PRESIDEN KE SARAJEVO LANGKAH BERANI

PRESIDEN KE SARAJEVO LANGKAH BERANI[1]

 

Sarajevo, Suara Karya

Presiden Soeharto selamat tiba di Sarajevo, Bosnia, sekitar pukul l2.30 waktu setempat, atau pukul l8 .30 WIB. Setiba di Bandara Sarajevo Presiden disambut langsung oleh Utusan Khusus Sekjen PBB Yasushi Akashi.

Kunjungan ke Sarajevo direncanakan sekitar 4 jam yakni sampai pukul 16.30 atau 00.30 WIB. Presiden setibanya di Sarajevo langsung melakukan pembicaraan sekitar 25 menit dengan Yashushi Akashi. Dari Bandara Presiden dengan 22 anggota rombongan langsung menuju istana Kepresidenan Bosnia untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Bosnia Herzegovina, Dr. Alija Izetbegovic.

Wartawan Suara Karya Nenny Kristyawati dari Zagreb, Kroasia semalam melaporkan, Presiden diangkut oleh kendaraan lapis baja menuju Istana Kepresidenan di Sarajevo. Dari bandara sampai ke Istana Kepresidenan tidak terdengar satu tembakan pun. Setibanya di halaman lstana, ratusan masyarakat Bosnia melambai­ lambaikan tangan menyambut kedatangan Presiden Soeharto. Seluruh rombongan termasuk Presiden diharuskan mengenakan pakaian anti peluru. Selain itu Presiden dan anggota rombongan diharuskan menandatangani formulir pernyataan bahwa PBB tidak bertanggungjawab jika selama di Bosnia terjadi sesuatu yang luar biasa. Keduanya adalah prosedur yang diterapkan PBB terhadap semua orang yang masuk ke kawasan yang tengah dilanda perang. Sampai berita ini diturunkan Presiden Soeharto masih berada di Sarajevo. Direncanakan dalam perjalanan kembali ke bandara, Presiden dan anggota rombongan akan melakukan perjalanan keliling kota untuk melihat wajah kota yang porak poranda oleh perang. Kunjungan Presiden itu dinilai juru bicara UNPROFOR Michael William sebagai langkah yang berani, karena pasukan PBB UNPROFOR tidak berani bertanggung jawab. Beberapa jam sebelum kedatangan Presiden Soeharto, bandara Sarajevo masih dinyatakan tertutup, karena pasukan Serbia kembali melakukan serangan ke arah bandara ini. Kunjungan Presiden Soeharto yang juga dalam kedudukan sebagai Ketua Gerakan Non Blok tidak saja diharapkan oleh Bosnia, tetapi juga Serbia. Diharapkan kunjungan iniakan menghasilkan pemikiran baru bagi terwujudnya perdamaian antara kedua negara. Pesawat yang ditumpangi Presiden bermesin 3, tipe JAK-40 buatan Rusia, lebih kecil dari Fokker-28. Presiden disertai rombongan yang berjumlah 22 orang termasuk 2 orang wartawan LKBN ANTARA dan reporter RRI. Semula 5 orang dari 25 or­ang wartawan yang akan menyertai Kepala Negara dengan pesawat lain. Namun mengingat situasi dan kondisi di sana, akhirnya 2 wartawan itu saja yang dapat kesempatan menumpang pesawat Presiden yang berkapasitas 24 tempat duduk. Rombongan yang menyertai Kepala Negara antara lain Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Dubes/Badan Pelaksana Ketua GNB Nana Sutresna, Dubes/Watapri untuk PBB di New York Nugroho Wisnumurti, Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Hongaria, Kroasia dan Bosnia Herzegovina RM Soelaeman Pringgodigdo, Kepala Protokol Negara/Ditjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI Badul Irsan serta Sekretaris Militer Presiden RI Mayjen Pranowo. Situasi keamanan di Bosnia,menurut William, Senin kemarin masih lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya. Minggu kemarin misalnya terjadi penembakan pesawat PBB yang ditumpangi Yasushi Akashi, utusan khusus Sekjen PPB untuk masalah Bosnia- Herzegovina oleh orang Bosnia. Apakah penembak gelap ini tentara atau rakyat sipil, hingga kemarin belurn diketahui. Karena situasinya dinilai kritis, tim advance kedatangan Presiden yang mestinya dikirim, Minggu kemarin sejurnlah 6 orang, telah dibatalkan. Untuk memastikan jadi tidaknya pemimpin negara/pemerintahan ke Bosnia biasanya dikirim sebuah pesawat khusus tanpa pemunpang-untuk memantau situasi keamanan terakhir di sana. Apakah hal demikian juga dilakukan untuk kunjungan Presiden Soeharto, belum diketahui secarajelas. Dari keenam tim itu yang kemarin ikut dalam rombongan Presiden hanya 2 orang. Pesawat yang diterbangkan oleh pilot Veronine Eugueni (34 tahun) menempuh perjalanan selama 1,5 jam. Pesawat PBB berwarna putih ini dibuat 20 tahun lalu, sekitar tahun 1975. Sebelumnya Eugueni telah menerbangkan Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali, Jimmy Carter, yang diutus Presiden AS Bill Clinton untuk perdamaian di Bosnia­ Herzegovina, PM Pakistan Benazir Bhutto. Ia berada di Kroasia selama 6 bulan.

Ia mengatakan sudah terbiasa menghadapi situasi kritis. Mantan pilot penerbangan Aeroflot, Rusia, inisatu-satunya penerbang yang membawa pesawat PBB dari Bandara Zagreb, Kroasia ke Bosnia. Penerbangan jalur ini hanya dilakukan 2-3 setiap minggunya. Selasa di Sarajevo, Presiden mengenakan pakaian anti peluru. Pakaian yang sama dikenakan oleh rombongan Presiden. Menurut Williams, pakaian anti peluru diharuskan untuk dikenakan, guna menghindarkan kemungkinan penembak gelap.

