sumber: SUARA KARYA(22/05/1992)
___________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 747-748.