PRESIDEN : MANFAATKAN PELUANG RELOKASI INDUSTRI NEGARA MAJU

PRESIDEN : MANFAATKAN PELUANG RELOKASI INDUSTRI NEGARA MAJU[1]

Cilegon, Kompas

Presiden Soeharto hari Kamis (18/2) meresmikan 227 pabrik Kelompok Industri Kimia Dasar, Kelompok Indu stri Mesin Logam Dasar dan Elektronika, Kelompok Aneka Industri serta satu Proyek Pembangunan Prasarana Perikanan di Pelabuhan Ratu, yang tersebar di 18propinsi di Indonesia, di Kornplek PT Petrokimia Nusantara Interindo, Cilegon, Jawa Barat. Kepala Negara membubuhkan tanda tangan di atas zak polyethylene (bahan baku untuk pembuatan barang-barang plastik) produksi PT Petrokimia Nusantara Interindo (Peni), disaksikan dari Kanan Menristek BJ Habibie, Menperin Hartarto serta Preskom PT PEN1, Sigit Harjojudanto.

Presiden Soeharto mengajak semua pihak agar benar-benar memanfaatkan peluang relokasi yang dilakukan negara industri maju, terutama untuk pengembangan industri berdaya saing kuat. Apalagi kemajuan penting dalam ekspor hasil industri telah menjadi landasan kuat bagi ekspor nonmigas dan ekspor Indonesia secara keseluruhan.

Hal itu dikemukakan Kepala Negara pada peresrnian 227 pabrik kelompok industri kimia dasar, kelompok industri mesin logam dan elektronika, kelompok aneka industri, serta Pelabuhan Perikanan Pelabuhan ratu, Jawa Barat, hari Kamis (18/2).

Hadir pada peresrnian yang dipusatkan di PT. Petrokimia Nusantara Interindo (PT. PENI) di Cilegon itu antara lain Ny. Tien Soeharto, Menteri Perindustrian Ir. Hartarto, Menristek BJ Habibie, Menteri Pertanian Ir. Wardojo, Menteri Muda Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid, dan Gubernur Jawa Barat Yogie S. Memet.

“Di waktu-waktu yang akan datang kita harus membuat rencana yang matang untuk mencapai sasaran-sasaran dan menentukan langkah-langkah peningkatan ekspor, dengan memperhatikan peluang dan kendala yang ada,” tutur Kepala Negara.

Perluasan ekspor hasil industri, kata Presiden, juga harus dilakukan dengan memperhatikan lingkungan strategis yang berkembang dinamis, baik di tingkat nasional, regional maupun intemasional.

“Kita perlu terus memperhatikan peluang pasar, perubahan struktur ekonomi yang dikaitkan dengan relokasi industri, perkembangan kemajuan teknologi, danrnunculnya pesaing-pesaing,” tegas Presiden Soeharto.

Menurut Kepala Negara, terbentuknya kelompok-kelompok ekonomi regional, juga perlu diwaspadai karena besar kemungkinannya bisa menjadi kelompok perdagangan yang proteksionistik. Karena itu perlu terus dikembangkan diversifikasi pasar bagi barang-barang ekspor, antara lain ke negara Dunia Ketiga.

“Upaya ini sangat penting dalam rangka peningkatan kerja sama Selatan-Selatan,” kata Presiden Soeharto yang juga Ketua Gerakan Non Blok.

Lebih lanjut Kepala Negara mengingatkan, pembangunan industri nasional selama ini telah berhasil menumbuhkan kemampuan penguasaan teknologi yang meluas dan meliputi semua kelompok industri, baik industri dasar, aneka industri maupun industri kecil.

“Dalam zaman perekonomian dunia makin menjadi satu seperti yang terjadi dewasa ini, maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali menyiapkan bangsa dan ekonomi kita agar mampu bersaing dengan bangsa dan ekonomi bangsa lain. Tidak hanya dinegeri sendiri, melainkan justru di negara-negara lain,” kata Kepala Negara.

Koperasi Karyawan

Pada bagian lain, Presiden Soeharto juga minta agar perusahaan-perusahaan di Indonesia selain memberikan upah yang layak, juga terus mengembangkan koperasi karyawan. Sebab, ujar Kepala Negara, koperasi yang berkembang dengan sehat akan membantu pimpinan perusahaan meningkatkan kesejahteraan karyawan dalam arti luas.

“Saya juga minta agar dalam melaksanakan manajemen  perusahaan dikembangkan suasana kerja yang serasi antara pimpinan dengan karyawannya,” demikian Presiden Soeharto.

Dengan suasana yang serasi dan tenteram, pabrik-pabrik akan berproduksi dengan lancar, kata Kepala Negara, sambil mengingatkan bahwa pabrik-pabrik itu dibangun dengan investasi yang tidak sedikit, yang sumbernya berasal dari sektor perbankan, baik dalam maupun luar negeri.

“Itu berarti pabrik-pabrik dibiayai dari sebagian dana yang dihimpun dari masyarakat. Karena itu saya minta pabrik dikelola dengan rasa tanggungjawab sebesar-besarnya,” kata Presiden.

Sementara Menperin Hartarto dalam laporannya mengungkapkan, pabrik yang diresmikan kemarin tersebar di 18 propinsi dengan total investasi Rp 2,5 trilyun dan 1,37 milyar dollar AS. Dengan berproduksinya pabrik-pabrik itu, maka akan dihemat devisa sebesar 460,4 juta dollar AS dan menghasilkan devisa 1,1 milyar dollar AS pertahun. Sedang tenaga kerja yang terserap berjumlah 78.565 orang.

Jumlah pabrik pada kelompok industri kimia dasar yang diresmikan kemarin 18 buah, termasuk milik PT. PENI, yang untuk pertama kalinya di Indonesia memproduksi polyethylenebahan baku plastik. Pabrik lainnya antara lain menghasilkan pupuk super dolimit dan ethylene glycol.

Pada kelompok industri mesin logam dasar dan elektronika terdapat 28 pabrik, yang antara lain menghasilkan besi beton, aluminium ingot, pipa spiral, mikro komputer dan kapal.

Sementara di kelompok aneka industri terdapat 181 pabrik baru dan perluasan, yang menghasilkan aneka produk berkualitas tinggi dan berorientasi ekspor.

Khusus untuk perluasan PT. Krakatau Steel, yang juga diresmikan kemarin, kata Menperin, investasinya bemilai 250 juta dollar AS dan menghasilkan produk-produk antara lain besi beton. Dengan demikian kapasitas PT. Krakatau Steel menjadi 2,5 juta ton per tahun.

“Maka PT. Krakatau Steel akan menjadi pabrik besi baja terbesar di Asia Tenggara,” ujar Hartarto .

Mengenai pembangunan prasarana perikanan di Jabar, Menperin atas nama Menteri Pertanian menjelaskan, proyek ini dikerjakan sejak 1991 dan selesai Desember 1992 dengan total dana Rp 17,5 milyar. Prasarana ini dimaksudkan untuk meningkatkan potensi perikanan di Indonesia, khususnya di pantai selatan Jawa Barat.

Selanjutnya dikemukakan, dengan selesainya pembangunan pelabuhan perikanan Pelabuhan Ratu, maka pelabuhan inidapat dimanfaatkan sebagai home base kapal­ kapal ikan yang melakukan penangkapan di selatan Jabar dan perairan ZEE. (vik)

Sumber : KOMPAS (19/02/1993)

_______________________________________________________

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 77-80.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.