PRESIDEN : KESELAMATAN DAN KESEJAHTERAAN BANGSA [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan bahwa Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Tribrata yang merupakan pedoman hidup yangje1as bagi setiap prajurit ABRI pada hakekatnya adalah pengejawantahan daripada kepribadian; sikap dasar dan wawasan hidup prajurit ABRI. Demikianlah apabila ABRI setia kepada sumbernya dan jujur kepada hati nuraninya maka apapun yang akan diperbuatnya, keselamatan dan kesejahteraan bangsalah yang menjadi ukuran satu2nya dan ABRI memang harus tetap setia kepada sumbernya dan juga kepada hati nuraninya sendiri.
Presiden menyatakan hal itu dapat amanatnya pada upacara penyerahan anugerah negara tertinggi yang berupa Sam Karya Nugraha dan Nugraha Sacanti kepada tujuh Kodam dan empat Komdak dalam suatu upacara Senin pagi di lapangan Monas. Dinyatakan selanjutnya oleh Presiden bahwa penganugerahan itu merupakan saat2 yang penting dalam kehidupan nasional maupun kehidupan angkatan bersenjata kita.
Pada saat dimana kita memasuki tahap daripada pembangunan nasional, ialah Repelita II yang juga merupakan saat memasuki pelaksanaan rencana strategi Hankam untuk periode 1974-1978.
Dikatakan oleh Presiden, bahwa dalam melaksanakan pembangunan itu maka stabilitas keamanan dan kemantapan ketertiban adalah mutlak. Pembangunan terang tidak akan berjalan dalam suasana kekaeauan dan ketidakpastian. Akan tetapi pembangunan juga tidak akan bergairah dalam suasana ketakutan dan perasaan tertekan. Karena itu stabilitas keamanan dan kemantapan ketertiban hams kita beri arti yang dinamis, ialah keamanan dan ketertiban yang menjarnin kegairahan kerja, yang mendorong kreativitas, yang memberi tempat kepada sikap yang kritis danjuga sekaligus menampilkan tanggung-jawab bersama. Karena itu pula tugas mewujudkan keamanan dan ketertiban bukanlah hanya tugas alat2 keamanan saja melainkan juga merupakan tugas seluruh lapisan masyarakat.
Presiden menekankan harusnya dibangkitkan kesadaran dan dieiptakan suasana agar pemeliharaan keamanan dan ketertiban itu dirasakan sebagai bagian daripada kebutuhan masyarakat dan merupakan kunei penting untuk menikmati kesejahteraan bersama.
Niat dan Kebulatan Tekad
Selanjutnya presiden menyatakan tidak kalah pentingnya dari segalanya itu adalah niat dan kebulatan tekad kita, pemusatan pikiran dan penyerahan diri kita yang seutuhnya kepada tugas.
Niat itu tidak pernah akan padam jika kita yakin bahwa tugas yang akan kita lakukan itu memang merupakan panggilan hati nurani kita sejalan dengan sikap dan dasar wawasan hidup kita.
Menurut presiden pembangunan adalah pekerjaan yang sangat besar dan pembangunan tidak akan berhasil dengan paksaan. Pembangunan hanya berhasil dari keterlibatan yang didorong oleh kesadaran dan keterlibatan itu harus timbul dari dalam, dari kesadarannya sendiri, dari hasil renungannya sendiri sehingga ia berkesimpulan bahwa tugas yang akan dilakukan itu memang tidak bertentangan dengan nilai2 yang dianggapnya luhur.
Presiden menegaskan bahwa sesungguhnya pembangunan bangsa selalu membutuhkan landasan kejiwaan yang kokoh kuat, yang luas dan dalam, oleh karena hanya diatas landasan yang seperti itulah kita dapat membangun perumahan bangsa yang tahan akan tantangan zaman.
Kepada Kodam dan Komdak yang menerima anugerah presiden menyatakan bahwa hal ini merupakan kehormatan yang besar. Kehormatan satu kesatuan bukan hanya ditentukan oleh jasa2nya masa lampau, tetapi akan lebih ditentukan oleh jasa dan sepakterjangnya masa depan. Karena itu kehormatan itu juga sekaligus merupakan tantangan untuk lebih menunjukkan jasa yang lebih besar dimasa mendatang.
Presiden meminta kepada para Panglima Daerah Militer dan Kepala Daerah Kepolisian untuk terus membina kesatuannya agar dari kesatuan2 itu tampil anggota2 militer dan kepolisian yang dicintai rakyat karena memang tujuannya adalah mencintai dan melindungi rakyat.
“Hanya dengan ABRI yang mencintai dan dicintai rakyat, hanya dengan perpaduan antara ABRI dan rakyat, hanya dengan perpaduan antara seluruh bangsa ini, tugas2 pembangunan akan berjalan dengan lancar dan berhasil”, demikian Presiden. (DTS)
SUMBER : ANTARA (16/04/1974)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 493-495.