PRESIDEN MINTA PEMASARAN MINYAK DIKOORDINIR UNTUK MANTAPKAN HARGA

PRESIDEN MINTA PEMASARAN MINYAK DIKOORDINIR UNTUK MANTAPKAN HARGA

Presiden Soeharto menginstruksikan kepada Direktur Utama Pertamina Joedo Sumbono untuk mengkoordinir seluruh pemasaran minyak Indonesia, termasuk bagian kontraktor asing sehingga tercapai keseragaman harga minyak ekspor di luar negeri.

Seusai menerima petunjuk-petunjuk dari Presiden di Istana Merdeka Rabu pagi kepada wartawan oleh Joedo Sumbono, menegaskan, "Pengalaman yang sudah sudah menunjukkan bahwa banyakminyak-minyak Indonesia dipasaran spot."

"Dalam keadaan pasaran yang demikian,jangan sampai minyak Indonesia dengan minyak Indonesia bersilang langkah".

Karena itu menurut dia, Presiden Soeharto menginstruksikan, agar minyak Indonesia yang diekspor seluruhnya bisa dikoordinir sedemikian rupa, sehingga tidak lagi bersilang arah.

Diingatkannya bahwa minyak Indonesia kecuali yang dikuasai oleh Pemerintah (Pertamina), ada pula yang merupakan bagian dari kontraktor asing.

"Bagian dari kontraktor asing ini yang dijual di pasaran spot," tegasnya.

Direktur Utama Pertamina itu mengakui bahwa kalau dilihat secara jangka pendek, masing-masing hal itu adalah urusan sendiri-sendiri, tapi untukjangka panjang harus bisa diatur, agar jangan sampai tindakan tersebut merugikan diri sendiri.

Menurut Joedo Sumbono, para kontraktor minyak asing akan dipanggil satu persatu untuk diajak bicara guna diminta pengertian mereka.

Kompleks

Mengenai perundingan dengan Caltex, menurut Dirut Pertamina, tidak bisa selesai dalam jangka waktu satu atau dua minggu, karena mencakup hal-hal yang komplek sekali.

"Kecuali menyangkut "term and condition" dari pada "production sharing contrack," ungkapnya, juga mengenai asset aset yang ada dan harus ditentukan statusnya."

Ditegaskan bahwa Indonesia tidak lagi akan kembali ke kontrak karya dengan Caltex, tapi akan ke kontrak bagi hasil.

Sekarang sedang dirundingkan "term and condition" (persyaratan) nya, berapa bagian dari Pemerintah Indonesia dan berapa pula bagian dari Caltex. "Tentu ini masih tawar menawar," tandas Joedo Sumbono.

Sedangkan mengenai asset, menurut dia, kalau sesuatu kontrak karya habis, seluruh asset yang ada otomatis menjadi milik Pemerintah, karena dalam kontrak karya ada satu pasal yang menyatakan bahwa semua barang yang dimasukkan dari luar negeri, ke Indonesia, akan menjadi milik Indonesia.

"Dengan sendirinya, kalau kontrak karya habis inijuga akan menjadi milik Indonesia," tambahnya lagi.

Dirut Pertamina mengingatkan bahwa dalam operasinya Caltex juga melakukan penyewaan terhadap barang-barang, termasuk pula Stanvac, maka status daripada asset-asset tersebut sekarang ini ikut dibicarakan.

Kepada wartawan oleh Joedo Sumbono tidak disebutkan berapa sebenarnya jumlah minyak Indonesia yang dijual di pasaran tunai, sebab itu menyangkut fakta dan data, namun, bisa dimonitor semua termasuk dari mana, berapa harganya.

Dia hanya mengatakan bahwa belakangan ini jumlah minyak Indonesia di pasaran tunai sudah agak berkurang dan perbedaan harga dengan pasaran resmi juga sudah tidak begitu besar lagi.

"ltu yang kita konstatir bahwa keadaan pasaran minyak sudah mulai mantap," tuturnya.

Pada bagian lain, Dirut Pertamina mengemukakan bahwa Indonesia menjual gas alam cair (LNG) ke Korea Selatan dengan sistem C & F, berarti angkutan menjadi tanggung jawab penjual sampai di tempat tujuan.

Joedo Sumbono kepada Presiden Soeharto juga melaporkan persiapan persiapan akan selesainya kilang minyak Balikpapan, termasuk perbaikan train "B" yang terbakar. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : Merdeka (01/09/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 310-312.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.