PRESIDEN: KTT CARACAS AGAR MEMACU KERJA SAMA SELATAN-SELATAN
Caracas, Kompas
Indonesia mengharapkan KTT Kelompok 15 (K-15) di Caracas, Venezuela, dapat menghasilkan berbagai keputusan yang dapat memacu lebih pesat lagi kerja sama Selatan-Selatan dan dihidupkannya kembali dialog Utara-Selatan. Sebab, hal itu dapat memberi sumbangannya bagi penyelesaian masalah-masalah pembangunan yang dihadapi negara-negara berkembang dan keadilan dunia pada umumnya. Harapan itu disampaikan Presiden Soeharto dalam jamuan makan malam kenegaraan oleh Presiden Venezuela Carlos Andres Perez di Istana La Casona, Caracas, hari Senin (25/11)atau Selasa pagi (26/11) WIB. KTT K-15 yang kedua ini akan dimulai pukul 12.00 hari Rabu ini (27/11) atau Kamis dinihari (28/11) WIB sampai 29 November (30 November WIB).
Menurut Kepala Negara, perkembangan dunia yang cepat dan mendasar dalam hubungan internasional akhir-akhir ini, perlu disambut dengan hati lega dan penuh harapan. Perang Dingin terus mereda. Ketegangan internasional makin berkurang. Di berbagai tempat, semua pihak ingin menggunakan dialog guna menyelesaikan berbagai konflik.
Namun, di balik itu semua, ada rasa keprihatinan karena perkembangan yang positiftersebut tidak diikuti oleh perbaikan pola hubungan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang di bidang ekonomi. Bahkan, kesenjangan antara negara maju dengan negara-negara berkembang terlihat makin melebar. “Jika tidak diatasi secara mendasar, keadaan itu dapat menimbulkan kesulitan yang menjadi awal bencana di masa mendatang,” ujar Kepala Negara, seperti dilaporkan wartawan Kompas Ansel da Lopez dan J. Osdar dari Caracas semalam.
Sebab itu, Kepala Negara menyerukan agar dialog Utara-Selatan dilanjutkan. Untuk itu, kerja sama ekonomi Selatan-Selatan perlu diperluas dan dimantapkan dengan melaksanakan secara sungguh-sungguh program-program yang telah disepakati.
Ditandaskan, negara-negara berkembang perlu membina dan meningkatkan pola kerjasama ekonomi dan teknik sehingga dapat tercipta suatu kemandirian bersama.
Sebelumnya, dalam pidato tanpa teks dan tanpa pengeras suara, Perez antara lain menyatakan, antara Venezuela dan Indonesia terbentang laut yang luas, tapi kedua negara punya berbagai kesamaan gagasan baik dalam Gerakan Non Blok, OPEC maupun kelompok Selatan.
Perez juga menunjuk peran penting Indonesia datang negara-negara Dunia Ketiga di Pasifik dan ASEAN. Selain itu, lanjutnya, Indonesia punya peran penting dalam K-15. Karena itu, kedatangan Presiden Soeharto dalam KTT kedua di Caracas ini sangat menguntungkan untuk peningkatan kerja sama kelompok Selatan. La juga mengharapkan kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Venezuela segera ditingkatkan dan direalisasikan.
Kerja Sama Bilateral
Jamuan kenegaraan itu didahului dengan pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan Perez sekitar satu setengah jam di lstana Miraflores siang harinya. Dan, pada saat bersamaan di ruang terpisah, dilangsungkan pula pembicaraan antara Menko Ekuin Radius Prawiro, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono dengan mitra kerja mereka di Venezuela.
Menurut Moerdiono, kedua kepala negara sepakat bahwa masing-masing negara mempunyai potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan hubungan kerja sama. Yang diperlukan sekarang adalah lebih banyak saling mengenal dan saling tukar informasi. Untuk itu, disepakati segera diadakannya langkah-langkah nyata agar kemauan politik kerja sama di bidang ekonomi segera terwujud.
Presiden Soeharto dan Peres mempunyai pandangan yang sama tentang perlunya kedua negara menjaga stabilitas harga minyak bumi. Untuk itu, disepakati perlunya dikembangkan dialog antara negara produsen dan konsumen minyak.
