PRESIDEN: KEMBANGKAN SIKAP RELIGIUS YANG TERBUKA PADA KEMAJUAN
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan keberhasilan pembangunan kehidupan beragama tidaklah terletak pada kemegahan sarana agama ataupun meluasnya kegiatan organisasi agama melainkan pada keberhasilan mengembangkan sikap religius.
Masalah penentuan tolok ukur keberhasilan pembangunan kehidupan beragama itu dikemukakan Kepala Negara di Bina Graha, Selasa ketika menerima para peserta rapat kerja Departemen Agama. Rombongan ini diantar Menteri Agama Munawir Sjadzali.
“Tolok ukur keberhasilan pembangunan kehidupan beragama pada dasarnya terletak pada keberhasilan mengembangkan sikap religius bangsa kita yang tetap berakar pada tradisi keagamaan masing-masing, tetapi tetap terbuka bagi perkembangan dan kemajuan,” kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan penentuan tolok ukur itu harus dirumuskan secara tepat agar dapat menyusun program pembangunan kehidupan beragama yang lebih terpadu dan sekaligus menentukan urutan kepentingan dalam menentukan sasaran yang harus dicapai.
Presiden mengatakan upaya memfungsikan agama sebagai landasan etik, moral, dan spiritual pembangunan bangsa Indonesia akan terasa semakin penting karena sebentar lagi masyarakat akan memasuki era lepas landas.
“Saya pernah mengingatkan akan ancaman yang dapat menghadang proses pembangunan menuju tinggal landas seperti yang pernah dan sedang dialami bangsa bangsa lain. Ancaman itu antara lain kekosongan dalam kehidupan etik, moral, dan spiritual,” kata Presiden.
Diingatkan, jika kekosongan dalam kehidupan etik, moral dan spiritual ini sampai terjadi pada bangsa Indonesia, maka keadaan itu akan merongrong ketahanan mental dan spiritual masyarakat. Hal itu pada akhirnya membahayakan kehidupan sebagai bangsa.
Karena itu, Presiden berpendapat untuk mengembangkan sikap religius itu maka yang diperlukan adalah peningkatan kegiatan pendidikan agama.
“Saya ingin mengingatkan bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar penyampaian pengetahuan keagamaan. Pendidikan agama bukan sekedar kegiatan untuk membuat anak didik menjadi ahli agama. Pendidikan agama adalah usaha untuk membina dan mengembangkan sikap hidup sebagai insan beragama yang tulus,” kata Presiden.
Ketika menjelaskan pembangunan kehidupan beragama selama ini, Kepala Negara mengatakan memang telah dibangun berbagai sarana yang megah dan indah. Disamping itu, organisasi-organisasi keagamaan memperluas kegiatan mereka sehingga mencakup kegiatan sosial.
Selain itu juga telah muncul berbagai lembaga pendidikan, sarana kesehatan, perpustakaan yang memberikan petunjuk bahwa minat ummat beragama untuk menambah pengetahuan keagamaan mereka semakin besar.
“Kenyataan tadi tentu saja merupakan perkembangan yang sangat positif dalam kehidupan ummat beragama bangsa kita. Namun, kita juga harus menyadari bahwa hal-hal tadi baru berkaitan dengan aspek lahiriah dalam kehidupan beragama,” kata Presiden.
Sumber : ANTARA (12/03/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 541-542.