PRESIDEN: KEGAIRAHAN BERAGAMA HARUS DIARAHKAN TEPAT[1]
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto mengatakan kita memberi tempat yang tinggi kepada agama dalam pembangunan bangsa dan kehidupan bangsa tetapi kita tidak membangun negara agama. Kepala negara mengingatkan agar kesadaran dan kegairahan beragama diarahkan dengan tepat, yaitu selalu menuju ke kebaikan. Sebab kalau tidak, kata Kepala Negara, bukan mustahil kesadaran, dan kegairahan beragama menimbulkan masalah bagi masyarakat yang sangat majemuk ini, dan bagi agama yang dipeluk masyarakat.
“Kemajemukan itu kita hayati tidak saja dalam bentuk kehadiran berbagai agama, tetapi juga dalam bentuk kehadiran berbagai aliran dan faham di kalangan umat seagama,” demikian Presiden ketika membuka Muktamar III Dewan Masjid Indonesia di Istana Negara. Jakarta, Rabu( 18/I).
Menurut Ketua umum DMI H Kafrawi Ridwan, muktamar yang diikuti 800 peserta itu berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, sampai 21 Januari 1995 dan akan ditutup Wapres Try Sutrisno.
Presiden menjelaskan, perkembangan keagamaan mengalarni kemajuan sangat besar. Ini terutama berkat kesadaran dan kegairahan umat beragama sendiri. Karena itu, semua pihak bersama-sama akan terns memelihara dan meningkatkan kesadaran dan kegairahan sesuai dengan ajaran agama yang dipeluk masing-masing.
“Kita memberi tempat yang tinggi kepada agama dalam pembangunan bangsa. dalam kehidupan bangsa. Tetapi kita tidak membangun negara agama,” katanya.
Presiden juga menjelaskan ,AJ Quran telah menegaskan tidak ada paksaan dalam agama. AI Quran juga melarang sikap tidak adil terhadap umat lain, bahkan menganjurkan agar umat yang berbeda agama itu berlomba- lomba dalam berbuat kebaikan. Dengan demikian katanya, sebenarnya agama tidak hanya mengajarkan kerukunan hidup beragama dalam wujud tidak saling mengganggu. Agama Islam katanya, mengajarkan bahwa kerukunan hidup beragama terwujud dalam kesediaan bekerja sama untuk kepentingan, kebaikan dan kemaslahatan bersama.
“Itu sebabnya kita selalu menjaga agar dalam mengembalikan kehidupan beragama tidak akan terasa mengganggu umat agama lain. Rasa terganggu dalam kehidupan beragama merupakan penderitaan batin,” katanya.
Jaminan negara mengenai kebebasan beragama, tutur Presiden tentu tidak cukup. Diperlukan kedewasaan umat beragama sendiri untuk menghormati agama dan faham keagamaan yang berbeda.
Kerukunan Seagama
“Di samping masalah kerukt.man diantara umat berbagai agama, kita semua perlu memperhatikan sungguh-sungguh mengenai kerukunan di antara wnat seagama sendiri. Adalah suatu kenyataan bahwa hampir semua umat beragama di tanah air kita terdiri dari berbagai penganut aliran dan faham keagamaan ,”katanya. Hal ini, menurut Presiden bukan masalah baru. Pemerintah tentu saja tidak mencampuri masalah perbedaan aliran dan faham keagamaan itu. “Yang penting sekali. kita ingat baik-baik adalah agar masing-masing umat beragama bersikap dewasa menghadapi perbedaan aliran dan faham keagamaan itu. Kita tidak perlu menghakiminya,”kata Kepala Negara. Organisasi semacam DMl katanya, dapat memainkan peranan yang penting bagi pembinaan umat Islam. Organisasi ini dapat berbuat ban yak untuk mengarahkan kesadaran dan kegairahan beragama sehingga umat Islam dapat berperan secara positif untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam mesjid, katanya, umat Islam dapat dibangkitkan kesadarannya menjadi ummatan wasatan, yaitu umat yang bersikap seirnbang dalam mengejar kesejahteraan di dunia dan keselamatan di akhirat, dalam memenuhi kepentingan pribadi dan masyarakat.
“Organisasi Dewan Masjid dapat berbuat banyak untuk mendewasakan sikap umat Islam dalam menghadapi kemajemukan yang terdapat dalam tubuh umat Islam sendiri. Sesungguhnyalah mesjid itu adalah wahana untuk mencapai persatuan dan persaudaraan umat,” demikian Presiden.
Sementara itu, Kafrawi Ridwan menyampaikan titipan pesan dari para remaja dan ibu-ibu agar dalam membangt.m mesjid, Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila yang dipimpin Presiden Soeharto, juga melengkapinya dengan fasilitas perpustakaan, TK, lapangan olah raga, klinik, koperasi dan ruang ketrampilan. “Diharapkan cita-cita kita bersama untuk memantapkan fungsi mesjid sebagai tempat ibadah sekaligus tempat pembinaan kesejahteraan umat akan dapat diwujudkan,” kata Kafrawi. (vik/osd)
Sumber: KOMPAS ( 19/01/1995)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 470-471.