Dalam masalah regional, kedua presiden juga membahas perkembangan di kawasan masing-masing. Venezuela menginginkan pengalaman RI dalam mengembangkan ASEAN, kata Moerdiono.
Ekonomi Terbuka
Menurut Menko Ekuin Radius Prawiro, kerja sama Selatan-Selatan akan lebih mudah dilaksanakan karena kedua negara menempuh sistem ekonomi yang lebih terbuka melalui berbagai kebijaksanaan deregulasi yang menyebabkan produkproduk yang dihasilkannya memiliki daya saing kuat.
Indonesia dimungkinkan mensuplai barang-barang yang dibutuhkan Venezuela, seperti barang konsumsi dan bagian dari barang modal. Venezuela akan mensuplai aluminium yang produksinya sudah maju. Indonesia juga sebenarnya sudah mulai memproduksi aluminium tapi masih belum maju.
Kedua pihak juga sepakat bekerja sama di bidang perpupukan. Indonesia yang pada awalnya hanya memproduksi pupuk 100 ribu ton per tahun, kini sudah menjadi 6 juta ton. Venezuela yang juga memiliki sumber gas alam besar diharapkan dapat memproduksi pupuk juga seperti urea sehingga dapat membantu negara Selatan lainnya untuk meningkatkan produksi pangannya.
Diakui, meskipun kedua negara jauh, tetapi dengan sistem komunikasi yang begitu maju, informasi perdagangan kedua negara dapat ditingkatkan. Dengan begitu, dunia usaha akan lebih tertarik untuk berinvestasi. Pengusaha kedua negara didukung untuk berusaha. “Karena itu, dalam perbincangan KTT G-15 nanti, juga akan dibahas kemungkinan peningkatan perdagangan antara para pengusaha anggota Kelompok 15,” kata Radius.
Persetujuan Kerja Sama
Pada hari Rabu ini, juga akan ditandatangani persetujuan kerja sama ekonomi dan teknik antara kedua negara oleh Menlu R1 dan Menlu Venezuela disaksikan kedua Kepala Negara. Persetujuan ini, menurut Ali Alatas, merupakan payung yang bersifat umum, yakni dasar-dasar kerja sama. Diharapkan dalam waktu mendatang, di bawah persetujuan ini, akan dapat dikembangkan berbagai persetujuan lainnya. Dengan begitu, kerja sama ekonomi dan teknik serta budaya akan dapat ditingkatkan.
Dalam masalah multilateral, kata Menlu, kedua negara juga sepakat bahwa dalam menghadapi perubahan dunia, Rl-Venezuela perlu terus meningkatkan kerja sama. Untuk itu, antara lain akan ada tiga pertemuan penting yang harus dimanfaatkan, yakni Putaran Uruguay, Konferensi UNCTAD ke-8 Februari mendatang di Kolombia, dan Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan pada pertengahan tahun depan di Argentina.
Bertempat di penginapannya , lantai 24 Hotel Hilton Caracas, Presiden Soeharto pada hari Senin menerima pula Ketua Komisi Selatan-Selatan Julius Nyerere dan calon terpilih Sekjen PBB Buotros Buotros Ghali. Wakil Perdana Menteri Mesir itu berada di Caracas untuk memimpin delegasi Mesir ke KTT K-15.
Ketika berada di Meksiko, Presiden Soeharto telah mengirimkan ucapan selamat kepada Botros Buotros Ghali maupun Presiden Mesir Hosni Mubarak atas terpilihnya Buotros Buotros Ghali sebagai Sekjen PBB, untuk menggantikan Javier
Perez de Cuellar awal tahun depan. “Sejak semula Indonesia memang mendukung calon Sekjen PBB dari Afrika,” kata Alatas.
Tentang pembicaraannya dengan Presiden Soeharto, Nyerere kepada pers mengatakan, antara lain mengenai KTT Kelompok-15. Ia mengharapkan KTT ini bisa lebih mendorong kerja sama negara-negara kelompok Selatan di masa datang.
Ia menolak bil a kelompok Selatan dikatakan bergerak ke arab konfrontasi dengan kelompok Utara. Kelompok Selatan justru ingin mepgakhiri terjadinya konfrontasi dengan kelompok Utara, antara lain lewat dialog.
Sumber : KOMPAS (27/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 256-259.