PRESIDEN: KEMAJUAN LAHIRIAH TAK BANYAK BERGUNA JIKA BATIN GERSANG[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengingatkan masyarakat bahwa pembangunan fisik di semua bidang kehidupan duniawi memang penting, namun kemajuan itu tak akan banyak berguna jika kehidupan batin menjadi gersang.
“Tidak akan banyak gunanya kita mencapai kemajuan lahiriah jika batin kita gersang dan menderita,” kata Presiden di Mesjid Istiqlal Jakarta, Sabtu malam.
Ketika membuka Festival Istiqlal II yang berlangsung hingga 18 November, Kepala Negara mengingatkan masyarakat tentang arti penting masalah akhlak itu dengan menunjuk pengalaman bangsa-bangsa lain.
“Ada bangsa-bangsa yang maju secara lahiriah, tapi kemudian runtuh karena rapuhnya sandaran ruhani bangsa yang bersangkutan. Pembangunan ruhaniah untuk memperkuat mental dan akhlak kita sebagai bangsa, memang merupakan bagian yang tak terpisahkan,” kata Presiden.
Acara pembukaan pesta budaya rakyat Indonesia bernapaskan Islam itu dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wapres Try Sutrisno dan Ibu Tuti Sutrisno, Mensesneg Moerdiono, Menag Tarmizi Taher, Ketua Umum MUI Kiai Hassan Basri serta sejumlah tokoh Islam lain. Ketika berbicara tentang pembangunan di tanah air selama ini, Kepala Negara mengemukakan, “Dengan rendah hati, kita dapat mengatakan dengan rahmat Illahi, dalam kurun waktu 50 tahun kemerdekaan, kita telah mulai berhasil mengubah nasib kita sendiri”.
Bangsa lndonesia tidak lagi menjadi bangsa terjajah, terbelakang danhidup dalam suasana ketakutan. Bangsa Indonesia telah menjadi rakyat yang merdeka dengan penuh rasa percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri, katanya.
“Masyarakat kita dewasa ini tidak lagi sekedar menjadi penerima hasil pembangunan. Kemampuan ekonominya telah meningkat. Kita makin kuat memikul biaya pembangunan yang bertambah besar,” kata Presiden kepada belasan ribu
Presiden kemudian rnemberi contoh tentang keberhasilan mengangkasanya pesawat terbang N-250 buatan IPTN Bandung 10 Agustus 1995. Peristiwa bersejarah itu merupakan lambang Bangsa Indonesia berhasil menguasai Iptek,kata Presiden. Sekali pun bangsa ini telah mencapai banyak kemajuan, namun dengan tegas Kepala Negara mengatakan rakyat danjajaran pemerintah belum waktunya merasa puas terhadap apa yang telah dilakukannya selama ini.
“Kita belum dapat berpuas diri. Masih banyak warga masyarakat kita yang hidup dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan merupakan tantangan, karena kemiskinan itu merupakan pertanda bahwa tugas kita dalam pembangunan belumlah selesai,”kata Presiden.
Persoalan Kehidupan
Ketika berbicara tentang arti penting pelaksanaan festival kedua itu, Presiden Soeharto mengatakan melalui kegiatan itu bisa ditampilkan budaya dan seni yang bernapaskan Islam dari masyarakat Indonesia yang majemuk.
“Bagi bangsa kita yang kuat rasa keagamaannya, kesenian tidak saja membawa rohaniah kita kepada cita rasa keindahan, tapi sekaligus menggugah kepekaan hati nurani kita kepada persoalan-persoalan kehidupan yang lebih dalam dan lebih mendasar,”kata Presiden.
Seni, terutama yang berpangkal pada ajaran tauhid harus mampu mencerminkan keagungan Allah SWT dan sekaligus mencerminkan ketinggian akhlak, akal budi serta perasaan masyarakat.
“Ketinggian akhlak, akal budi dan perasaan kemanusiaan itu sangat besar artinya bagi bangsa kita yang sedang membangun,”kata Presiden.
Sebelumnya, Ketua Panitia Festival Istiqlal Mar ‘ie Muhammad melaporkan kegiatan selama dua bulan initerdiri atas berbagai materi seperti forum ilmiah, pameran pakaian dan makanan khas Islam, kirab bedug Sunan Ampel serta pementasan qasidah. Mar’ie juga mengatakan salah satu materi yang ditampilkan dalam festival ini yang diharapkan paling menarik adalah kitab suci AI Quran yang ditulis dengan ornamen ornamen khas Indonesia. AI Quran indah khas Indonesia itu disebut Mushaf AI Quran Khas Istiqlal berukuran 88 X 123 cm, mulai dibuat Oktober 1991.
Menurut Mar’ie, salah satu kekhasan festival itu adalah duduknya sejumlah tokoh agama seperti dari Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu pada panitia Acara pernbukaan festival budaya Indonesia bernapaskan Islam ini sangat rneriah dan menarik minat para pengunjung. Ketika Presiden dan Ibu Tien serta Wapres dan Ibu Tuti Sutrisno tiba di Masjid Istiqlal. harisan rebana rnenyarnbut mereka dengan semarak. Sementara itu, ketika mernbuka festival ini, Kepala Negara memukul bedug Sunan Ampel yang kemudian diikuti oleh pemukulan puluhan bedug lainnya. Presiden dan undangan lainnya kemudian meninjau pameran termasuk Mushaf Al Quran itu serta beberapa stand baik dari dalam negeri maupun luar negeri. “Quran Musfah ini indah sekali seperti bila kita meninjau Masjidil Haram di Mekkah,” demikian komentar seorang ibu.(T-EU02/B/DN02-23 /09/95 22:02/RUl)
Sumber : ANTARA (23/09/1995)
____________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 534-536.