PRESIDEN MEMPERINGATKAN: USAHA PEMBANGUNAN TIDAK BOLEH MERUSAK ALAM

PRESIDEN MEMPERINGATKAN:

USAHA PEMBANGUNAN TIDAK BOLEH MERUSAK ALAM

Delapan Kelompok Masyarakat Mendapat Penghargaan

Presiden Soeharto mengingatkan bahwa usaha pembangunan tidak boleh sampai merusak alam, malahan harus memelihara kelestariannya. Pembangunan bukanlah hanya untuk yang hidup sekarang, tetapi juga untuk generasi masa yang akan datang, kata Presiden Soeharto, Kamis kemarin, di Bina Graha dalam menyambut hari

"Lingkungan Hidup Sedunia" 5 Juni 1980 dengan tema "Pelestarian Air sebagai Sumber Kehidupan".

"Karena itu pula merupakan tanggungjawab kita untuk mewariskan bumi yang subur kepada generasi-generasi yang akan datang itu," demikian Kepala Negara di hadapan sekitar 150 orang pejabat Pemerintah dan kelompok masyarakat dalam masalah kelestarian lingkungan hidup ini.

Kemudian Presiden Soeharto menyampaikan penghargaan Pemerintah berupa plakat dan uang Rp 2,5 juta kepada setiap kelompok masyarakat yang seluruhnya terdiri dari delapan kelompok masyarakat yang telah memberikan jasanya dalam memanfaatkan air dengan baik dan melestarikan sumbernya.

"Hasil-hasil usaha masyarakat itu membuktikan bahwa tantangan lingkungan bukanlah hal yang tidak teratasi. Pengalaman masyarakat ini akan ditunjang oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan yang dikembangkan Pemerintah. Sehingga ancaman kekurangan air di masa depan dapat kita atasi bersama."

Tiga Pokok Petunjuk

Dalam menghadapi tantangan lingkungan dan keharusan untuk melestarikan air ini. Presiden mengajak seluruh masyarakat dan segenap aparatur Pemerintah untuk mengindahkan tiga pokok petunjuk pengembangan lingkungan. Ketiga pokok petunjuk itu adalah

1) merangsang mendorong dan menggerakkan prakarsa dari kegiatan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengembangkan lingkungan dan melestarikan air,

2) pengembangan lingkungan perlu dilakukan dengan penglihatan dan penanganan terpadu di segala bidang dan

3) perlu disadari bahwa perkembangan lingkungan tunduk pada hukum keseimbangan.

Masalah lingkungan tidak bisa ditanggulangi hanya oleh Pemerintah. Luas dan besarnya masalah mengharuskan ikut sertanya masyarakat secara penuh dalam usaha melestarikan air.

Masyarakat kita sudah memiliki potensi dan kemampuan mengembangkan lingkungan. Masalahnya sekarang adalah membangkitkan potensi dan menumbuhkan kemampuan yang lebih besar dan Presiden mengatakan, air dan unsur-unsur lingkungan alam lainnya berada dalam hubungan saling bergantungan. Saling kait-mengkait satu dengan lain. Pelestarian air erat bergandengan dengan pelestarian hutan, tanah, dan lingkungan alam.

Pelestarian air juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan industri, pertambangan, pertanian, dan bidang-bidang lainnya. Pembangunan masing-masing bidang harus disertai pemahaman dan pengetahuan tentang pengaruhnya kepada lingkungan di sekitarnya.

Presiden menambahkan perkembangan lingkungan tunduk kepada hukum keseimbangan. Karena berbagai benda seperti zat mati, zat dan mahluk hidup serta manusia berada dalam hubungan keseimbangan satu dengan lain, saling pengaruh­mempengaruhi dan hidup-menghidupi. Masalah lingkungan tidak timbul apabila keseimbangan lingkungan terpelihara baik.

"Sebaliknya gangguan alam pasti akan timbul jika keseimbangan lingkungan terganggu. Padahal pembangunan itu sendiri pasti mendatangkan perubahan besar­besaran. Ini tidak lalu berarti kita takut membangun. Sebaliknya, kita harus terus membangun dan membangun. Yang terpenting adalah agar kita dapat selalu memelihara keseimbangan barn dari tahap satu ke tahap berikutnya."

Dalam menghadapi kemungkinan ancaman air, Presiden Soeharto mengajak seluruh rakyat dan semua aparatur Pemerintah untuk bersama-sama dan bahu­membahu menghadapi tantangan ini.

Pembangunan memang penuh tantangan, karena itu pusatkanlah segala perhatian dan usaha serta kerahkan persatuan dan bulatkan kemauan untuk berhasilnya pembangunan termasuk di dalamnya usaha melestarikan lingkungan hidup, khususnya sumber air.

Semangat Gigih Luar Biasa

Menteri Negara Pengawas Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) Emil Salim mengatakan, kelompok masyarakat yang mendapat penghargaan itu adalah mereka yang dengan semangat gigih luar biasa telah mampu menjalankan inisiatif sendiri menanggulangi masalah lingkungan.

Pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, penghargaan diberikan khusus bagi mereka yang telah dapat menanggulangi kelestarian sumber air. Mereka yang mendapatkan penghargaan itu adalah Ismed Hadad dari Lembaga

Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Jakarta, atas usahanya membangkitkan prakarsa, membina serta membimbing berbagai-bagai Lembaga/Organisasi masyarakat menanggulangi masalah penyediaan danpeningkatan mutu air lingkungan mereka.

K.H. llyas Ruhiyat dari Pondok Pesantren Cipasung, desa Cipakat Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), atas usahanya memprakarsai pembangunan sistem penyaringan air untuk keperluan masyarakat yang menjadi teladan bagi desa lain. Abah Anom dari Pondok Pesantren Suryalaya, desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya (Jabar) dengan usahanya menggerakkan masyarakat melakukan pelestarian air melalui penghijauan dengan tanaman hortikultura.

D.A. Cunha dari Badan Sosial Maumera, Flores, Nusa Tenggara Timur atas usahanya meningkatkan motivasi masyarakat mengadakan penghijauan dan memperkenalkan cara penyelamatan tanah di Kabupaten Sikka. Dan W. Palle, dari Kabupaten Sikka mendapatkan tanda penghargaan terhadap pelaksanaan penghijauan sehingga air slingai mengalir kembali.

Ir. Anton Sudjarwo dari Dian Desa DI Yogyakarta, berusaha menggerakkan dan membimbing rakyat Kecamatan Cangringan membangun saluran air untuk keperluan penduduk. Ngatmo Wagito dari desa Kepuharjo, Kecamatan Cangrinean, Kabupaten Sleman (Yogyakarta) mendapatkan penghargaan atas pelaksanaan pembangunan saluran air bagi keperluan masyarakat banyak.

Siswa Nuryanto dari desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang (Jateng), dihargai dalam pelaksanaan penyaluran air bagi kehidupan penduduk desa itu.

Selesai pemberian tanda penghargaan tersebut, Presiden Soeharto beramah­tamah dengan mereka yang mendapat penghargaan. Pada kesempatan itu hadir Menteri Perindustrian A.R. Soehoed. Menteri P.U. Purnomo, Menteri Kesehatan Soewardono Surjaningrat dan Menteri Pertanian Soedarsono Hadisapoetro (DTS)

Jakarta, Kompas

Sumber: KOMPAS (06/06/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 936-939.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.