PRESIDEN: MENDORONG KREATIVITAS MASYARAKAT, HORMATI  HAK-HAKNYA

PRESIDEN: MENDORONG KREATIVITAS  MASYARAKAT, HORMATI HAK-HAKNYA[1]

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto mengatakan, prakarsa dan kreativitas masyarakat hanya mungkin tumbuh dan berkembang dalam suasana yang nyaman dan bebas dari cengkeraman ketakutan. Tanpa kondisi ini adalah mustahil diharapkan tumbuhnya prakarsa dan kreativitas dari mereka.

Untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dari kreativitas tersebut, perlu juga dihargai jatidiri serta kepribadian masyarakat, hak-haknya dihormati dan mereka perlu diberi tempat yang terhormat dalam masa depan yang sedang dibangun bersama ini. Demikian ditegaskan Presiden, Selasa, saat menerima para peserta Kursus Singkat Angkatan III Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) di Bina Graha, Jakarta.

Dalam menghadapi kurun seperempat abad mendatang, kata Presiden, bangsa Indonesia akan memberikan perhatian yang lebih besar kepada peningkatan kualitas manusia serta masyarakat Indonesia. Yang menjadi perhatian secara khusus adalah penciptaan kondisi dan peluang yang memungkinkan tumbuh dan berkembangan ya prakarsa dan kreativitas masyarakat tadi. Untuk itu, kata Presiden, harus benar-benar dapat dipahami proses. kejiwaan manusia, khususnya kejiwaan rakyat yang kebudayaannya amat mejemuk.

Kepala Negara mengingatkan para peserta Kursus Lemhanas agar lebih pandai menerapkan dan menempatkan secara profesional pendekatan pertahanan keamanan (hankam) dan pendekatan kesejahteraan. Pendekatan hankam yang mewaspadai menangkal dan menanggulangi kemungkinan tumbuhnya ancaman, gangguan dan hambatan, bukanlah untuk kepentingan, hankam sendiri. Tetapi menurut Presiden, untuk kepentingan bangsa secara menyeluruh.

Dalam keadaan normal, pendekatan hankam melayani pendekatan kesejahteraan. Hanya dalam keadaan darurat dan dalam  keadaan luar biasa pendekatan kesejahteraan mengalah terhadap pendekatan hankam. Inipun berlaku dalam waktu sangat terbatas.

Untuk pegangan yang mantap mengenai cara bertindak dalam keadaan normal, perlu dikembangkan doktrin-doktrin, baik yang bersifat nasional maupun bersifat sektoral dan regional. Dalam kaitan inilah perlu pula dipaharni bahwa doktrin apapun juga tidak boleh bersifat statis. Jika wawasan berkembang danjika kondisi lingkungan berubah, doktrin harus dikembangkan dan disesuaikan. Jika sampai terlambat mengembangkah dan menyesuaikannya, akan terjadi keragu-raguan dalam jajaran pemerintahan dan dalam masyarakat tatkala menghadapi demikian akan banyak, tumbuh gejala-gejala baru. Presiden berharap, sebagai lembaga pengkajian dan pendidikan strategis yang bersifat terpadu, yang mendidik kader-kader, kepemimpinan nasional, Lemhanas perlu terus menerus meningkatkan kualitas kajian dari pendidikannya.

Trilogi

Presiden menyebutkan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa diiringi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan menghasilkan ketimpangan sosial ekonomi yang dapat menjadi bibit terganggunya stabilitas nasional. Sebaliknya, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya tanpa pertumbuhan ekonorni yang tinggi, tidak banyak manfaatnya, dan hanya akan memeratakan kemiskinan. Bahkan, pertumbuhan ekonomi yang lamban dan terkejar oleh laju pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan menurunnya taraf hidup.

Hal itu tentu akan menimbulkan keresahan yang pada gilirannya akan menjadi penyebab instabilitas. Sementara stabilitas nasional yang mantap dan dinamis juga sulit tercipta tanpa pamerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

“Apa yang saya kemukakan ini juga menunjukkan bahwa terwujud atau tidaknya Trilogi Pembangunan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis akan menentukan bisa atau tidaknya kita mempertahankan kemantapan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Kepala Negara.

Persatuan dan kesatuan yang sehat, bukan hanya dalam makna politik, tapi merupakan hasil proses terpadu antara aspek ekonomi sosial budaya, politik dan hankam. Semuanya itu harus bersumber pada wawasan kenegaraan dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman inilah yang dimaksud dengan ketahanan nasional.

Integritas Nasional

Presiden mengingatkan pentingnya dibuat kajian lebih mendalam mengenai integritas nasional dalam tahun-tahun mendatang . Masalah yang perlu dikaji menyangkut faktor-faktoryang mendukung maupun yang menggoyahkannya, sehingga dapat diambil saripati asas-asas yang mendasarinya sebagai sumber kearifan yang akan dimanfaatkan dalam merumuskan kebijaksanaan masa depan.

Kearifan demikian inilah, kata Presiden, yang harus diteruskan kepada generasi derni generasi kader pemimpin nasional. Tujuannya, agar kader kepemimpinan nasional tidak mengulangi kesalahan para pendahulunya. Mereka diharapkan dapat merintis terobosan-terobosan kita mengerahkan seluruh potensi nasional dalam kondisi lingkungan dunia yang makin rumit. Sementara itu, Gubernur Lemhanas Letnan Jenderal Soekarto menjelaskan, peserta Kursus Singkat Angkatan Lemhanas betjumlah 58 orang. Mereka terdiri dari pejabat senior terpilih, berasal dari para Pati ABRI dan non ABRI yang telah menduduki jabatan eselon I serta orsospol dan swasta. Kegiatan ini berlangsung sejak 12 April 1993 dan akan ditutup 7 Agustus 1993, (N-1)

Sumber : SUARAKARYA(4/08/l993)

___________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 192-194.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.