PRESIDEN: KESENIAN WAYANG MASIH DAPAT DIKEMBANGKAN

PRESIDEN: KESENIAN WAYANG MASIH DAPAT DIKEMBANGKAN[1]

Jakarta, Suara karya

Presiden Soeharto mengemukakan, nilai-nilai wayang masih bisa dilestarikan dan dikembangkan. Dan ini diharapkan terus sampai anak cucu meski dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan pembangunan, membangun manusia seutuhnya, karena wayang dapat menjadi sarana membangun jiwanya.

Penegasan Presiden ini dikemukakan ketika menerima pengurus Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) Sabtu Lalu di Bina Graha. Pengurus Senawangi tersebut terdiri dari mantan Menteri Kehutanan Soedjarwo (ketua Umum), Ketua Pelaksana Ir. Suhartoyo, mantan Ketua BKPM dan Sudarko, anggota MPR/ DPR. Mereka bertemu dengan Presiden yang juga menggemari pertunjukan wayang, sehubungan dengan akan dilangsungkan Pekan Wayang Indonesia VI 1993 yang direncanakan akan berlangsung di Jakarta 17-24 Juli mendatang. Acara itu akan diikuti sekitar 200 peserta termasuk dalang-dalang terkenal dari luar negeri. Dalang asing yang akan datang antara lain John Ara dari Inggris dan dari Amerika Serikat. Acara ini akan dibuka oleh Presiden Soeharto.

Selama pekan wayang juga akan berlangsung pameran, sarasehan dan Iomba tulis mengenai wayang di perguruan tinggi Jakarta seperti Usakti, Unpancas dan UI.” Di DPR juga akan dilahirkan sarasehan menyambut Tahun Baru Suro yaitu tanggal 26 Juni dan malamnya digelar wayang kulit semalam suntuk,” kata Soedjarwo.

Soedjarwo mengemukakan, pagelaran wayang bertujuan untuk menanamkan falsafah yang ada di pewayangan bagi generasi muda, karena intinya menyangkut pembinaan mental kepemimpinan. “Sifat-sifat ini kita anggap penting bagi pemimpin­ pemimpin bangsa Indonesia. Jadi falsafahnya masih relevan seperti ilmu kesatria dan keutamaan,” katanya.

Pagelaran wayang kulit juga akan ditampilkan di 5 wilayah kota Jakarta pada 17 Juli dengan menampilkan dalang seperti Ki Timbul Hadiprajitno, Ki Manteb Sudarsono, Ki Anom Suroto serta dalang wayang golek terkenal dari Bandung Asep Supriyatna. (A-6)

Sumber:  SUARAKARYA(14/06/1993)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 852-853.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.