PRESIDEN KEPADA MUNAS GOLKAR DI SURABAYA

PRESIDEN KEPADA MUNAS GOLKAR DI SURABAYA [1]

 

Surabaya, Antara

Presiden Soeharto memperingatkan Golongan Karya, bahwa tidak mungkin Golongan Karya mendidik masyarakat untuk bersikap demokratis, apabila di dalam tubuh Golongan Karya sendiri tidak bersikap demokratis.

Kepala Negara mengemukakan hal itu hari Selasa di Surabaya, ketika membuka musyawarah Nasional Golongan Karya.

“Tidaklah mungkin kita mendidik rakyat untuk menghayati dan melaksanakan azas musyawarah untuk mufakat, apabila kita sendiri tidak mampu melaksanakannya diantara keluarga sendiri”, demikian Presiden Soeharto.

Selanjutnya dikemukakan bahwa tidak mungkin kita terus menerus mengatas namakan rakyat apabila tindakan kita tidak ada sangkut pautnya, tidak dimengerti dan tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Dikemukakan bahwa azas masing2 itu tertulis dalam Undang2 Dasar yang mengikat kita semua dan harus dilaksanakan, tidak hanya terbatas dalam lembaga perwakilan rakyat, akan tetapi juga perlu dilaksanakan dalam tubuh partai2 politik dan Golongan Karya.

“Haruslah kita sadari sedalam-dalamnya bahwa pada tujuan akhirnya segala perbuatan pengabdian kita adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia itu. Dalam hubungan ini saya sekali lagi mengajak Golongan Karya dan juga partai politik untuk mengembangkan sikap dasar Orde Baru, dengan meninggalkan tujuan2 dan cara2 Orde Lama dahulu”, demikian dikatakan Kepala Negara.

“Usaha2 itu”, menurut Presiden Soeharto,” memang memerlukan kerja keras dan terpusatnya segala kekuatan dan kemampuan rakyat pada pelaksanaan pembangunan”.

Untuk itu menghimpun kekuatan rakyat haruslah tertuju pada keinginan dan kepentingan rakyat sendiri.

Kepala negara memperingatkan agar praktek2 buruk masa lalu, ditinggalkan. Sebagai contoh kepala negara mengemukakan cara2 “Jargon2 manipulis”, “mengkotak2an rakyat”, menghimpun masa sebanyak-banyaknya hanya untuk kepentingan partai dan golongan sendiri,” lebih2 yang hanya untuk kepentingan pemimpin2 saja”.

“Cara2 seperti itu terang tidak membawa persatuan dan kekeluargaan diantara keluarga besar bangsa Indonesia” demikian Presiden Soeharto.

Dikemukakan bahwa dalam masa2 menjelang pemilihan umum semua fihak boleh berkampanye, yang memang merupakan bagian yang penting untuk meyakinkan rakyat atas konsepsi kemasyarakatannya.

Akan tetapi begitu pemilihan umum selesai dengan hasil2nya, maka tibalah saatnya bagi mereka yang berhasil dan juga yang tidak berhasil untuk menunjukan kebenaran konsepsi dan juga yang tidak berhasil untuk menunjukkan konsepsinya kepada masyarakatnya dan menunjukkan bahwa konsepsinya itu dapat dilaksanakan dengan memang benar2 menguntungkan rakyat keseluruhan Hanya mereka yang dapat menunjukkan demikian itulah, yang kemanfaatannya benar2 dapat dirasakan oleh rakyat, akan benar2 dapat kokoh kuat dan akan berhasil dalam pemilihan umum berikutnya.

Kesatuan Politik harus Dipupuk di atas Dasar2 yang Sehat

Selanjutnya dikemukakan bahwa kesadaran politik harus dipupuk diatas dasar2 yang sehat dan bukan tumbuh seeara salah sehingga menjadi fanatisme kepada golongan sendiri. “Panatisme terhadap gagasan atau golongannya sendiri jelas tidak akan mampu memantulkan kepentingan seluruh rakyat.

Disamping itu, ia akan menjadi bahan pemisah daripada komunikasi antar golongan dan masyarakat yang sangat kita perlukan untuk memecahkan masalah2 nasional secara tepat, selamat dan bermanfaat bagi seluruh rakyat”. Demikian Presiden Soeharto.

Kepala Negara mengharap agar ucapan2nya itu menjadi semangat dan tujuan musyawarah Nasional I Golkar.

Selanjutnya dikatakan bahwa Golkar menjadi besar karena dukungan rakyat dan terang merupakan kepercayaan rakyat.

Kepercayaan meminta tanggungjawab, karena itu saya minta agar Golkar tetap mengabdi kepada kepentingan rakyat yang sedang membangun dan konsekwen pada semangat dan tujuan perjuangan Orde Baru Musyawarah Nasional Golongan Karya itu bertujuan untuk mengadakan konsolidasi.

Kepala negara menilai bahwa usaha mengadakan konsolidasi ke dalam, sebagai arti Golkar ingin kuat. Kekuatan itu, katanya, harus pula diartikan sebagai kekuatan yang dipercaya rakyat karena mampu membina pembangunan dalam arti yang luas.

Musyawarah Nasional yang pertama dari Golkar itu akan berlangsung antara tanggal 4 sampai dengan 10 September di Surabaya.

Dalam upacara pembukaan dimana Presiden Soeharto menyampaikan sambutan hadir hampir seluruh menteri Kabinet Pembangunan, serta para pejabat tinggi sipil dan militer dari pusat dan daerah. (DTS)

Sumber: ANTARA (04/09/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 134-135.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.