PRESIDEN: KEPUTUSAN NU KEMBALI KE KHITTAH ’26 BERANI DAN BENAR

PRESIDEN: KEPUTUSAN NU KEMBALI KE KHITTAH 26 BERANI DAN BENAR[1]

 

Tasikmalaya, Bisnis Indonesia

Presiden RI Soeharto menegaskan, keputusan warga Nahdatul Ulama (NU) untuk kembali ke Khittah 1926 berani dan benar, sementara ulama diminta untuk membahas solidaritas umat seagama, kebangsaan dan kemanusiaan.

Pada pembukaan Muktamar ke 29 Pengurus Besar NU di Cipasung, Tasikmalaya Jawa Barat, kemarin Presiden mengatakan warga NU dapat mencurahkan perhatian yang lebih besar dan lebih mendasar untuk mencapai misi, di samping memberi amanah kepada warganya agar berpolitik secara pribadi.

Acara pembukaan Muktamar kemarin dihadiri Ibu Tien Soeharto, beberapa Menteri, Ketua Umum PDI Megawati, Ketua Umum Golkar Harmoko dan ketua PPP Ismail Hasan Metareum, pimpinan pondok pesantren dari 26 wilayah NU.

NU, kata Presiden, memiliki kejelasan konsep dan keseimbangan sikap dalam menghayati ukhuwah Islamiah, ukhuwah wathaniah dan ukhuwah basyariyah, sehingga landasan yang mantap ini secara positif dan tantangan yang dihadapi.

Sejarah, kata Pak Harto, telah mencatat bahwa NU pernah bergerak secara lembaga dalam politik praktis dan dalam status seperti ini jajaran organisasi itu tidak jarang harus menghadapi berbagai masalah yang tidak mudah penyelesaiannya.

“Oleh karena itu, Khittah 1926 merupakan keputu san yang berani dan tepat ,” tutur Presiden.

Presiden juga meminta ulama membahas masalah solidaritas umat seagama tanpa menolak solidaritas kebangsaan dan solidaritas kemanusiaan, karena tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mewujudkan Pancasila dalam kehidupan kebangsaan.

“Saya yakin segenap nahdiyin dan nahdiyat merasa terpanggil secara aktif dalam kiprah pembangunan,” kata Presiden.

“Saya harap para ulama membahas masa lah ini dengan sebaik-baiknya demi kemaslahatan ummah dan kemaslah atan umm ah dalam arti yang sesungguhnya .” Kemaslahatan ini mencakup kepentingan masa depan.

Salah satu tantangan masa depan itu, kata Kepala Negara, adalah lingkungan hidup sebagai kepentingan umat manusia secara keseluruhan. “Karena itu sangatlah tepat para ulama Nah datul Ulama juga membahas masalah lingkungan hidup dalam muktamar ini”.

Sementara itu, Ketua Rois AM, Ilyas Ruchiat mengatakan NU memberikan kebebasan kepada warganya dalam menggunakan hak berpolitik. Asal bertanggungjawab, menyadari dan meyakini kebenaran pilihan perbuatan politiknya, serta sanggup memikul segala resikonya tanpa membawa-bawa nama dan wibawa NU.

“Politik bukanlah barang haram, karena mempunyai peranan yang penting dalam tata kehidupan bernegara dan bermasyarakat,” ujar Ilyas. (ah/di)

Sumber: BISNIS INDONESIA ( 02/12/1994)

____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 128-129.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.