PRESIDEN: KITA LEMAH DALAM PEMELIHARAAN
Pasaman, Prioritas
Presiden Soeharto mengingatkan, salah satu kelemahan bangsa Indonesia adalah kekurangmampuan memelihara apa yang sudah dibangun dengan susuh payah. “Tidak jarang kita harus membayar mahal kekurangan kita ini, “katanya Selasa pagi ketika berada di tengah-tengah masyarakat kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, untuk meresmikan sejumlah proyek pembangunan.
Oleh karena itu dia berpesan agar semua proyek yang telah berhasil dibangun dipelihara dengan tanggung jawab besar, bukan hanya dimanfaatkan.
Presiden juga menyerukan kepada segenap golongan dan lapisan masyarakat Indonesia agar meningkatkan kesetiakawanan nasional, sebagaimana pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun.”
“Itulah sebabnya kita perlu hidup hemat dan sahaja, tidak hanya berlaku untuk kehidupan orang seorang tapi juga untuk kehidupan suatu bangsa yang sedang membangun seperti kita,” demikian Presiden mengimbau.
Proyek yang Selasa itu diresmikan adalah perkebunan inti rakyat (PIR) Ophir yang dikelola PTP VI, jalan raya yang menghubungkan Lubuk Alung dengan Manggapuh dan Simpang Empat (142 km), irigasi Batang Kapar dan Ampu yang dapat mengairi sawah seluas 2.000 ha, dan pabrik semen unit Indarung III B.
Setelah menekan tombol sirine dan menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya proyek-proyek tersebut, Presiden kemudian menyerahkan bibit coklat secara simbolis kepada para petani. Dia menilai proyek-proyek yang diresmikan itu akan besar artinya bagi usaha memperbesar kemakmuran rakyat, terutama yang tinggal di sekitar proyek itu.
Presiden yang didampingi Ny. Tien tiba di Simpang Empat dengan helikopter dari pelabuhan udara Tabing, Padang. Setelah melakukan temu wicara dengan sejumlah petani setempat selama kurang lebih setengah jam, sesudah upacara peresmian proyek, Presiden dan rombongan kembali ke Padang untuk meresmikan perluasan pabrik semen Indarung.
Hadir pada upacara di Pasaman itu antara lain Mensesneg Sudharmono, Mendagri Supardjo Rustam, Mentan Achmad Affandi, Menteri PU Suyono Sosrodarsono, Menmud Moerdiono, Menteri Perindustrian Hartarto, dan Pangab Jenderal LB Moerdani .
Harus Efisien
Indarung III B, yang dibangun oleh kontraktor utama Project Equipment Corporation (PEC) dari India itu bernilai Rp 119 milyar, meningkat dari rencana investasi Rp 80 milyar yang didasarkan pada kontrak 1981. Bertambahnya biaya proyek itu antara lain akibat keterlambatan penyelesaian-penyelesaiannya hampir tiga tahun dari jadwal semula.
Dengan beroperasinya Indarung III B, PT Semen Padang kini memiliki kapasitas terpasang 2,13 juta ton pertahun.
Presiden mengemukakan, penambahan kapasitas produksi semen itu akan menjadi penunjang kukuh bagi kelancaran pembangunan, di samping menambah kemampuan Indonesia dalam ekspor non-migas.
“Kita menyadari, usaha meningkatkan ekspor non-migas bukan hal mudah, sebab pasaran internasional penuh persaingan ketat,” katanya.
Untuk menang dalam persaingan, industri Indonesia harus terus berusaha meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar hasil produksinya memiliki daya saing tinggi.
Dia merasa berbesar hati karena pabrik-pabrik semen di Indonesia semakin meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hal itu tampak dari bertambah mantapnya pengadaan semen di dalam negeri dan meningkatnya ekspor semen ke berbagai negara. (LS)
Sumber: PRIORITAS (24/06/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 472-473.