PRESIDEN: KEMAJEMUKAN JANGAN DIJADIKAN SUMBER KERAWANAN[1]
Jakarta, Antara
PRESIDEN SOEHARTO kembali meminta seluruh umat beragama untuk menjadikan kemajemukan di antara bangsa Indonesia sebagai sumber kekuatan dan bukannya sumber kerawanan. “Saya mengajak kita semua untuk lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan pribadi, kelompok dan goIongan,” kata Presiden di Balai Sidang Jakarta Selasa malam pada acara Natal bersama Korpri dan anggota ABRI. Pada acara yang dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno dan Ibu Tuti Try Sutrisno serta Ketua Panitia Natal Bersama Joop Ave, Presiden menyebutkan, “Persatuan dan kesatuan akan bertambah kukuh, jika kita dapat membuang jauh-jauh egoisme diri dan egoisme kelompok masing-masing”. Kepada belasan ribu umat Nasrani yang memenuhi Balai Sidang Jakarta itu, Kepala Negara mengemukakan semua umat beragama seharusnya merasa terpanggil untuk rnembina persatuan dan kesatuan.
“Perpecahan di kalangan umat beragama menjadi keprihatinan bersama kita. Agama sangat luhur dan mulia. Karena itu, menjadi tugas kita semua insan beragama tmtuk menunjukkan bahwa agama itu sungguh mulia,” kata Presiden pada acara Natal yang dirneriahkan tari-tarian dari Irian Jaya itu.
Terombang-Ambing
Kepada seluruh umat beragama, Presiden Soeharto juga mengernukakan bahwa di tengah derasnya arus perubahan dunia sekarang ini, bangsa Indonesia sama sekali tidak boleh terombang-ambing.
“Kita tidak ingin terombang-ambing tanpa arah. Kita ingin menjadi bangsa yang berkepribadian dan memiliki jati diri. Kita juga ingin memberi sumbangan bagi terwujudnya dunia yang lebih damai, lebih maju dan lebih adil,” kata Presiden.
Ketika mengemukakan kebijaksanaan dalam pembangunan, dengan tegas Kepala Negara berkata bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan bangsa ini.
“Jika manusia Indonesia yang banyak itu tidak berkualitas maka mereka akan menjadi beban bagi pembangunan. Bukan menjadi kekuatan pembangunan. Beban yang tidak terpikul dalam pembangunan bisa menjadi malapetaka, tidak saja bagi bangsa kita sendiri tapijuga bagi bangsa- bangsa lainnya,” kata Presiden.
Sebelum Presiden menghadiri acara Natal Bersama Korpri dan ABRI ini, ummat Nasrani yang sejak siang hari memenuhi Balai Sidang Jakarta mengadakan kebaktian terlebih dahulu.(T.Eu02/B/DN03 /20:17/RU6/21:44)
Sumber:ANTARA (07/01/1995)
___________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 459-460.