PRESIDEN KE BOSNIA 13 MARET[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto pada 13 Maret 1995 dijadualkan melakukan kunjungan ke Bosnia-Herzegovina untuk meninjau dari dekat kota Sarajevo dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Bosnia Dr Alija Izetbegovic. Kunjungan ini merupakan rangkaian dari perjalanan Kepala Negara ke Kopenhagen, Denmark untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Sosial dan ke Kroasia, dari 8-15 Maret. Menurut Menteri Sekretaris Negara Moerdiono seusai melapor kepada Presiden di kediaman jalan Cendana, Jakarta, Senin, Presiden disertai Ibu Tien Soeharto dan rombongan akan meninggalkan Tanah Air, Rabu besok (8/3) dari Bandara Halim Perdanakusumah. Anggota delegasi yang menyertai Presiden di KTT adalah Menko Kesra Azwar Anas, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono, Mensos Inten Soeweno, Dubes I Kepala Badan Pelaksana Ketua GNB Nana Sutresna dan sejumlah pejabat tinggi lainnya. Menko Kesra dan Mensos, sebelumnya telah mendahului Kepala Negara berada di Kopenhagen untuk menghadiri pertemuan KTT Pembangunan Sosial tingkat pejabat senior (SOM), yang dibuka Senin (6/3) kemarin. Kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia,menurut Mensesneg, sangat diharapkan oleh Perdana Menteri Kroasia,Presiden Kroasia dan Presiden Bosnia- Herzegovina tatkala berkunjung ke Indonesia.Mereka berharap Presiden berkunjung ke Sarajevo untuk melihat dari dekat keadaan di tempat, guna mendengar dari tangan pertama pandangan-pandangan presiden dan pemimpin-pemimpin Bosnia-Herzegovina mengenai prospek penyelesaian yang menyeluruh dari pergolakan yang terjadi.
Pesawat PBB
Mengenai keamanan Kepala Negara berkenaan dengan perkembangan di sana, menurut Moerdiono, PBB (dalam hal ini pimpinan yang bertanggungjawab di bidang keamanan dari PBB) telah memberikanjaminan sepenuhnya atas kelancaran dan keamanan perjalanan Presiden dan rombongan. Dari Zagreb, ibukota Kroasia, tempat Presiden bermalam selama berada di Kroasia, ke Sarajevo pun Presiden akan menggunakan pesawat khusus PBB. Setelah kunjungan singkat, hanya beberapa jam, Presiden bersama rombongan yang sangat terbatas kembali ke Zagreb, sebelum menghadiri jamuan santap malam yang diadakan Presiden Kroasia Franjo Tudjman.
Tiga Masalah
Sebelum berkunjung ke Bosnia dan Kroasia, Presiden menghadiri KTT Pembangunan Sosial, 11-12 Maret 1995. KTT ini diadakan atas prakarsa PBB, bertepatan dengan peringatan 50 tahun berdirinya PBB. Diperkirakan sekitar 108 kepala negara/ pemerintahan menyatakan kesediaannya untuk hadir, di samping Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali. KTT ini merupakan kelanjutan dari KTT-KTT sebelumnya yang membahas kesejahteraan umat manusia. Misalnya, KTT Anak di New York tahun 1990, KTT Bumi di Rio de Janeiro lahun 1992 dan Konferensi Dunia mengenai Kependudukan di Kairo tahun 1994.
Penyelenggaraan KTT kali ini seperti dituturkan Moerdiono, sangat mendesak karena setelah berakhirnya Perang Dingin, ternyata masih terdapat kesenjangan dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia. Karena itu PBB menganggap perlu mengadakan KTT sehingga menjelang abad 21 ini akan dapat diperoleh komitmen dari semua kepala negara pemerintahan agar meningkatkan usaha bagi tercapainya sasaran bersama, yaitu meningkatkan kemakmuran manusia. KTT memusatkan perhatian pada 3 masalah pokok untuk mengatasi kesenjangan manusia secara global, regional dan nasional. Ketiga masalah tersebut adalah pemberantasan kemiskinan, peningkatan produktivitas kerja dan mengurangi pengangguran serta integrasi sosial.
“Saya kira ketiga hal ini sejalan dengan pikiran-pikiran dasar kita dan langkah langkah yang kita ambil selama 25 tahun yang lalu dan masih akan terus menjadi perhatian kita untuk masa-masa yang akan datang,” ujar Moerdiono.
Dijadwalkan Presiden akan menyampaikan pidato pada hari pertama. Selama di Kopenhagen, Presiden juga akan mengadakan pertemuan dengan beberapa kepala negara pemerintahan yang menghadiri KTT. Sampai saat ini yang telah menyatakan keinginannya untuk: bertemu dengan Presiden adalah Presiden Argentina, Presiden Aljazair, Presiden Turki, Presiden Polandia, Presiden Ukraina, PM RRC, PM Bangladesh dan Menlu Iran yang secara khusus dirninta Presiden Hashemi Rafsanjani untuk bertemu dengan Presiden Soeharto pada kesempatan tersebut.
Di samping ini, pada acara makan siang yang diselenggarakan oleh tuan rumah, direncanakan ada kesempatan pertemuan antara sejumlah negara di kawasan Asia. Di sela-sela kesibukan KTT Pembangunan Sosial di Kopenhagen, pada 9 Maret direncanakan pertemuan tidak resmi tingkat kepala negara/pemerintahan dari 9 negara berkembang yang mempunyai penduduk terbesar di bidang pendidikan (EFA I educationfor all) atau disebut E-9 countries. Pada akhir pertemuan atas inisiatif UNESCO ini direncanakan dikeluarkan deklarasi. Seperti diketahui tahun lalu berlangsung KTT Pendidikan Untuk Semua di New Delhi 1993. Pada bulan bulan mendatang, akan berlangsung pertemuan para Menteri Pendidikan dari 9 negara tersebut.
Selesai acara di Kopenhagen, Presiden akan melanjutkan kunjungan resmi ke Kroasia, dari 12-14 Maret. Di samping memenuhi undangan Presiden Kroasia, kesempatan tersebut akan digunakan untuk menjajagi kemungkinan pengembangan kerja sama ekonomi, perdagangan antara Indonesia dan Kroasia. Selama di Zagreb, Presiden akan mengadakan pertemuan dengan Ketua Parlemen dan bertukar pikiran dengan Presidcn Tudjman. Pada saat yang bersamaan para pejabat kedua negara akan mengadakan pembicaraan paralel dengan mitranya. Sedangkan PM Nikica VaJentic akan menyelenggarakan jamuan santap malam untuk menghormati Presiden Soeharto. Sejumlah pengusaha Indonesia akan bergabung dengan Presiden di Zagreb. Hal itu, kata Moerdiono, mencerminkan titik berat kunjungan Kepala Negara. Menurut rencana Presiden dan rombongan tiba di Tanah Air, Rabu, 15 Maret 1995, sekitar Pukul 20.30 WIB. (N-1)
Sumber : BERITAJUDHA(07/03/l995)
_____________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 59-62.