PRESIDEN: MUSTAHIL PEMIMPIN BERHASIL JIKA TAK DIDUKUNG

PRESIDEN: MUSTAHIL PEMIMPIN BERHASIL JIKA TAK DIDUKUNG[1]

Jakarta, Suara Pembaruan

Kepemimpinan adalah salah satu dari sejumlah tugas dalam masyarakat, yang erat dengan tugas-tugas lainnya. Adalah mustahil seorang pemimpin dapat berhasil menunaikan tugasnyajika pihak-pihak lain tidak memberikan dukungan. Itulah sebabnya seorang pemimpin atau calon harus memiliki wawasan luas dan kepribadian matang, disamping kemahiran berkomunikasi.

Presiden Soeharto menekankan hal itu kepada para peserta Kursus Reguler Angkatan XXVI (Lemhannas) di Bina Graha, Jakarta, Senin pagi.

Kepala Negara mengatakan, di Lemhannas tidak dididik menjadi ahli tetapi dibekali wawasan menjadi pemimpin yang benar-benar menghayati cita-cita, tujuan dan sarana yang ingin kita capai sebagai bangsa.

Bangsa yang sedang membangun, menurut Kepala Negara memerlukan banyak pemirnpin. Keberhasilan pembangunan sebagian besar ditentukan kualitas dan kerja sama antara banyak pemimpin. Jika para pemimpin dapat bekerjasama secara melembaga, akan terhimpun kekuatan dinamis yang besar guna mencapai sasaran pembangunan.

Sebaliknya, jika para pemimpin masih berselisih pendapat, terlebih-lebih jika menyangkut hal-hal yang paling dasar, pasti kita akan mengalami kesulitan dalam menyusun kebijakan, strategi dan rencana secara nasional.

“Kita merasa bersyukur bahwa bangsa Indonesia telah berhasil menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,”katanya.

Iptek dan Hukum

Presiden mengatakan, masih panjang jalan yang harus kita tempuh untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang kita cita­ citakan bersama. Kita masih harus memacu pembangunan dalam berbagai bidang, khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang menjadi batu sendi kemajuan di berbagai bidang pembangunan serta bidang hukum yang memberikan kepastian dalam menghadapi dunia yang berubah dengan cepat.

Iptek hanya mungkin tumbuh dan berkembang jika masyarakat dapat menggunakan hasil iptek itu dalam kehidupannya serta gemar mengungkap rahasia alam sekitar. “Hanya masyarakat yang mencintai iptek serta mampu mengembangkannya akan dapat maju dengan kekuatannya sendiri di masa depan.”

Karena itu, menurut Presiden, tantangan besar yang kita hadapi sekarang dan di masa depan adalah bagaimana menciptakan, mengembangkan dan memantapkan budaya yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kegairahan masyarakat guna mengembangkan iptek.

Tantangan besar lainnya yang kita hadapi membangun sistem hukum nasional yang dinamis, yang menjadi tumpuan pembangunan masa depan. Kita sudah bersepakat mengenai filsafat nasional dan nilai-nilai dasar lainnya yang menjadi sumber hukum nasional yang harus kita kembangkan. Kitajuga sudah hidup dalam lembaga-lembaga politik yang cukup mantap.

“Yang masih harus kita kerjakan adalah memperluas penjabaran nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila secara taat asas, menjadi peraturan perundangan yang adil dan melaksan akannya secara adil pula,” kata Presiden.

Kepala Negara mengatakan, tahun-tahun terakhir ini terasa bahwa laju dinamika masyarakat jauh lebih cepat dari kemampuan kita dalam menyusun peraturan perundangan yang diperlukan untuk melayani dan mengendalikan dinamika itu. “Tugas kita bukan hanya menyusun hukum baru, tetapi juga menjaga agar hukum yang ada tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Tugas ini adalah yang amat besar dan harus ditangani bersama sama oleh seluruh lapisan kepemimpinan bangsa kita.

Doktrin

Pembangunan hukum, demikian Presiden juga mencakup pengaturan lanjut Doktrin dan Sistem Hankam rata yang diseminarkan pada tahap akhir pendidikan di Lemhanna s. Kemanun ggalanABRI-Rakyat sebagai esensi Doktrin dan Sistem Hankarnrata yang disarikan dari pengalaman perang kemerdekaan akan tetap relevan . Kemanunggalan itu adalah salah satu aspek dari persatuan dan kesatuan bangsa kita

 

secara menyeluruh. Namun, wujudnya dalam prak:tek bersifat dinamis,dipengaruhi oleh perkembanganABRI  dan dinamika masyarakat  itu sendiri.

Jajaran ABRI maupun berbagai golongan masyarakat telah mengalami

perkembangan pesat. Jajaran ABRI telah makin profesional. Rakyat telah makin cerdas, terorganisasi dalam berbagai orsospol dan ormas, kualitas kepemimpinannya juga meningkat. Perubahan-perubahan di berbagai kalangan inijelas akan mempunyai pengaruh terhadap hubunganABRI dan rakyat.

Karena itu,menurut Presiden Soeharto, di tahun-tahun mendatang Lemhannas

bersama seluruh korps alurnninya secara khusus perlu merumuskan bagaimana hubungan fungsional antara komando ABRI, instansi pemerintah dan kepemimpinan masyarakat pada setiap tingkat,baik dalam masa damai maupun dalam masa darurat.

Dalam masa damai, hubungan itu harus mampu mendorong lajunya pembangunan nasional. Dalam masa darurat,hubungan tadi hams memungkinkan kita mengerahkan seluruh kekuatan yang kita rniliki untuk menangkal serta menanggulangi berbagai wujud ancaman.

Namun, ditegaskan, peralihan tanggungjawab kepemimpinan dari keadaan damai kepada keadaan darurat dan sebaliknya hams dapat berlangsung tanpa guncangan. Hanya dengan menyusun tatanan demikianlah kita akan dapat menjamin kelangsungan pembangunan kita dalam segala keadaan.

Seluruh tatanan tersebut,katanya , hanya akan dapat berjalan dengan baik j ika seluruhjenis kepemirnpinan dalam masyarakat kita memahami misi bersama yang mereka emban, mengerti kondisi yang dihadapi dan memiliki kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran nasional dalam kondisi yang tidak selalu menguntungkan . “Lemhannas dapat merupakan wadah untuk bertemunya para calonpemimpin bangsa kita pada masa yang akan datang,” kata Kepala Negara .(B-7)

Swnber :KOMPAS (12/08/ 1993)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 209-212.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.