PRESIDEN MINTA MASYARAKAT MENAHAN DIRI DARI SIKAP BOROS, MEWAH

PRESIDEN MINTA MASYARAKAT MENAHAN DIRI DARI SIKAP BOROS, MEWAH[1]

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto mengajak seluruh umat, terutama umat muslim, yang sedang berpuasa untuk menahan segala nafsu, menahan diri dalam arti seluas-luasnya termasuk menahan dari sikap boros dan mewah.

“Dengan itu puasa kita akan terasa lebih bermakna bagi pembangunan masyarakat kita, yang juga kita anggap sebagai ibadah kemasyarakatan kita,” kata Kepala Negara dalam sambutan pada peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Istiqlal, Kamis malam.

Di masjid terbesar di Asia Tenggara yang dipenuhi sekitar 50.000 umat, Presiden mengemukakan, hidup boros dan mewah mungkin saja bisa dipikul oleh beberapa orang yang berpunya, mungkin ajaran masih bisa dipikul oleh segolongan masyarakat yang berada akan tetap pasti tidak bisa ditanggung oleh bangsa yang sedang membangun ini.

Sebelum menganjurkan masyarakat agar tidak hidup mewah dan boros, Presiden terbatas. Daerah-daerah di tanah air berbeda-beda taraf kemajuannya antara yang satu dengan yang lainnya. Ada daerah yang sudah maju, bahkan amat maju dan pada dasamya dapat bergerak dengan kemampuannya sendiri. Namun, juga ada daerah yang masih terkebelakang dan agak terkebelakang. Jika dibiarkan berpacu dengan kemampuannya sendiri saja, maka masyarakat yang hidup di daerah terbelakang akan sangat lama dapat hidup sejajar dengan saudara­ saudaranya dari daerah lain. Keadaan seperti itu menurut Kepala Negara dapat menimbulkan kerawanan. “Karena itulah kita harus mempercepat pembangunan di daerah-daerah tersebut, dan untuk itu kita harus, menyiapkan berbagai program khusus untuk memacu, tumbuhnya kemampuan daerah-daerah agar dapat bergerak maju lebih cepat lagi. Memang untuk itulah gunanya kita berbangsa dan bernegara,” kata Presiden. Masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila yang didambakan tidak akan terwujud begitu saja tanpa ikhtiar. Ikhtiar yang gigih tidak akan ada tanpa kemauan yang kuat. Dan kemauan yang tidak akan ada tanpa irnan yang kuat.

Tidak Mudah

Menteri Agama Tarmizi Taber mengemukakan, sejarah umat manusia membuktikan tidaklah mudah menmmskan dengan tepat dan baik, kaitan antara nilai ideologis negara dengan nilai agama masyarakat. Memisahkan secara mutlak nilai agama dan nilai ideologi dapat mendorong sikap netral terhadap agama seperti atheisme dalam masyarakat, liberalistis, kapitalis, atau sikap agresifterhadap agama seperti anti-theisme dalam masyarakat komunis, “Kita menolak sikap yang tidak tepat itu,” tambah Menag.

Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila,mempunyai 2 rujukan nilai yang saling mendukung yaitu nilai agama dan nilai ideologi Pancasila. Menteri mengemukakan, negara maupun pembangunan nasional tidak hanya merancang masa depan dengan rujukan nilai ideologi semata. Karena hal itu menyebabkan hampanya pembangunan dari dimensi moral, etis dan spiritual. Masyarakat, bangsa dan pembangunan nasional juga tidak hanya merancang masa depan dengan rujukan nilai agama secara sempit seperti pada negara teokrasi. Hal itu dapat menyebabkan timbulnya fanatisme sempit serta intoleransi terhadap umat agama yang berbeda akidah.

“Keseimbangan, keharmonisan dan keterkaitan rujukan nilai ideologi Pancasila dan nilai agama itulah yang menyemangati seluruh wawasan kita tentang hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, “kata Menag.

Holywood

Menteri Agama dalam sambutannya mengajak masyarakat untuk bersikap selektif terhadap gaya hidup Hollywood yang dapat merusak kemanusiaan. Gaya hidup permisif akibat longgarnya moral bukan hanya akan menjungkir balikkan nilai dan norma budaya dan agama masyarakat, tetapi juga akan memberantakkan hidup dan kehidupan itu sendiri.

Manusia tanpa moral, kata Menteri tidak lebih dari hewan. “Kita perlu bersikap pesimis .dan skeptis tentang nasib masyarakat maju yang bersifat sekular di akhir abad ke-20 ini,” ujar Menteri. Menurut Menag, saat ini masyarakat maju sekular yang permisif itu seakan-akan sedang memimpin peradaban dunia dan kemanusiaan. Mereka tengah membawa semua umat manusia bagaikan terbang dalam pesawat komersialisme tanpa tujuan jelas. Para pemimpin dan ahli pikir yang kritis dan skeptis telah menyerang habis­ habisan kebebasan absolut yang membiarkan berkembangnya agama-agama aneh (cult) dan melecehkan agama serta melegalisasi kawin manusia sejenis.

Kebaikan

Guru Besar IAIN Syahid Jakarta, Prof Dr. Salman Harun dalam hikmah Nuzulul Qur ‘an mengemukakan, umat Islam diakui Tuhan sebagai umat terbaik, Namun kebaikan itu bukan yang melekat dalam diri umat itu, tetapi terletak dalam perjuangannya. Allah menghendaki umat Islam menjadi umat terbaik melalui perjuangan, bukan dengan mengharapkan belas kasih Allah. Dengan demikian umat Islam Indonesia memandang kerukunan hidup beragama dalam kerangka berlomba menyumbangkan sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Sumber: SUARAKARYA( 17/02/1995)

_____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 480-482.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.