PRESIDEN MINTA ANAK-ANAK KUASAI IPTEK

PRESIDEN MINTA ANAK-ANAK KUASAI IPTEK [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto minta anak- anak Indonesia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar bisa memakmurkan bangsa ini, serta mempunyai cita-cita untuk memajukan bangsanya .

“Bangsa yang maju dan makmur adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita juga kelak akan menjadi bangsa yang makmur, maju serta sejahtera jika kalian menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ,”kata Presiden di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu.

Pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional (HAN) itu, Kepala Negara menyebutkan anak-anak di luar negeri merupakan penentu masa depan bangsa mereka di masa mendatang.

“Kalian tidak boleh ketinggalan dari mereka. Kalian harus dapat be sama­ sama mereka agar kelak dapat ikut menentukan masa depan dunia. Dengan menyiapkan diri sungguh-sungguh, bangsa kita kelak dapat ‘berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah’ dengan bangsa-bangsa lain,” kata Presiden.

Pada acara yang dihadiri pula Ibu Tien Soeharto, Wapres Try Sutrisno dan Ibu Tuti Sutrisno, Mendikbud Wardiman Djojonegoro serta sejwnlah pejabat tinggi lainnya, Kepala Negara juga menyinggung arti penting tekad dan semangat.

“Di samping ilmu pengetahuan, maka semangat dan tekad untuk mencapai cita­ cita juga sangat menentukan keberhasilan kalian dalam mengejar kemajuan,” kata Presiden kepada ribuan anak-anak SD.

Presiden juga berkata” Bergembiralah dan nikmatilah masa kanak-kanak kalian. Isilah hari-hari kalian untuk melakukan hal-hal berguna. Jauhilah hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Gunakanlah waktu untuk belajar demi masa depan kalian sendiri,” kata Presiden.

Peranan Orang Tua

Ketika berbicara tentang arti penting orang tua dalam menyiapkan anak-anaknya, Presiden Soeharto menyebutkan mereka memikul tanggungjawab paling berat untuk mengantarkan anak-anaknya agar bisa membangun kehidupan di masa mendatang.

“Untuk itu kita harus membekali mereka dengan kecerdasan, keterampilan, kemauan , semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air, dengan dilandasi iman dan Ia mengingatkan bahwa orang tua serta keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak. Orang tua mempunyai peranan penting dalam mendidik anak-anaknya.

“Pendidikan dalam keluarga adalah untuk mengantarkan anak agar kelak dapat hidup mandiri sebagai pribadi dan warga masyarakat. Pendidikan dalam keluarga juga sangat menentukan pengembangan watak, kepribadian, nilai budaya serta nilai keagamaan bagi kehidupan sehari-hari,” kata Presiden. Ketika menyinggung pendidikan bagi anak-anak, Kepala Negara mengemukakan hal itu harus dilakukan dengan memperhatikan tahap perkembangan mereka. Mereka perlu belajar, tapi juga bermain.

“Kadang-kadang, malahan mereka perlu belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar,” kata Kepala Negara.

Produksi Dalam Negeri

Kepala Negara kemudian mengadakan dialog dengan anak- anak di Bandung, Kupang, Palangka Raya, Manado serta Bengkulu. Pada acara wawancara jarak jauh melalui televisi itu, Kepala Negara mengajukan berbagai pertanyaan seperti mengapa mereka bangga menjadi anak Indonesia. Ada anak yang berkata bahwa ia bangga menjadi anak Indonesia karena bisa berdialog dengan Kepala Negara walaupun melalui televisi.

Tapi ada juga yang berkata” saya bangga menjadi anak Indonesia karena bangsa ini telah sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya”. Masalah penting lainnya yang disampaikan Kepala Negara adalah anak-anak diminta untuk mencintai barang produksi dalam negeri sendiri dan tidak membeli barang buatan luar negeri.

“Kalau kalian membeli barang dalam negeri maka pabriknya akan berjalan terus dan karyawannya tetap bekerja dan pemerintah mendapat pajak. Tapi kalau kalian membeli barang luar negeri maka pabrik di dalam negeri akan tutup dan pekerjanya terpaksa diberhentikan, sehingga teijadi pengangguran,” kata Presiden.

Kepala Negara kemudian mengatakan “Jika terjadi pengangguran maka secara tidak langsung kita mematikan rakyat kita sendiri. Kalian tidak perlu tergoda terhadap produksi luar negeri kecuali bila tidak dihasilkan di dalam negeri sendiri”.

Rasa cinta terhadap produksi dalam negeri itu berulang kali dikemukakan Kepala Negara, karena mulai tahun 2003 akan terlaksana Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) serta Pasaran Bebas Asia Pasifik tahun 2003.

Presiden

Pada dialog jarak jauh itu, berulang kali Presiden menanyakan cita-cita mereka. Karena ada beberapa anak yang berkata bahwa cita-cita mereka adalah menjadi presiden, maka Kepala Negara minta mereka untuk belajar sungguh- sungguh.

“Yang bisa dipilih menjadi presiden kan cuma satu. MPR tidak akan menunjuk orang yang tidak berprestasi atau tidak dipercaya,” kata Presiden sambil tersenyum.

Ketika  seorang anak menanyakan  tentang  alasan kunjungan  ke Bosnia Herzegovina tanggal l3 Maret, Kepala Negara menjelaskan hal itu dilakukan karena Indonesia ingin ikut mewujudkan perdamaian di wilayah bekas Yugoslavia itu.

“Indonesia tidak bermaksud menjadi perantara,” kata Presiden. Sekalipun suasana disana tetap masih panas, Indonesia tidak akan menghentikan niatnya untuk mewujudkan perdamaian di negeri tersebut.

Selain mengadakan dialog jarak jauh itu, Kepala Negara juga berbicara dengan anak-anak SD yang beruntung terpilih untuk mengikuti acara Gelar Anak Nusantara (Gelantara). Ketika berbicara dengan seorang pelajar dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Tan Miyat Jakarta Selatan, Kepala Negara minta para pelajar yang cacat untuk juga belajar giat seperti anak-anak yang normal.

“Kalian juga berhak belajar, “kata Presiden yang kemudian bersalam-salaman dengan para pelajar SD itu. T/Eu02/B/EL01123/07/95 14:41/re3

Sumber: ANTARA(23/07/1995)

_________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 604-606.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.