PRESIDEN: KITA PILIH TEKNOLOGI DENGAN DAYA SAING YANG ANDAL

PRESIDEN: KITA PILIH TEKNOLOGI DENGAN DAYA SAING YANG ANDAL [1]

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto menegaskan, hasil pembangunan sangat tergantung dari kemampuan bangsa Indonesia untuk menguasai iptek. Karena itulah dibentuk BPPT yang akan mendampingi Bappenas untuk perencanaan-perencanaan dalam rangka memilih teknologi ,namun tidak sembarangan teknologi saja yang harus kita ambil, tetapi teknologi yang punya daya saing yang andal. Hal itu dikemukakan Kepala Negara dalam perjalanan pelayaran perdana Palindo 500-1 dari Tanjungperak, Surabaya hari Kamis, dan tiba di Jakarta, Jumat (21/7) sore.

Karena itu, kata Kepala Negara dalam pelaksanaannya “diboncengkan” ke Pertamina, sehingga menjadi Divisi Pengembangan Teknologi Pertamina. Memasuki Repelita kedua baru resmi menjadi BPPT yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden dan Bappenas. Ini dirasakan perlunya untuk menguasai iptek, tapi dengan teknologi yang benar-benar melalui saringan. Menurut Presiden, pertama-tama kita selalu dikritik karena Indonesia negara yang baru berkembang sudah berlagak bisa membangun Satelit Domestik Palapa (SDP), sedangkan waktu itu di dunia baru ada di Rusia, Amerika dan Kanada. “Kok Indonesia sebagai negara berkembang berani-beraninya mengambil keputusan membangun telekomunikasi Satelit Domestik Palapa (SDP),”ujarnya.

Tetapi kenyataan kebutuhan kita,justru karena adanya pemikiran dan pandangan strategis, maka mutlak, kita harus memiliki satelit untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia melalui telekomunikasi. Dengan demikian melalui SDP maka kesatuan wilayah bisa kita wujudkan ,dan temyata sekarang kita sudah memiliki satelit generasi B dan C. Jadi kini sudah ada satelit AA, B-1, B-2 kemudian C akan diluncurkan: Presiden Soeharto menegaskan, bahwa kelanjutan telekomunikasi satelit tidak hanya pada Palapa C melainkan akan berkembang terus sesuai dengan kemajuan telekomunikasi. Hal itu juga merupakan tantangan teknologi yang dipilih mana yang paling tepat agar segala sesuatunya secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Selain untuk menghubungkan wilayah Indonesia, juga hubungan udara dan laut. Sedangkan hubungan darat boleh dibilang sudah ada dan bahkan negara-negara lain sudah bisa menyumbangnya.

Pembuatan Kapal

Di sela-sela pelayaran itu yang didampingi Menristek Habibie, Menhankam Edi Sudradjat, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto, Menpen Harmoko, Mendagri Yogie SM dan Menkeu Mar’ie Mohammad, Presiden juga menyinggung mengenai masalah pembuatan kapal yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayaran antar pulau. Pertama-tama, kata Presden Soeharto, PT. PAL Indonesia membuat kapal jenis

angkutan niaga yang kini sudah dihasilkan yaitu tipe Caraka Jaya 30 buah. Jadi kita kini kita tidak perlu lagi tergantung pada negara-negara lain. Di samping kapal yang dibutuhkan untuk melancarkan angkutan pulau-pulau kecil dengan tipe Palindo Jaya 500, nanti kita kembangkan dengan Palindo 1000, 2000 dan seterusnya. Karena kapal-kapal yang ada sekarang ini dalam 20 tahun lagi harus diganti, dan kita tidak perlu lagi membeli tapi sudah dapat membuat sendiri di dalam negeri. (T-3)

Sumber : SUARA PEMBARUAN ( 22/07/ 1995)

 ____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 602-603.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.