Undang Rasa Kagum

Kunjungan Presiden Soeharto inimengundang kekaguman. Presiden dinilai berani mengambil risiko. “Jiwa tentaranya muncul,” kata salah seorang rombongan yang menyertai Presiden ke Bosnia. Tekad Presiden untuk berkunjung ke Sarajevo, ibukota Bosnia yang kini dilanda oleh peperangan ini, tampaknya kukuh. Kedatangannya seperti diungkapkan oleh Mensesneg Moerdiono beberapa hari yang lalu, dimaksudkan untuk mendengar langsung dari tangan pertama untuk mencari jalan pemecahan. Pagi sebelum meninggalkan Kroasia, Presiden menyempatkan bertemu dengan tiga orang anggota UNPROFOR dari Indonesia. Mereka yang sudah bertugas selama 3-4 bulan di Bosnia ini dari Angkatan Darat dan POLRI. Kepada ketiga pasukan, Letkol (Pol) Suhartono, Letkol Maszi Harun dan Letkol Dr Haridadi MSc, Presiden menanyakan kondisi terakhir di Bosnia dan menanyakan keadaan mereka selain bertugas di sana.

Dukungan

Kehadiran Presiden Soeharto yang juga Ketua Gerakan Non Blok ditegaskan Williams, sangat penting sekali untuk pemerintah dan rakyat Bosnia. Kedatangan Pak Barto tidak saja memberikan semangat dan dukungan, tetapi juga menunjukkan solidaritas kepada masyarakat Bosnia- Herzegovina. Apa komentar tentara Bosnia atas kunjungan Presiden, ia mengatakan belum tahu. Apakah tentara Bosnia memberikan jaminan tidak akan menganggu keselamatan Presiden dan rombongan, dia pun mengatakan tidak mengetabuinya.

“Anda mengatakan orang PBB tetapi Anda juga mengatakan mereka adalab tentara Serbia-Bosnia, apakab mereka tentara atau pemberontak,” tanya pers.

Williams mengatakan, “Itu satu persoalan. Anda tabu babwa di Bosnia adalab satu pemerintahan”. Setibanya di Bandara Sarajevo, Presiden dijadwalkan bertemu dengan Yasusbi Akasbi, utusan khusus Sekjen PBB untuk masalab Bosnia- Herzegovina, Akasbi dijadwalkan berada di Bosnia bingga Selasa bari ini (14/3). Selanjutnya Presiden dan rombongan menuju Istana Presiden dengan menggunakan kendaraan anti peluru Land Rover. Di Istana Presiden, Pak Harto disambut dengan upacara singkat. Selanjutnya dijadwalkan Presiden bertemu empat mata dengan Presiden Bosnia- Herzegovina Dr. Alija Izetbegovic.

Selesai pembicaraan, Presiden mengbadiri jamuan  santap siang yang diselenggarakan oleb Presiden Izetbegovic. Diperkirakan pukul 15.45 waktu setempat, Presiden mengadakan peninjauan keliling kota Sarajevo. Peninjauan ini dilakukan dalam petjalanan menuju Bandara Udara Sarajevo, dengan menggunakan Land Rover anti peluru. Setelah beberapa jam kunjungannya, Presiden bersama rombongan kembali ke Kroasia, sekitar pukul 17.45 waktu setempat.

Malam harinya, bersama Ibu Tien, Presiden dijadwalkan mengbadiri jamuan santap malam oleb Presiden Kroasia Franjo Tudjman di Hotel Esplanade. Sebelumnya akan dilakukan pertukaran cenderamata. Pada kesempatan itu kedua pemimpin akan menyampaikan sambutan singkat. Jamuan yang juga dibadiri oleh pejabat kedua negara diiringi dengan permainan musik biola dan piano. Pagi sebelum bertolak ke Sarajevo, Presiden mengadakan pembicaraan dengan Presiden Kroasia di Istana Kepresidenan Vila Zagorie, lantai dua. Penjagaan cukup ketat. Untuk memasuki lokasi Istana yang berbukit-bukit, setiap tamu diperiksa oleb petugas keamanan, namun tidak bertele-tele. Presiden tiba di Istana 08.30 waktu setempat, dengan kendaraan BMW EG-872 EA. Sedangkan Ibu Tien menggunakan kendaraan lain, di belakang Presiden. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara, Presiden melakukan pemeriksaan barisan, disertai Presiden Izetbegovic. Selesai pemeriksaan pasukan, Presiden dan Ibu Tien diperkenalkan kepada para pejabat Kroasia.

Minggu setibanya di Kroasia, Presiden melakukan pembicaraan dengan Ketua Parlemen Kroasia Dr Nedjejko Mibanovic. Malam barinya Presiden dijamu santap malam. Sebelumnya bersama Ibu Tien Presiden menyaksikan film dokumenter. Selasa hari ini (14/3), sebelum meninggalkan Kroasia untuk kembali ke Tanah Air, Presiden dan Ibu Tien dijadwalkan mengunjungi Monumen Medvedgrad. Di ternpat ini Presiden berkenan meletakkan karangan bunga. Selesai peletakan karangan bunga, Presiden kembali ke Istana Presiden Kroasia untuk berpamitan. Presiden dan rombongan dijadwalkan meninggalkan Kroasia pukul 12.00 waktu setempat atau pukul l8.00 WIB. Diperkirakan Presiden tiba kembali di Jakarta, Kamis pagi (15/3) sekitar pukul 08.25 WIB.

Sumber: SUARAKARYA(l4 /03/ 1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 127-131.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.