PRESIDEN: MAKANAN ASING BELUM TENTU LEBIH BAlK

PRESIDEN: MAKANAN ASING BELUM

TENTU LEBIH BAlK [1]

Jakarta, Antara

PRESIDEN SOEHARTO mengingatkan masyarakat, berbagai jenis makanan asing yang masuk ke Indonesia belum tentu cocok  dan lebih baik bagi kesehatan bangsa ini. “Sebagai bangsa yang terbuka kita memang hampir tidak mungkin menghentikan perkembangan bisnis makanan asing ke tanah air kita. Tetapi hal ini hendaknya tidak sampai mengubah menu makanan kita sendiri, “kata Kepala Negara di Istana Negara Jakarta, Jumat. Ketika membuka Widia karya Nasional Khasiat Makanan Tradisonal Presiden mengatakan, masuknya makanan bangsa-bangsa lain justru seharusnya mendorong kita melakukan penelitian. Makanan-makanan asing itu bisa membanjiri pasaran makanan di Indonesia, kata Presiden, karena mereka telah memanfaatkan hasil penelitiannya, mampu menyajikan secara menarik dan dengan melakukan promosi.

“Kita juga harus dapat melakukan hal serupa jika tidak ingin tertinggal dari bangsa­ bangsa lain. Kita tidak boleh menunggu hingga para peneliti asing datang ke negeri ini untuk meneliti dan mengembangkan makanan tradisional kita, kemudian dikembangkan dan dipasarkan secara intemasional untuk keuntungan mereka sendiri,” kata Kepala Negara.

Para ahli makanan dan gizi nasional, menurut Presiden harus meneliti dan mengembangkan makanan tradisional itu, sehingga menjadi tuan di rumah sendiri dan mampu bersaing di pasaran internasional. Menurut Kepala Negara, sampai sekarang sudah banyak makanan tradisional yang mampu dikembangkan dan digemari masyarakat secara nasional bahkan disukai

“Sebaliknya tidak sedikitjenis makanan tradisional yang belurn dikenal secara luas,” kata Presiden pada acara yang dihadiri mantan Kepala Bulog Bustanil Arifin.

Belum Cukup

Kepala Negara menyebutkan, pengetahuan dan pemahaman para ahli dan masyarakat umum mengenai makanan tradisonal belumlah cukup.

“Padahal dengan tingkat kemajuan iptek yang telah kita kuasai, seharusnya kita dapat malakukan berbagai penelitian ilmiah untuk mengembangkan makanan masyarakat agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman,” kata Presiden.

Kepada para ahli gizi diingatkan, pengembangan makanan tradisional jangan hanya terpaku pada aspek standar pemenuhan gizi dan kalori, tetapi juga cara pengolahan, penyajian yang membangkitkan selera makan serta tata cara memakannya. Kepala Negara juga menyebutkan, kini semakin banyak orang yang dahulu menggunakan bahan pangan bukan beras telah beralih ke penggunaan beras sebagai bahan pokok makanannya.

“Apabila hal itu terus berlanjut, tidak mustahil kita tidak dapat mempertahankan swasembada beras. Karena itu kita harus menganeka-ragamkan menu masyarakat kita,” kata Presiden.

Menurut Kepala Negara, selain telah beralihnya pola penggunaan bahan pangan bukan beras ke beras, tantangan lain yang dihadapi swasembada adalah terus meningkatnya jumlah  penduduk. (T.Eu02/B/Mdo-002/RB 1/9/06/95 10:23)

Sumber: ANTARA(09/06/ 1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 583-584.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.