PRESIDEN: KEGAIRAHAN DAKWAH JANGAN AKIBATKAN KERESAHAN [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan pemerintah tidak menghalangi kegiatan dakwah agama apapun, namun diingatkan, kegairahan berdakwah jangan sampai mengakibatkan munculnya keresahan di kalangan umat.
“Kadangkala kegairahan berdakwah membuat orang lupa terhadap tujuan mulia Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) ke-4. Presiden yang didampingi Menteri Agama Tarmizi Taher mengemukakan, jika kegairahan berdakwah itu mengakibatkan para juru dakwah lupa akan tujuan utama kegiatannya, maka akan timbul keresahan.
“Karena itu, kegiatan dakwah hendaknya dilakukan tanpa merendahkan atau kurang menghargai agama dan kepercayaan orang lain, “kata Presiden kepada para pengurus MDI yang dipimpin Ketua Umum MDI Aang Kunaefi. Diingatkan pula, dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan untuk menyampaikan ajaran agama kepada orang lain. Dakwah adalah kegiatan luhur, sehingga harus dilakukan dengan cara-cara yang luhur pula. Keluhuran itu perlu diperhatikan karena kemajemukan bangsa ini termasuk dalam bidang agama dan kepercayaan. “Kita tidak menghalangi kegiatan dakwah yang dilakukan masing-masing umat beragama, namun kepentingan kita bersama adalah, dakwah itu berjalan dengan semestinya,” kata Presiden.
Dakwah dan Politik
Kepada para anggota MDI, Presiden juga berbicara tentang kaitan antara kegiatan dakwah dengan politik praktis.
“Untuk menjaga keluhuran itulah, saya mengharapkan agar kegiatan dakwah tidak dicampuradukkan dengan kegiatan politik praktis,” kata Presiden kepada para peserta muktamar yang akan berlangsung hingga 15 Januari di asrama Pondok Gede itu.
Kepala Negara menambahkan, “bila hal itu terjadi, maka keluhuran nilai-nilai dakwah itu akan tercemari oleh tujuan-tujuan yang lebih bersifat memperoleh kekuasaan. Apabila hal itu berjalan, maka tidak tertutup kemungkinan agama akan dijadikan alat untuk mengejar kepentingan golongan,” tegas Kepala Negara. Kepada para juru dakwah dari semua agama, Presiden mengingatkan bahwa pengalaman telah memperlihatkan, pencampuradukan agama dengan kegiatan politik praktis hanya akan menimbulkan dampak negatif.
“Tidak saja menimbulkan kecurigaan di antara umat yang berbeda agama, melainkan juga perpecahan kalangan umat seagama,” kata Presiden.
Acara pembukaan muktamar dihadiri pula Ketua MPR/DPR Wahono, Menko Kesra Azwar Anas, Mendagri Moh Yogie SM serta Pangab Jenderal TNI Feisal Tanj ung. T.EU02/B/PU03/ 11101/95 13:58/RU2
Sumber: ANTARA ( 18/01/1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 464-465.