PRESIDEN: MANFAATKAN SEGALA POTENSI DAN PELUANG
Cilacap, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan, penggunaan modal dalam negeri untuk pembangunan memang harus diutamakan. ”Namun, kita juga tidak perlu ragu-ragu memanfaatkan modal asing sebagai pelengkap, sepanjang masih kita butuhkan,” Kepala Negara mengemukakan hal itu pada peresmian Kilang Parasilin di Cilacap dan Proyek Irigasi Sidareja-Cihaur, Kamis.
Tantangan-tantangan pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia, menurut Presiden, demikian besar dan kompleks, sehingga segala potensi, peluang dan kesempatan yang ada harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Kepala Negara, dengan makin berkembangnya kemampuan dunia usaha nasional, maka sudah waktunya sektor swasta ini ikut menangani kegiatan perkembangan. Dengan demikian danadana Pemerintah yang masih serba terbatas jumlahn ya, dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sektor-sektor lainnya yang sulit atau kurang menarik untuk ditangani industri swasta, seperti pembangunan prasarana dan pembangunan dibidang sosial.
“Kita juga tidak perlu ragu-ragu memanfaatkan modal swasta untuk mengolah kekayaan alam kita, selama tujuannya untuk sebesar-besamya bagi kemampuan rakyat,” kata Presiden.
Pola pembangunan serupa itu, yakni pembangunan yang berlandaskan kepada sumberdaya sendiri dengan mengikutsertakan kekuatan yang ada dalam masyarakat, menurut Kepala Negara
merupakan upaya untuk membangun bangsa yang mandiri yang tumbuh dan berkembang di atas kekuatan sendiri. Tekad membangun seperti itu harus dilakukan di semua bidang industri dan bidang pembangunan nasional.
Presiden mengatakan, bagian yang terpenting dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah pemenuhan kebutuhan rakyat, terutama sandang dan pangan yang keduanya telah terpenuhi. Namun berbeda dengan pangan yang sepenuhnya telah Swasembada di bidang sandang hampir seluruh bahan dasar yang menjadi bahan baku industri tekstil masih harus diimpor.
Dijelaskan, serat buatan merupakan altematif bagi kebutuhan serat alam. Kilang parasilin akan menghasilkan bahan baku untuk serat buatan. “Karena itu proyek parasilin ini merupakan proyek strategis dalam rangka pembinaan industri nasional.”
Namun, menurut Presiden, Proyek parasilin Cilacap ini dalam waktu yang tidak terlalu lama, tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil yang berkembang pesat. Karena itu akan segera dibangun lagi kilang petrokimia di Lhokseumawe, yang akan menghasilkan produk-produk aromatik termasuk parasilin, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan permintaan ekspor.
Proyek parasilin Cilacap ini dibiayai dengan dana pinjaman, yang pembayaran kembali dilakukan dengan hasil ekspor, setelah kebutuhan pokok untuk industri tekstil dalam negeri terpenuhi.
Kilang Cilacap
Presiden dalam mengawali sambutannya mengatakan, kilang parasilin yang diresmikan ini merupakan proyek ketiga Kilang Cilacap. tahun 1976 diresmikan selesainya pembangunan kilang minyak Cilacap pertama berkapasitas 100 ribu barel minyak mentah per hari. Kemudian tahun 1983 diresmikan peningkatan kapasitas kilang menjadi 300 ribu per hari, dan tahun 1990 diresmikan kilang parasilin.
Pembangunan kilang Cilacap, menurut Presiden, sedikit banyak mencerminkan proses pembangunan di Indonesia, yaitu pembangunan bertahap. Setiap tahap merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dan sekaligus menjadi landasan untuk tahap berikutnya. Kilang Cilacap pertama disamping menghasilkan produk-produk energi dalam negeri, yaitu bahan bakar minyak, juga membuat minyak pelumas dan aspal. Tahap kedua merupakan peningkatan produksi sehingga memenuhi kebutuhan BBM untuk separuh Jawa, dan tahap ketiga menghasilkan bahan baku bagi industri tekstil.
“Tahap ini masih akan diikuti dengan tahap berikutnya, misalnya akan dihasilkan bahan yang dapat menghasilkan bensin,” kata Presiden.
Menurut Presiden, pembangunan kilang-kilang untuk menghasilkan BBM maupun bahan baku industri, tidak hanya dilakukan di Cilacap. Kilang-kilang baru akan dibangun diberbagai pusat perminyakan lainnya. Disamping untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan masyarakat, proyek-proyek pengolahan minyak dan gas bumi juga untuk memenuhi kebutuhan sekitar Indonesia.
Kepala Negara mengatakan, pada saatnya nanti Indonesia tidak hanya mengekspor minyak mentah, tetapi akan lebih, menghasilkan produk-produk olahan hasil minyak dan gas bumi. Bahkan jika keadaan ekonomi sudah memungkinkan, ekspor minyak mentah harus dihentikan dan mencadangkannya untuk kebutuhan dalam negeri.
“Strategi pengembangan industri perminyakan kita arahkan untuk memperkokoh ketahanan ekonomi kita, karena kita ingin bersandar pada kemandirian dalam bidang energi dan berbagai bahan baku untuk kebutuhan industri vital,” kata Presiden.
Presiden menegaskan, segala upaya membangun industri perminyakan, diusahakan agar tidak membenahi anggaran negara dan generasi yang akan datang. Hampir semua proyek pembangunan dibidang perminyakan, termasuk industri hulu petrokimia, dibiayai oleh proyek itu sendiri.
Irigasi Sidareja
Selesai meresmikan Kilang Parasilin di Cilacap, Presiden Soeharto meresmikan selesainya pembangunan irigasi Sidareja-Cihaur. Dengan diresmikan irigasi tersebut, Kepala Negara menyatakan sekitar 20 ribu hektar sawah akan dapat diairi secara teratur sepanjang tahun.“Dengan demikian irigasi ini sekaligus akan mengendalikan banjir, meningkatkan jaringan jalan dan air minum serta akan mendorong berbagai kegiatan ekonomi di wilayah selatan Jawa Tengah dan Jawa Barat,” kata Presiden Gubemur Jateng H Moh Ismail melaporkan, pembangunan proyek irigasi Sidareja-Cihaur menghabiskan dana Rp 99,6 milyar lebih yang diperoleh dari APBN dan ADB. Biaya operasional dan pemeliharaan irigasi tersebut diperkirakan sebesar Rp 30.000,-/tahun per hektar.
Pengembangan daerah irigasi Sidareja mencapai areal persawahan seluas 8.426 Ha, sedang daerah pengembangan irigasi Cihaur 11.610 Ha. Irigasi Sidareja terdiri dari saluran primer sepanjang 14,5 km, saluran sekunder 55,5 km, dan saluran pembuang sepanjang 95 km. Tanggul pasang surut mencapai 18,5 km tanggul banjir 16 km, prasarana jalan 131 km dan bangunan air lainnya mencapai 881 buah.
Sedang daerah irigasi Cihaur, saluran primernya mencapai 56 km, sekunder 105 km, dan saluran pembuang sepanjang 237 km. Tanggul penahan banjir 28 km, prasarana jalan 125,5 km, bangunan air sebanyak 1.730 buah.
Selesai peresmian Kilang Parasilin, Presiden yang di dampingi Pangab Try Soetrisno, langsung terbang ke lokasi irigasi SidarejaCihaur untuk mengadakan sarasehan dengan para petani di kawasan tersebut.
Sumber : SUARA KARYA (21/12/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 328-332.